Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Pembelajaran dari Kedatangan Seekor Kucing Sakit

Gambar
  Teringat saat tugas belajar di Surabaya dulu. Saya memarahi Bapak, gegara Bapak membuang kucing yang sedang hamil. Menangis saya tumpahkan  lewat telepon. Sementara, teman kost sekamar, Bu Jar  hanya tertawa. "Hanya kucing Bu Min," ledeknya. Saya hanya menimpal alakadarnya. Ya, memang hanya seekor kucing.  Seperti yang sedang saya alami sekarang, kurang lebih sebulan, kedatangan seekor kucing sakit. Entah dari mana, boleh jadi ada yang membuangnya. Sering saya menerima kedatangan kucing kecil yang dibuang hingga kucing itu pergi lagi. Sementara saya beri makan sementara itu pula kucing tak ada entah kemana.  Saat ini saya memelihara sekaligus tanggungan memberi makan kucing antara tujuh sampai 10 ekor kucing, pernah sampai 12 kucing. Naah, terakhir justru kedatangan kucing sakit itu.  Warnanya coklat keabuan, sebut saja Si Coklat. Badannya kurus, matanya beraair, bulunya sudah pasa rontok, belum lagi korengan, ditambah dengan ekornya borok berair.  Datangnya Si Coklat bersa

REKAMAN CCTV

Gambar
Kamis, 18 April 2024, pukul 18.35, saya menerima telepon dari Pak Fanny. Ia mengatakan bahwa ada dua orang siswa terekam CCTV di salah satu objek wisata dekat sekolah melakukan perbuatan A-susila. Masyarakat seolah sudah ramai membicarakan  hal tersebut. Pak Fanny sendiri mengungkapkan ketidakpercayaannya, boleh jadi itu hanya hoax belaka.  Saya terima laporan Pak Fanny. Ada rasa kaget, tetapi juga perlu dikaji ulang kalau-kalau perbuatan itu  tidak benar adanya. Saat itu juga saya  putuskan ke Pak Fanny untuk menindaklanjuti masalah. Untuk sementara seperti yang Pak Fanny katakan, sudah berbicara dengan Pak Agus bendahara sekolah. Pak Agus akan menggubungi langsung kepala desa tempat atau lokasi wisata itu berada, sekaligus menanyakan rekaman CCTV untuk membuktikan berita negatif tersebut.  Usai berbicara panjang lebar di telepon dengan Pak Fanny, saya pun menelpon Pak Agus. Pak Agus mengonfirmasi besok dengan Pak Deni selaku  humas, siap nenghibungi Kades tempat wisata itu. Saya sepa

TRADISI MUDIK IDUL FITRI

Gambar
Bahagia itu nampak terpancar pada wajah anggota keluarga   tatkala perjalanan mudik lebaran.  Suasana demikian merupakan hal wajar sebab apa yang diharapkan dan  telah dipersiapkan selama kurang lebih setahun lamanya baru saja teralami. Seperti yang siang ini saya alami sepulang Salat Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 10 April 2024, kami melakukan perjalanan mudik menuju Purwakarta. Tujuan utama mudik  selain berlebaran dengan orang tua (ibu) dan saudara, juga  menjemput Ibu untuk dilanjut perjalanan mudik ke Garut (kampung halaman suami). Kami sekeluarga termasuk cucu pertama yang  berusia belum sampai tiga tahun turut serta dalam perjalanan mudik ini.  Sebagaimana Bapak ajarkan dulu ketika masih ada, Beliau selalu menanamkan bahwa bawalah anak-anak mudik ke desa selagi ada waktu. Dan memang usahakan minimal satu tahun sekali mudik ke desa. Kenalkan anak-anak pada saudara dan situasi desa agar kelak mereka tidak melupakan saudara dan kampung halamannya.  Renc

