Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

IBU DAN PENANAMAN KARAKTER KESANTUNAN

 IBU DAN PENANAMAN KARAKTER KESANTUNAN Betapa bahagia ketika kita masih sempat makan bersama Ibu tercinta. Makan bersama dengan anak-anak  bahkan  dengan cucu kesayangan. Wajah-wajah ceria penuh keakraban dan senda gurau yang memukau. Apalagi makan bersama  pada saat bulan puasa seperti buka bersama di Bulan Ramadan tahun ini. Bulan penuh berkah dan ampunan dari-Nya.  Adalah menarik untuk diperbincangkan dan sejatinya ini menjadi inspirasi dan teladan. Ketika makan bersama saat sahur beberapa waktu lalu melihat Ibu geser tempat duduk untuk sekadar memberi tempat duduk atau kursi untuk Cucu tercinta. Betapa hati ini terharu dan bangga bagaimana melihat tingkah Ibu yang sungguh mulia terhadap sang Cucu. Tidak terbantahkan pula bagaimana mulya dan santunnya kepada anak-anak. Hal seperti ini boleh jadi merupakan hal mahal yang sudah jarang kita temukan. Atau masih banyakkah anak-anak muda yang memiliki jiwa peduli serta santun seperti yang penulis gambarkan di atas? Jawabnya pastilah masih

PUASA DAN TRADISI SESAJEN

 PUASA DAN TRADISI SESAJEN Sepulang taraweh tak terasa air mata menetes deras. Bayangan dan  sosok dari seorang Bapak yang kini menghuni alam kubur, kembali melukis pikiran dan kenangan yang telah berlalu, yakni  menginjak tahun kedua di bulan puasa ini. Pandangan hidup dan harapan Bapak saat Bapak masih ada menyeruak lagi bersamaan dengan derasnya air mata yang tanpa diundang.  Beberapa waktu lalu saya melihat video di tiktok ada salah seorang ustad yang mengemukakan bagaimana seorang yang ada dalam kubur rindu  akan bulan puasa. Rindu akan bulan penuh rahmat dan ampunan. Sedang mereka yang di alam kubur sudah tak lagi mengalami bulan serupa seperti kita yang masih menggenggam asa dunia.  Dalam tangis itu, kembali saya mengingat Bapak ketika masih ada. Bagaimana saat bulan puasa sebelum dan sesudah beralih dari tradisi kearifan lokal. Masih ingat waktu saya masih kecil di hari puasa terakhir suka berbuka sebelum magrib. Bukan saya saja yang saat itu  masih kecil, Kakak, Bapak, Ibu pun

Tak Mudah Menggerakkan Warga Sekolah untuk Menulis

Gambar
  Tak Mudah Menggerakkan Warga Sekolah untuk Menulis Rasanya tak ada kebanggaan yang lebih ketika dalam kegiatan-kegiatan tertentu  peserta antusias mengikuti apa yang kita sajikan. Demikian hal nya  pelatihan menulis yang saya bimbing ini (30/0/2024). Mereka ambil bagian dalam tulisan masing-masing. Saya menuntut mereka untuk menulis sebuah puisi, pada akhirnya terwujud sudah puisi dari peserta.  Sebagaimana hasil diskusi dengan tim guru pembimbing literasi (GPL), diputuskan bahwa untuk menulis buku antologi puisi sekolah perlu secara serempak pelatihan dan menulis puisi. Sasaran peserta pelatihan adalah siswa, guru, dan tendik. Mengapa begitu? Pertama untuk mengurangi kemungkinan penulis buku antologi menjiplak karya orang lain. Kedua, dengan spontanitas menulis puisi peserta pelatihan bisa menghasilkan karya tidak berlama-lama. Ketiga, menghasilkan karya orisinal dari para penulis buku. Saat pelatihan menulis untuk siswa, saya dibantu oleh para Guru Pembimbing Literasi (GPL). Dengan

WORKSHOP DAN WISATA PANTAI MURAH MERIAH

Gambar
"Bapak/Ibu hebat, ini ada laporan  keuangan dari Bu Bendahara, kolam kita sepertinya cukup untuk membeli batik, bagaimana mau dibelikan batik? " tanya saya pada guru dan TU.   Jawaban mereka spontanitas, " Mau berwisata Bu! " Saya  agak tersentak juga karena kaget. Uang yang diperkirakan hanya cukup dibelikan baju batik, inginnya para guru digunakan untuk berwisata. Dengan pelan saya katakan, tidak mungkin uang 100 ribu per orang dipakai untuk  piknik atau wisata bersenang-senang. Kalau dipaksakan boleh jadi cukup, tetapi tidak mungkin untuk menginap. Sungguh tidak masuk akal. Beruntung Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan menjelaskan bahwa wisata itu ke tempat  atau lokasi dengan penginapan gratis, yakni Villa milik salah seorang guru (Haji Agus). Kebetulan pula Haji Agus ada di ruang guru tempat kami diskusi saat itu. Akhirnya diputuskan untuk piknik ke Pantai Karang Papak Santolo Garut. Pantai dengan salah satu villanya milik Haji Agus. Diskusi dilanjut dengan m

Ketika Dikejar Awan Hitam

Gambar
Hari ini Rabu, 6 Maret 2024. Hari ke-46 mengendarai sepeda motor. Sungguh perjalanan hebat menegangkan. Menguras energi uji nyali. Memantik semangat pencitraan diri. Mendobrak langkah untuk terus bergerak dan maju berprestasi, dan pastikan menginspirasi.  Motivasi dan uji nyali di atas bukan basa-basi belaka. Hal  demikian mendorong semangat perjuangan menaklukkan tantangan. Tantangan perjalanan yang   menanjak dan berkelok luar biasa. Dengan wilayah jalan tertentu berlubang, berbatu, dan licin. Sulit sekali memilih jalan untuk ukuran sepeda motor. Belum lagi kemampuan mengendarai yang masih minim dengan pengendalian tangan yang masih kurang. Sedikit terpeleset ban sepeda, alamat tergelincir di sela bebatuan.  Pernah suatu waktu terguling karena kurang kendali sepeda motor terlepas, badan sempoyongan tak karuan. Beruntung Alloh masih melindungi hanya motor yang terguling. Sepeda motor yang berpapasan tadi mendengar dan melihat saya terjatuh. Mereka berdua menolong saya dan langsung mem

Kompak Pasti Berdampak

Gambar
 KOMPAK PASTI BERDAMPAK Tak ada rasa bangga ketika semua terjun ambil bagian. Semua bekerja dalam kinerja sesuai tupoksi. Partisipasi anggota dalam komunitas belajar adalah sebuah keniscayaan jika ingin mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan bekerja berkolaborasi semua hal terkendali dan sukses, tuntas.  Pemikiran di atas bukan basa-basi, tetapi memang logis dan dapat dipahami. Penulis bangga sekali gus merasa haru, guru rekan kerja selama ini pada setiap  kegiatan yang dilakukan selalu bekerja sama dan kompak satu sama lain.  Satu waktu, penulis sebagai pemimpin mereka pada sekolah ini betul-betul kewalahan dalam anggaran. Apa yang terjadi? Mereka guru-guru dengan suka rela mengadakan iuran. Iuran seiklasnya, hingga pada akhirnya kegiatan berlangsung lancar dan sukses.  Iuran sederhana secara suka rela tidak seberapa, namun bernilai luar biasa. Yang memulai bergerak terutama ibu-ibu. Mereka pun tidak memaksa semua guru untuk ikut iuran. Jika dana keperluan telah terpenuhi, usai sudah