Sakadang Kuya Rek Dikawinkeun

-

 Sakadang Kuya Rek Dikawinkeun


Kacaritakeun geus sapoe sapeuting, Sakadang Kuya ngaringkuk dina kurung Pa Tani. Kuya neangan akal sangkan bisa kabur, kaluar tina kurung. Manehna nungguan monyet sugan datang nulungan. 


Kisah cerita sudah sehari semalam, Kura-Kura berada di kurung Pa Tani. Kura-Kura mencari akal agar dapat kabur, keluar dari kurung. Ia menunggu Monyet barangkali datang memberi pertolongan. 



"Kuya hayu  indit! Urang kabur tidieu meupeung Pa Tani euweuh.," ajak Monyet bari rerencepan. 

"Ah, urangmah lebar euy, moal indit, lantaran isukan rek dikawinkeun ka anak Pa Tani," tembal kuya, nguatkeun ka Monyet. 


"Kuya, ayo  pergi! Kita kabur dari sini, mumpung Pa Tani tidak ada," ajak Monyet sambil mengendap-endap.

"Ah, saya tuh sayang. Saya tak akan pergi sebab besok mau dinikahkan dengan anak Pa Tani," ungkap Kuya menegaskan Monyet


Monyet kacida ngarenjagna. Ngadenge Kuya rek dikawinkeun. Monyet kabitaeun hayang dikawinkeun oge.  Manehna ngolo ka Kuya. 


Monyet sungguh kaget. Mendengar Kuya mau dinikahkan. Monyet tertarik, ingin dinikahkan pula. Monyet merayu Kuya. 


Kuya bebeja rek dikawinkeun, ukur ekol Kuya sangkan leupas tina kurung. Kuya mere syarat. Mun hayang ngaganti dikawinkeun, Monyet kudu ngalungkeun heula Kuya, ka jero leuwi. Monyet saluyu jeung atoh. Bari sura seuri  Monyet gagancangan mawa Kuya  ka jero leuwi. Kuya gumbira bebas tina kurungan. 


Kura-Kura memberitahu mau dinikahkan, hanya akal-akalan Kura-Kura agar lepas dari kurung. Kura-Kura memberi syarat. Kalau Monyet ingin mengganti dinikahkan, Monyet harus melemparkan Kura-Kura terlebih dahulu ke dalam danau. Monyet setuju dan senang. Sembari senyum, Monyet dengan cepat membawa Kura-Kura ke dalam danau. Kura-Kura bahagia, lepas dari kurungan. 


Sanggeus ngalungkeun Kuya, ka jero leuwi, Monyet buru-buru asup ka jero kurung. Monyet suka bungah, poe isuk rek dikawinkeun. Monyet teu sabar hayang buru-buru isuk. 


Setelah melempar Kura-Kura ke dalam danau, Monyet cepat-cepat masuk ke dalam kurung. Monyet bergembira ria, besok pagi mau dinikahkan. Monyet tak sabar, ingin segera pagi. 


Wanci isuk Monyet geus hudang. Ti kajauhan, Monyet ngareungeu obrolan Pa Tani ka Ambuna. 

"Ambu, cing ah urang peuncit Kuya teh, ayeuna. Abah rek ngasah bedog heula," ceuk Pa Tani. 

"Heug Abah, pan kuyana dina kurung keneh," tembal Ambu. 


Saat pagi Monyet sudah terbangun. Dari kejauhan Monyet mendengar obrolan  Pa Tani kepada Ambu. 

"Ambu, yo  kita sembelih Kura-Kura, sekarang. Abah mau meruncingkan golok dulu," seru Pa Tani. 

"Silakan, Abah. Kan Kura-Kuranya masih dalam kurung," jawab Ambu. 


Monyet ngarenjag. Reuwas kabina-bina, kumaha nyapilampaheun. 

Kereteg hatena, "Ah, urang rek papaehan".


Monyet tersentak. Sungguh kaget, apa yang harus ia dilakukan. 

Hatinya bergumam, "Ah, saya mau pura-pura mati".



Monyet ngadedempes, api-api geus paeh. 

"Geus waktuna dipeuncit siah, Kuya bulus! Maneh sok maling wae cabe, kuaing meuning diangeun," gorowok Pa Tani, bari ngalengkah mukakeun kurung. 


Monyet pura-pura telah mati. "Sudah waktunya disembelih Kuya bulus! (Sebutan lain Kura-Kura) Kamu selalu mencuri cabai, lebih baik kamu disayur," teriak Pa Tani sambil melangkah membuka kurung.  