POLA HIDUP DAN BERBAGI

Masih terngiang dalam ingatan ini ketika Bapak masih ada  selalu mengingatkan pada saya, adik, dan kakak bahwa berumah tangga yang baik itu memiliki prinsip dan target, yakni membangun pola hidup sederhana, dapat menyisihkan anggaran rumah tangga atau menabung, dan bisa berbagi. Sungguh, merupakan target dan prinsip berumah tangga  yang sesuai tuntutan agama dan karakter kepribadian bangsa.  Adalah banyak penomena yang terjadi saat ini, ketika pengeluaran rumah tangga lebih besar dari pada pemasukan. Peribahasa besar pasak daripada tiang. Artinya, pendapatan yang diperoleh dari penghasilan pekerjaan lebih kecil dari belanja rumah tangga. Pada akhirnya keuangan rumah tangga devisit secara terus menerus. Hal tersebut terjadi karena pola hidup mewah atau pola hedonisme.  Pola hidup tidak sederhana atau sebut saja gaya hidup mewah yang penulis amati di antaranya penggunaan kartu kredit yang tidak berimbang. Penggunaan kartu kredit terjadi   yang penting terpenuhi terlebih dahulu kebutuhan

IBU DAN PENANAMAN KARAKTER KESANTUNAN

 IBU DAN PENANAMAN KARAKTER KESANTUNAN Betapa bahagia ketika kita masih sempat makan bersama Ibu tercinta. Makan bersama dengan anak-anak  bahkan  dengan cucu kesayangan. Wajah-wajah ceria penuh keakraban dan senda gurau yang memukau. Apalagi makan bersama  pada saat bulan puasa seperti buka bersama di Bulan Ramadan tahun ini. Bulan penuh berkah dan ampunan dari-Nya.  Adalah menarik untuk diperbincangkan dan sejatinya ini menjadi inspirasi dan teladan. Ketika makan bersama saat sahur beberapa waktu lalu melihat Ibu geser tempat duduk untuk sekadar memberi tempat duduk atau kursi untuk Cucu tercinta. Betapa hati ini terharu dan bangga bagaimana melihat tingkah Ibu yang sungguh mulia terhadap sang Cucu. Tidak terbantahkan pula bagaimana mulya dan santunnya kepada anak-anak. Hal seperti ini boleh jadi merupakan hal mahal yang sudah jarang kita temukan. Atau masih banyakkah anak-anak muda yang memiliki jiwa peduli serta santun seperti yang penulis gambarkan di atas? Jawabnya pastilah masih

PUASA DAN TRADISI SESAJEN

 PUASA DAN TRADISI SESAJEN Sepulang taraweh tak terasa air mata menetes deras. Bayangan dan  sosok dari seorang Bapak yang kini menghuni alam kubur, kembali melukis pikiran dan kenangan yang telah berlalu, yakni  menginjak tahun kedua di bulan puasa ini. Pandangan hidup dan harapan Bapak saat Bapak masih ada menyeruak lagi bersamaan dengan derasnya air mata yang tanpa diundang.  Beberapa waktu lalu saya melihat video di tiktok ada salah seorang ustad yang mengemukakan bagaimana seorang yang ada dalam kubur rindu  akan bulan puasa. Rindu akan bulan penuh rahmat dan ampunan. Sedang mereka yang di alam kubur sudah tak lagi mengalami bulan serupa seperti kita yang masih menggenggam asa dunia.  Dalam tangis itu, kembali saya mengingat Bapak ketika masih ada. Bagaimana saat bulan puasa sebelum dan sesudah beralih dari tradisi kearifan lokal. Masih ingat waktu saya masih kecil di hari puasa terakhir suka berbuka sebelum magrib. Bukan saya saja yang saat itu  masih kecil, Kakak, Bapak, Ibu pun

Tak Mudah Menggerakkan Warga Sekolah untuk Menulis

Gambar
  Tak Mudah Menggerakkan Warga Sekolah untuk Menulis Rasanya tak ada kebanggaan yang lebih ketika dalam kegiatan-kegiatan tertentu  peserta antusias mengikuti apa yang kita sajikan. Demikian hal nya  pelatihan menulis yang saya bimbing ini (30/0/2024). Mereka ambil bagian dalam tulisan masing-masing. Saya menuntut mereka untuk menulis sebuah puisi, pada akhirnya terwujud sudah puisi dari peserta.  Sebagaimana hasil diskusi dengan tim guru pembimbing literasi (GPL), diputuskan bahwa untuk menulis buku antologi puisi sekolah perlu secara serempak pelatihan dan menulis puisi. Sasaran peserta pelatihan adalah siswa, guru, dan tendik. Mengapa begitu? Pertama untuk mengurangi kemungkinan penulis buku antologi menjiplak karya orang lain. Kedua, dengan spontanitas menulis puisi peserta pelatihan bisa menghasilkan karya tidak berlama-lama. Ketiga, menghasilkan karya orisinal dari para penulis buku. Saat pelatihan menulis untuk siswa, saya dibantu oleh para Guru Pembimbing Literasi (GPL). Dengan

