JANJI DAN KONSEKUENSI



Apa yang terjadi hari ini tak sedikit pun tahu apa yang akan terjadi esok hari atau nanti. Manusia hanya merencana. Dalang kehidupan hanya milik Alloh Swt. semata. Seperti halnya dengan apa yang telah kita janjikan jika ingin menjadi orang yang dapat dipercaya, suatu keniscayaan janji itu memiliki konsekuensi. Risiko apa dan bagaimana pun janji itu sepanjang tidak merugikan satu sama lain mestinya kita tepati dan dilaksanakan. 


Sebagaimana janji yang telah saya ucapkan kepada guru bahwa hari Rabu mendatang akan diskusi dan sharing tentang membuat puisi. Target sekolah untuk membuat buku bersama harus terwujud. Konsekuensinya semua warga sekolah, siswa, guru, dan tendik harus mampu membuat tulisan, yakni menulis puisi. 


Sesuai hari yang telah disepakati ternyata di hari Rabu tersebut  ada dua guru yang sungguh berhalangan, kaitan dengan rutinitas pengobatan anak semata wayangnya. Saya tidak tega untuk melanjutkan kegiatan di Rabu tersebut. Akhirnya sesuai usul mereka agar kegiatan digeser hari Selasa,  saya kabulkan. 


Sementara  hari Senin malam ini saya harus mengantar Ibu pulang ke Purwakarta. Kegiatan bulanan mengantar ibu ke dokter menjadi agenda rutin mumpung orang tua masih ada walau hanya tinggal ibu. Sementara itu pula, besok pagi hari Selasa harus menjadi nara sumber  dalam komunitas belajar di sekolah sebagaimana janji diskusi dan sharing tentang puisi di atas sehingga perjalanan pulang ke Purwakarta malam ini sungguh menguras tenaga. Bersyukur perkiraan perjalanan dua jam dapat ditempuh dalam tempo 1,5 jam. Pergi pukul 21.00 sampai di Purwakarta pukul 22.30. Sesampai di rumah Ibu beberapa saat kami ngobrol, selanjutnya istirahat tidur. 


Usai salat Subuh kami kembali pulang ke Bandung. Sang Sopir, Suami yang sama-sama mau tugas dinas hari ini, setia menerima kenyataan konsekuensi hidup sebagai ASN. Awal perjalanan dari rumah Ibu masih lenggang. Udara pagi berkabut dan menyegarkan membersamai kami. Lambat laun perjalanan semakin ramai seperti biasa karena telah memasuki jam-jam sibuk masuk kerja dan sekolah.  


Alhamdulillah sesuai target waktu kami sampai di rumah dan bersiap-siap kembali ke sekolah. Rasa lelah, letih, dan penatnya badan menjadi seni hidup sebagai konsekuensi dan  janji pada sesama  serta bukti penghambaan pada-Nya.  Semoga! Bukti perjalanan ini pun saya akhiri dengan menutup layar handphone sebagai tanda usai menutup tulisan perjalanan ini. 


Bandung Barat, usai perjalanan dari Purwakarta, Selasa 30 Januari 2024

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS