Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

Sakadang Kuya Rek Dikawinkeun

 Sakadang Kuya Rek Dikawinkeun Kacaritakeun geus sapoe sapeuting, Sakadang Kuya ngaringkuk dina kurung Pa Tani. Kuya neangan akal sangkan bisa kabur, kaluar tina kurung. Manehna nungguan monyet sugan datang nulungan.  Kisah cerita sudah sehari semalam, Kura-Kura berada di kurung Pa Tani. Kura-Kura mencari akal agar dapat kabur, keluar dari kurung. Ia menunggu Monyet barangkali datang memberi pertolongan.  "Kuya hayu  indit! Urang kabur tidieu meupeung Pa Tani euweuh.," ajak Monyet bari rerencepan.  "Ah, urangmah lebar euy, moal indit, lantaran isukan rek dikawinkeun ka anak Pa Tani," tembal kuya, nguatkeun ka Monyet.  "Kuya, ayo  pergi! Kita kabur dari sini, mumpung Pa Tani tidak ada," ajak Monyet sambil mengendap-endap. "Ah, saya tuh sayang. Saya tak akan pergi sebab besok mau dinikahkan dengan anak Pa Tani," ungkap Kuya menegaskan Monyet Monyet kacida ngarenjagna. Ngadenge Kuya rek dikawinkeun. Monyet kabitaeun hayang dikawinkeun oge.  Manehna ...

Sakadang Monyet Ngala Cabe

 NASKAH BUKU FABEL DWI BAHASA Sakadang Monyet Ngala Cabe Dina hiji poe Sakadang Monyet ngajak Sakadang Kuya Ngala Cabe. Cabe arasak di kebon Pa Tani. Sakadang Kuya atoh pisan.  Pada suatu hari,  Monyet mengajak  Kura-Kura untuk memetik cabai. Cabai yang sudah matang di kebun Pak Tani.  Kura-Kura sangat bahagia.  Sangeus nepi ka kebon cabe, Pa Tani teu nyampak di kebon. Sakadang Monyet jeung Sakadang Kuya kacida galumbirana. Maranehna mipit cabe bari ngadaharan.  Setelah sampai di kebun cabai, Pak Tani tidak ada di kebun. Monyet dan  Kura-Kura sungguh  gembira. Mereka memetik sambil memakan cabai.  Sajeroning ngadaharan cabe, Sakadang Monyet gogorowokan "seuhah lata-lata". Sakadang Kuya nyarek, " Tong tarik teuing, Monyet!' "Keun bae, da euweuh Pa Tani na, Kuya," tembal Sakadang Monyet.  Sembari makan cabai, Monyet berseru kencang berkali-kali, "Seuhah, cabai pedas". Kura-Kura melarang, " Jangan keras-keras, Monyet!" "Tak apa-apa, ga...

KETIKA ITU PULA

 Ketika Itu Pula Ketika menjalani roda kehidupan ketika itu pula nafas terus berhembus tuntas pada dada  nyata.  Ketika menafaki jalan sepi ketika itu pula dada bergejolak, merona beragam rasa, menaiki ide, dan insirasi yang hendak dikeluarkan.  Ketika melewati jalan ramai ketika itu pula rasa melambai, memfokuskan diri untuk lebih berhati-hati hingga hidup penuh arti.  Ketika menemukan keindahan alam, ketika itu pula kalbu bersandar pada-Nya. Tak ada lagi keindahan salain datang dan pergi karena-Nya Ketika hidup hanya bersandar pada-Nya, adakah keluh terlalu jauh?  adakah kesah terus mendesah?  Ketika hidup di alam fana, ketika itu pula masih ada pilihan.  Rasa bahagia,  rasa kecewa.  Bergembira,  berduka.  Ketika hati berserah hanya pada-Nya, ketika itu pula kekuatan datang menjelang. Semangat kembali membara, hingga hidup lebih hebat, manfaat.  Bandung Barat, 20 Maret 2025

PUASA, LITERASI, DAN PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI

PUASA, LITERASI, DAN PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI Oleh N. Mimin Rukmini Kepala SMP Negeri 3 Cililin Sungguh indah penomena di bulan Ramadan. Pelaksanaan ibadah puasa memberi hikmah yang luar biasa. Ungkapan kalimat tersebut bukan basa-basi, melainkan memang kenyataan.  Realita di keluarga saat bulan puasa berbeda dari bulan biasa. Puasa sebulan pastikan berdampak pada aspek literasi dan pembentukan karakter peduli.  Ketika bulan puasa makan dan salat tentunya sering berjamaah. Anggota keluarga mengutamakan berbuka bareng di ruang keluarga. Menunggu azan magrib, bapak, ibu, adik, atau kakak berbicara santai atau diskusi hal yang  bermanfaat. Lalu saat berbuka kebahagiaan terpancar di anggota keluarga kita menyantap sajian berbuka. Sajian dengan ukuran yang berbeda-beda  mulai dari yang sederhana atau apa adanya, sampai dengan sajian mewah karena kehidupan yang melimpah.  Pendek kata, untuk kebersamaan bulan Ramadan apapun diutamakan. Mengolah hati, rasa, dan karsa...