WORKSHOP DAN WISATA PANTAI MURAH MERIAH

Gambar
"Bapak/Ibu hebat, ini ada laporan  keuangan dari Bu Bendahara, kolam kita sepertinya cukup untuk membeli batik, bagaimana mau dibelikan batik? " tanya saya pada guru dan TU.   Jawaban mereka spontanitas, " Mau berwisata Bu! " Saya  agak tersentak juga karena kaget. Uang yang diperkirakan hanya cukup dibelikan baju batik, inginnya para guru digunakan untuk berwisata. Dengan pelan saya katakan, tidak mungkin uang 100 ribu per orang dipakai untuk  piknik atau wisata bersenang-senang. Kalau dipaksakan boleh jadi cukup, tetapi tidak mungkin untuk menginap. Sungguh tidak masuk akal. Beruntung Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan menjelaskan bahwa wisata itu ke tempat  atau lokasi dengan penginapan gratis, yakni Villa milik salah seorang guru (Haji Agus). Kebetulan pula Haji Agus ada di ruang guru tempat kami diskusi saat itu. Akhirnya diputuskan untuk piknik ke Pantai Karang Papak Santolo Garut. Pantai dengan salah satu villanya milik Haji Agus. Diskusi dilanjut dengan m

Ketika Dikejar Awan Hitam

Gambar
Hari ini Rabu, 6 Maret 2024. Hari ke-46 mengendarai sepeda motor. Sungguh perjalanan hebat menegangkan. Menguras energi uji nyali. Memantik semangat pencitraan diri. Mendobrak langkah untuk terus bergerak dan maju berprestasi, dan pastikan menginspirasi.  Motivasi dan uji nyali di atas bukan basa-basi belaka. Hal  demikian mendorong semangat perjuangan menaklukkan tantangan. Tantangan perjalanan yang   menanjak dan berkelok luar biasa. Dengan wilayah jalan tertentu berlubang, berbatu, dan licin. Sulit sekali memilih jalan untuk ukuran sepeda motor. Belum lagi kemampuan mengendarai yang masih minim dengan pengendalian tangan yang masih kurang. Sedikit terpeleset ban sepeda, alamat tergelincir di sela bebatuan.  Pernah suatu waktu terguling karena kurang kendali sepeda motor terlepas, badan sempoyongan tak karuan. Beruntung Alloh masih melindungi hanya motor yang terguling. Sepeda motor yang berpapasan tadi mendengar dan melihat saya terjatuh. Mereka berdua menolong saya dan langsung mem

Kompak Pasti Berdampak

Gambar
 KOMPAK PASTI BERDAMPAK Tak ada rasa bangga ketika semua terjun ambil bagian. Semua bekerja dalam kinerja sesuai tupoksi. Partisipasi anggota dalam komunitas belajar adalah sebuah keniscayaan jika ingin mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan bekerja berkolaborasi semua hal terkendali dan sukses, tuntas.  Pemikiran di atas bukan basa-basi, tetapi memang logis dan dapat dipahami. Penulis bangga sekali gus merasa haru, guru rekan kerja selama ini pada setiap  kegiatan yang dilakukan selalu bekerja sama dan kompak satu sama lain.  Satu waktu, penulis sebagai pemimpin mereka pada sekolah ini betul-betul kewalahan dalam anggaran. Apa yang terjadi? Mereka guru-guru dengan suka rela mengadakan iuran. Iuran seiklasnya, hingga pada akhirnya kegiatan berlangsung lancar dan sukses.  Iuran sederhana secara suka rela tidak seberapa, namun bernilai luar biasa. Yang memulai bergerak terutama ibu-ibu. Mereka pun tidak memaksa semua guru untuk ikut iuran. Jika dana keperluan telah terpenuhi, usai sudah