Pa Tani ngagebeg. 

"Naha Ambu, Kuya teh bet  jadi monyet? Monyet oge geuning geus paeh?" gorowok Abah, bari ngaguyah guyah monyet. 


Pa Tani terkesima luar biasa.

"Ambu, mengapa ini Kura-Kura jadi Monyet? Monyet pun sudah mati?" Teriak Abah, sembari membolak-balik Monyet. 


Ahirna, Monyet dialungkeun ku Pa Tani. Teu antaparah deui, Monyet ngagajleng, becir lumpat ngorolos ka jero leuweung. 


Akhirnya, Monyet dilempar Pa Tani. Dengan sigap, Monyet melompat jauh lari tunggang langgang, masuk ke dalam hutan. 


Monyet jeung Kuya silih belaan nepi ka salamet tina pati. Tapi omat, urang ulah sok pulang-paling, jiga Monyet jeng Kuya. 


Monyet dan Kura-Kura saling menolong sehingga selamat dari maut. Tetapi ingat! Kita jangan suka mencuri seperti Monyet dan Kura-Kura. 


Bandung Barat, 25 Maret 2025.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

-
Gambar
  ULASAN BUKU PENDIDIKAN DALAM PUSARAN PANDEMI COVID-19 Peresensi: N. Mimin Rukmini,  Judul buku                  : Pendidikan dalam Pusaran Pandemi Covid-19 Penulis                            : Dadang A. Sapardan Penerbit                       : YM Publishing Jumlah Halaman        : 180 Halaman Tahun terbit                 : 2020 Dadang Ahmad Sapardan, Penulis buku “Pendidikan dalam Pusaran Pandemi Covid-19” ini, menjabat sebagai Kabid Pendidikan SMP  Dinas Pendidikan Kabupaten  Bandung Barat. Relevan dengan kapasitasnya sebagai seorang Kabid Pendidika...
Baca selengkapnya

Pembelajaran dari Kedatangan Seekor Kucing Sakit

-
Gambar
  Teringat saat tugas belajar di Surabaya dulu. Saya memarahi Bapak, gegara Bapak membuang kucing yang sedang hamil. Menangis saya tumpahkan  lewat telepon. Sementara, teman kost sekamar, Bu Jar  hanya tertawa. "Hanya kucing Bu Min," ledeknya. Saya hanya menimpal alakadarnya. Ya, memang hanya seekor kucing.  Seperti yang sedang saya alami sekarang, kurang lebih sebulan, kedatangan seekor kucing sakit. Entah dari mana, boleh jadi ada yang membuangnya. Sering saya menerima kedatangan kucing kecil yang dibuang hingga kucing itu pergi lagi. Sementara saya beri makan sementara itu pula kucing tak ada entah kemana.  Saat ini saya memelihara sekaligus tanggungan memberi makan kucing antara tujuh sampai 10 ekor kucing, pernah sampai 12 kucing. Naah, terakhir justru kedatangan kucing sakit itu.  Warnanya coklat keabuan, sebut saja Si Coklat. Badannya kurus, matanya beraair, bulunya sudah pasa rontok, belum lagi korengan, ditambah dengan ekornya borok berair.  D...
Baca selengkapnya

YANG BAPAK TANAMKAN

-
Gambar
Jika seorang meninggal dunia putuslah segala amalnya. Kecuali tiga, yakni satu ilmu yang bermanfaat, dua sodakoh jariyah, dan tiga  anak yang soleh dan solehah yang selalu mendoakan orang tuanya. Demikian pun tatkala Bapak meninggal, putuslah segala apa yang berhubungan dengan urusan duniawi Bapak, kecuali yang tiga disebutkan di atas.  Perasaan dan ikatan batin anak terhadap Bapak tak dapat dimungkiri, segala langkah dan tingkah,  serta tindakan Bapak selalu menancap dalam hati dan pikir. Tak terasa saat mendoakan mendiang Bapak, tergambar selalu apa yang Bapak tanamkan kepada anak-anaknya. Termasuk saya pengagum berat program Bapak. program yang ditentang oleh hampir seluruh saudara dan anggota keluarga.  Program jangka panjang Bapak yang bersebrangan dengan orang  pada umumnya, menjadi bumerang keluarga. Hingga pada saat menjelang meninggal dunia, Bapak berwasiat pada saudara yang sudah agak jauh hubungan kekerabatannya, sebut saja Paman Tedi. Bapak sambil me...
Baca selengkapnya