Hanya Sepuluh Juta

 HANYA SEPULUH JUTA Pentigraf Oleh N. Mimin Rukmini Kutergesa-gesa Semangat Empat Lima memburu jalan raya lewat gang kecil. Sebagaimana janji semalam, hari ini aku dan suami mau membayar tukang  perbaikan rumah. Gelang dan surat pembelian  emas  kubawa dengan hati-hati. Gelang satu-satunya yang biasa dikenakan sekarang berpindah tempat, disimpan di dompet untuk dijual. Dua rasa berkecamuk antara semangat membayar tukang, dan sedikit kecewa terpaksa harus melepas gelang kenangan. Kenangan perjuangan ekonomi keluarga.  Suami telah menunggu agak lama. Terlukis senyum simpul bahagia melihat sang istri mendekati kursi di samping kemudi suami. Kukatakan padanya bahwa gelang siap dijual. Setelah dijual nanti kami akan  langsung menuju lokasi rumah yang sedang diperbaiki. Perumahan sederhana di puncak bukit, lima kilo meter dari terminal kota wisata. Suami mengiyakan. Aku pun membawa makanan alakadarnya untuk bekal di perjalanan.  Tak lama  di jalan, kami pun sampai di toko emas yang dituju. S

Demi Sahabat

 Pentigraf DEMI SAHABAT Oleh N. Mimin Rukmini, editor Hariyanto Menjelang Magrib Angga bergegas pamitan pada Bu Yuyun  ibunya untuk mengantar Dadang teman lama dari kampung sebelah. Padahal Bu Yuyun  mengingatkan bahwa magrib sebentar lagi. Angga tetap saja pergi dengan alasan Dadang telah menunggu di  jalan sebrang Indomaret. Anak kesayangan Bu Yuyun  yang satu ini, baru saja pulang dari Bekasi tempat kerjanya. Angga pulang ke kampung seminggu sekali.  Saat azan Isya, Angga masih saja belum ada kabar. Bapak dan Ibu Angga mondar-mandir tak karuan di ruang tengah terlihat sangat  gelisah. Sesekali mereka duduk dan   mendesah. Bapak Angga wajahnya  memerah, mulai menyalahkan Bu Yuyun yang tidak bisa menahan Angga untuk pergi. Beberapa saat kemudian mereka menerima telepon dari polres bahwa Angga berada di Polres. Kepanikan pun terjadi. Tanpa pikir panjang kedua orangtua itu berangkat ke Polsek Kota. Polisi menjelaskan bahwa Angga dan Dadang diciduk karena terbukti membawa narkoba.  Sebag

MEMO TERAKHIR

 MEMO TERAKHIR Pentigraf Oleh N. Mimin Rukmini Suami hanya memberitahukan bahwa Pak Pengantar Koran (Pak Loper) besok hari tidak akan mengirim koran mungkin dua atau tiga hari ke depan. Hal itu suami dapatkan dari catatan Pak Loper yang disimpan bersama dengan koran. Dalam catatan itu tertulis, "Mohon maaf, Pak/Bu! Besok saya berobat dulu. Hatur nuhun! " Hanya itu yang tertulis.    Beberapa hari kumenunggu kabar Pak Loper. Kutanyakan pula pada suami barangkali kalau ke sekolah  Pak Loper masih mengirim koran dagangannya. Masih penasaran pula, kutanyakan  keberadaan Pak Loper pada Bu Elis. Pak Loper pernah bicara, rumahnya dekat dengan Bu Elis di Cipetir. Kutanya pula pada beberapa teman yang lain.  Usaha belum menunjukkan hasil. Bertanya ke perorangan atau ke grup WA belum menemukan jawaban bagaimana dan di mana keberadaan Pak Loper tersebut.  Hari berganti bulan, bulan berganti  tahun, belum ada tanda-tanda di mana Pak Loper berada. Betapa kurindu padanya. Ia sudah tua renta

SEPERTI PENSIL

  Menarik sekali sambutan pembina upacara hari ini, Senin 5 Februari 2024. Pembina upacara Asep Supriadi  mengambil inspirasi pertama dari uang seratus ribu dan dua ribu rupiah. Siswa peserta upacara disuruh memilih antara nilai dua mata uang tersebut. Jelas sekali, kebanyakan siswa memilih uang seratus  ribu. Siswa pun memberi alasan mengapa mereka memilih uang seratus ribu. Mereka memilih seratus ribu karena uang seratus ribu lebih besar nilainya daripada dua ribu rupiah. Pendek kata walau uang seratus ribu dibuang ke tong sampah bau dan kotor pun, mereka tetap bakal mengambil uang yang seratus ribu.  Makna dari perbandingan nilai uang tersebut adalah bagaimana seseorang dalam hidupnya memiliki manfaat, baik manfaat untuk diri sendiri, maupun manfaat bagi orang lain atau makhluk lain. Manusia memiliki nilai lebih dari makhluk lainnya. Ketika manusia hilang atau meninggal dipastikan mereka dicari dan diburu, karena manusia berharga dan bernilai.  Karena manusia sungguh bernilai artiny

Puisi 2.0 "Tahukah Sahabat? "

 TAHUKAH SAHABAT?  Oleh N. Mimin Rukmini tahukah sahabat?  tatkala pagi  gerimis,  hujan  menerjang kumeradang melayang angan di kelok  nanjak bebatuan kerikil tajam kuberserah tengadah pada-Nya Bandung Barat, 7 Februari 2024 P. 2.0 # 83 SUAMIKU suamiku,  mentari  menerang bumi bintang  berkedip  sepanjang air menyejuk alam suamiku,  itulah engkau Bandung Barat, 7 Februari 2024 P. 2.0 #84 ANAK-ANAKKU anak-anakku,  ketika  ajal menjelang kumau kau kisahkan betapa  nadiku mendenyutkan  jantungmu Bandung Barat, 7 Februari 2024 P. 2.0 #85

JANJI DAN KONSEKUENSI

Gambar
Apa yang terjadi hari ini tak sedikit pun tahu apa yang akan terjadi esok hari atau nanti. Manusia hanya merencana. Dalang kehidupan hanya milik Alloh Swt. semata. Seperti halnya dengan apa yang telah kita janjikan jika ingin menjadi orang yang dapat dipercaya, suatu keniscayaan janji itu memiliki konsekuensi. Risiko apa dan bagaimana pun janji itu sepanjang tidak merugikan satu sama lain mestinya kita tepati dan dilaksanakan.  Sebagaimana janji yang telah saya ucapkan kepada guru bahwa hari Rabu mendatang akan diskusi dan sharing tentang membuat puisi. Target sekolah untuk membuat buku bersama harus terwujud. Konsekuensinya semua warga sekolah, siswa, guru, dan tendik harus mampu membuat tulisan, yakni menulis puisi.  Sesuai hari yang telah disepakati ternyata di hari Rabu tersebut  ada dua guru yang sungguh berhalangan, kaitan dengan rutinitas pengobatan anak semata wayangnya. Saya tidak tega untuk melanjutkan kegiatan di Rabu tersebut. Akhirnya sesuai usul mereka agar kegiatan diges

Puisi 2.0."MALU"

 MALU Oleh N. Mimin Rukmini malu ada rasa hormat segan enggan malu berlalu tak bertalu maaf tak ada karya menyapa Bandung Barat, 26 Januari 2024 P. 2.0 #77 BANGGA SAHABAT besar hati tatkala  menapaki negeri bermakna besar hati tatkala potensi tergali sahabat melangit menoreh manfaat Bandung Barat, 25 Januari 2024 P. 2.0 #78 BAHAGIAKU bahagiaku bunga mewangi  dari puncak bukit mengabarkan  asa sahabat mencetak citra menembus bahasa Bandung Barat, 26 Januari 2024 P. 2.0 #79 PAGI CERIA pagi ceria menyapa cakrawala sampaikan  salam pada alam pagi ceria torehkan warna lewat pena abadi Pangandaran, 26 Januari 2024 P. 2.0 #80 SEPI mentari sembunyi di balik awan angin lelap dalam tidur imaji terkubur dalam ruang tadabur Bandung Barat, 26 Januari 2024 P. 2.0 #81

Lagu Literasi Numerasi

Gambar
 Mengacu Lagu Domba kuring Literasi numerasi Sangat penting saat ini AKM yang masih rendah Tingkatkan sekarang juga Kuatkan literasinya  Kuatkan numerasinya Integrasikan di dalam Pembelajaran di kelas Literasi sungguh penting Harus pula numerasi Tuntutan di Abad ini Abad 21 ini  Reff : Para siswa pintar Rapot mutu semakin cetar Literasi semakin maju Numerasinya bermutu 2x Ayo tingkatkat mutu Literasi maju Numerasi hebat Negaranya juga semakin kuat

Kudu Mikir Dua Tilu Kali

Poe ieu Poe Senen. Isuk keneh ngahaja kuring geus siap-siap. Ti peuting geus buleud sugan halodo rek isuk keneh ka sakola, da rumasa aya tilu kalina kuring teu milu upacara banera Poe Senen. Dina implengan mun poe jiga poe Ahad kamari  tinangtu di tanjakan Juki nu pikakeueungeun lantaran  butut jalanna mun cangra bakal rada bisa milihan jalan.  Ti subuh keneh hujan teh sanajan leutik geus ngeureuyeuh. Ngan kupikiran sugan raat. Heueuh bener raat. Eeh! Ger deui hujan. Kitu jeung kitu poe ieu teh. Bari sasarap kuring nungguan hujan raat.  Dalah dikumaha, beja ti luhur sarua hujan. Sieun jeung keueung jadi ngahiji. Antukna nepi kaberes ieu carita pondok bari nungguan raat hujan. "Ah, Sobat, hampura! Poe ieu kuring jigana can bisa ka sakola. Nitip sakola!" Gusti, kuring kudu mikir dua tilu kali.  Cihampelas,  ngadago hujan raat. 22 Januari 2023

Dukaku Hari Ini

 Dukaku Hari Ini Oleh N. Mimin Rukmini Dukaku hari ini Tatkala panas tak bisa bertanya pada mentari Tatkala basah tak bisa bertanya pada hujan Tatkala dingin tak bisa bertanya pada angin Dukaku hari ini Tatkala licin tak bisa bertanya pada jalan Tatkala batu tergelincir tak bisa bertanya pada aspal Tatkala tanah merah tak bisa bertanya pada tebing Dukaku hari ini Tatkala laku tak bisa bertanya pada langkah Tatkala tangis tak bisa bertanya pada air mata Hanya tengadah hamba Mengabdi kepada Yang Maha Abadi Bandung Barat, menunggu hujan reda, 19 Januari 2024 🌷🌷🌷

Salah Menduakan

 Salah Menduakan Oleh N. Mimin Rukmini Pagi ini langit mendung. Burung sedikit bersiul di dahan belakang rumah. Seperti biasa kuberes-beres rumah, mencuci, mengepel lantai dan sebagainya. Sembari mencuci kubuka pesan di WA. Mataku tertuju pada sebuah pesan dari Bu Irma yang mengucapkan terima kasih pada anggota grup.  Entah mengapa kuikut bahagia ada ucapan terimakasih dari Bu Irma. Kumerasa dengan ucapan terimakasih itu berarti Ayahnya sudah sembuh karena minggu lalu dirawat di ruang ICU. Kutulis chat dalam grup yang isinya mendoakan agar Ayah Bu Irma sembuh benar! Bu Irma dan keluarga pun semoga selalu diberi kesehatan dan tambah berkah.  Kumelanjutkan pekerjaan rumahku. Setelah empat puluh menitan kubuka kembali WA. Seseorang menjapri. "Bu, Ayahnya Bu Irma telah meninggal dunia, dua hari yang lalu." Innalillahi wainnailaihi roziun!   Jantungku terasa copot! Gelas yang sedang  kupegang karena mau minum hampir saja terlepas. Mengapa kutidak membaca WA dari atas? Maafkan Aku,

Puisi 2.0 "KALUT"

 KALUT Oleh N. Mimin Rukmini beban di pundak merangkak menguliti pikir merangkul kalbu kalut membalut laku salam pada waktu sabar hadapi drama  Maha Pembuat Naskah Bandung Barat, 12 Januari 2024 P. 2.0 #74 TERSEOK-SEOK badan enggan berdiri berat melangkah pergi terhuyung meraung rapuh ruh  Lara di laga limbung  tegaklah!  tengok kembali gali potensimu  Bandung Barat, 12 Januari 2024 P. 2.0 #75 TERDESAK tak ada celah melangkah gerak terdesak menghimpit tenggat bulat semangat terus berbuat Otw dr Purwakarta 14 Januari 2024 P. 2.0 #76

Puisi P. 2.0 "PENA"

 PENA Oleh N. Mimin Rukmini pena nyalimu terus menoreh cinta mengelus lembut suara hati tertambat mengukir adonan kata dalam makna  penuh  tanya Bandung Barat, 6 Januari 2024 P. 2.0 #71 BUKU CATATAN buku catatan mencabik jelaga  amankan  suara  pelan sembunyi dibalik kertas tuntas belajar Bandung Barat, 6 Januari 2024 P. 2.0 #72 BUKU buku segudang ilmu jelajah pepatah hadir mengabdi tiada henti Bandung Barat, 6 Januari 2024 P. 2.0 #73

BAPAK DAN BAJU HITAM

Gambar
  Sengaja tulisan ini saya beri judul "Bapak dan Baju Hitam". Saya gambarkan kembali sosok Bapak ketika  masih ada. Di mana pun dan kapan pun Bapak selalu saja mengenakan baju hitam. Apapun acaranya, santai, resmi, atau acara keluarga misalnya. Bapak, pasti memakai baju hitam.  Bapak dan baju hitam jika diterapkan dalam peribahasa adalah  ibarat api dan asap.  Di situ ada asap, pasti di situ ada api. Naah, itulah Bapak! Mencari Bapak? Carilah yang memakai baju hitam. Yang berbaju hitam, dipastikan itu Bapak. Ups! Ya, dilihat dulu.  Suatu waktu, dalam acara mau wisuda cucu Bapak, Adik saya sedikit mengomel pada Bapak. "Pak, coba sekali ini saja, Bapak tidak memakai baju hitam! Kan saya sudah membelikan baju buat Bapak," pinta Adik pada Bapak.  Bapak hanya menjawab, "Ini juga baju hitam bagus! Mahal!" Adik saya hanya mengusap dada. Tak bisa memaksa kemauan orang tua.  Di waktu lain saya pun pernah bertanya kepada Bapak bahwa Bapak mengapa selalu nemakai baju

Puisi 2.0 "AZAN"

 AZAN Oleh N. Mimin Rukmini kudengar azan getarkan dada merekam jejak adakah cinta terus mengayuh ibadah bersimpuh hingga  kata tak mampu lagi bersauh Bandung Barat , 8 Februari 2023 P. 2.0 #66 MENGAPA TAK MENULIS mengapa tak menulis sedang pena terus bicara bersimpuh ikuti segala yang hidup mengabdi pada Yang Maha Hidup Perjalanan, Purwakarta, 5 Maret 2023 P. 2.0 #67 MENUNGGU waktu  secepat kilat berlalu laku diam membisu imaji mengepak sayap tak siap adakah kepastian menunggu harapan?  Bandung Barat, kabar menunggu 6 Februari 2023 P. 2.0 #68 LAPTOP kawan jemariku setia biduk pikir perahu kalbu nilai jual tak terhitung terus berkarya sampai tak bisa lagi berkata Bandung Barat, usai zoomiting  1 Februari 2023 P. 2.0 #69 TUBUH tubuh tumbuh karena ruh ada karena nyawa tubuh berlabuh ikuti dalang  Yang Maha Dalang Bandung Barat, 5 Januari 2024 P. 2.0 #70

Puisi "HUJAN DI ATAS AWAN"

Gambar
  HUJAN DI ATAS AWAN Oleh N. Mimin Rukmini bukit menyempit putih tanah basah pasrah hujan salamkan pesan kupulang selamatkan di perjalanan Sekolah, 4 Januari 2024 P. 2.0 #61 MUSIM PENGHUJAN mentari di bukit indah menyelinap malu di balik awan gerimis menyambut asa seharian meminang  cinta  suburkan  ladang, tanaman Bandung Barat, 4 Januari 2024 P. 2.0 #62 TUKANG PARKIR tukang parkir peluh membalut badan  menghitam peluit menjerit kode tangan,  kiri-kanan maju-mundur engkau pejuang mampet jalanan pengabdi  abadi Bandung Barat, 4 Januari 2024 P. 2.0 #63 HUJAN MENGAIS SENJA hujan mengais senja ceria menembus bukit mengguyur sayuran ladang si tuan menghibur senja ladang  kan subur Sekolah, 4 Januari 2024 P. 2.0 #64 TIANG LISTRIK tiang listrik tepi jalan berdiri merunduk tunduk pancarkan cahaya merayul pemusik jalanan tegar di riak kehidupan Otw pulang sekolah, 4 Januari 2024 P. 2.0 #65l

PUISI 2.0 "ANGGREK UNGU"

Gambar
  ANGGREK UNGU Oleh N. Mimin Rukmini anggrek ungu berkibar di dahan menyambut  mentari pagi kabarkan  pada dunia aku masih merayu menyanjung sepi  tengadah mengabdi Bandung Barat, 3 Januari 2024 P. 2.0 #56 BUNGA DI HALAMAN bunga di halaman mekar  berseri sudah itu pergi kembali ceria menanti singgah pemadu rindukan kisah tuan rumah banyak ibadah Bandung Barat, 3 Januari 2024 P. 2.0 #57 BUNGA bunga mekar tunduk  waktu berjuta warna mengharu biru indah di pelupuk sejuk damaikan sukma  membahana Bandung Barat, 3 Januari 2024 P. 2.0 #58 BUNGA TEPI JALAN bunga tepi jalan  merona tersenyum membawa canda sampaikan salam bunga,  kan selalu hadir menunggu bidukmu Bandung Barat, 3 Januari 2024 P. 2.0 #59 BUNGA MAWAR bunga mawar berduri semerbak  mewangi tegakkan batang kelopak mengembang duri merangkak tengadah berdoa jadikan hidup memberi  aroma  cahaya Ilahi Bandung Barat, 3 Januari 2024 P. 2.0 #60

TATKALA PUISI BERDENDANG

 TATKALA PUISI BERDENDANG Oleh N. Mimin Rukmini tatkala puisi berdendang imaji diasah  menendang irama merona rima  mengais metafora menghamba dan terus kulukis Bandung Barat, 2 Januari 2024 P. 2.0 #51 PUISIKU SEDERHANA puisiku sederhana sebatang ilalang rapuh tanpa keluh terus  mengayuh,  lambaikan mimpi indah Bandung Barat, 2 Januari 2024 P. 2.0 #52 PUISIKU, PUISIMU puisiku, puisimu celoteh rindu awal jeda mengusik bebatuan membisikkan sepi syahdu di malam  tahun baru Bandung Barat, 2 Januari 2024 P. 2.0 #53 PUISI puisi,  diksi mencubit rima  menyapa irama  bernyanyi riang gelorakan rasa tema penggoda memuncakkan ide pada kata bermakna Bandung Barat, 2 Desember 2024 P. 2.0 #54 PUISIKU MASIH PAGI puisiku masih pagi tatkala  mentari  masih berselimut burung enggan bersiul terbangkan sayap mencari rejeki puisiku,  belum usai belum apa-apa Bandung Barat, 2 Januari 2024 P. 2.0 #55

Puisi 2.0 "NYANYIAN AIR"

Gambar
  NYANYIAN AIR Oleh N. Mimin Rukmini air gemericik  di atas kolam manjakan  ikan menari kian kemari air  berseri sambut tahun baru gelorakan  asa meninggi  di dada Purwakarta, 1 Januari 2023 P. 2.0 #46 GERIMIS SENJA gerimis senja singgah di jalanan antrean mobil menyapa kaca, jendela pintu basah tak menbantah roda indah dalam ibadah Otw Purwakarta, 1 Januari 2023 P. 2.0 #47 SAJAK AWAL TAHUN sajak awal tahun memutar pena membelah  ide mendulang mutiara  kata hingga asa  terlukis indah Otw Purwakarta, 1 Januari 2023 P. 2.0 #48 NYANYIAN SENJA burung bersiul memeluk senja asyik nyanyikan zikir dalam doa di awal tahun Otw Purwakarta, 1 Januari 2023 P. 2.0 #49 EMBUN BERGAYUT embun bergayut  di rumput menyambut mentari pagi embun memancar cahaya  menggoreskan pena sepenuh cinta Otw Purwakarta, 1 Januari 2023 P. 2.0 #50