Pengalaman Estetitika dalam Sastra (Terjemahan Buku Ulman)
pengalaman estetika dan definisi belletristic
sastra
I.
Pengantar
Konsep
balletristic sastra adalah secara umum didefinisikan bahwa sastra merupakan beberapa gagasan
dari seni rupa. Tujuan utama saya dalam paper ini adalah bagaimana
definisi balletristic dapat digambarkan dengan sebaik mungkin. Asumsi saya
adalah bukan hubungan sastra dengan
bahasa lain melainkan bagaimana istilah tersebut mempunyai kegunaan yang tepat
dalam konteks yang berhubungan dengan klasifikasi berbeda.
II.
Konsep prioritas : seni dan estetika
Pertanyaan pertama yang harus
dikemukakan adalah seperti apakah gagasan seseorang terhadap seni sastra tergantung pada konseptual pada
gagasan logis sebelum estetika. Beberapa definisi prosedural pendukung seni
berpendapat bahwa perbedaan seni dan non seni dapat digambarkan secara
independen dari konsep estetika; terkadang jauh ditetapkan bahwa karya estetika adalah semua yang
berhubungan dengan karya seni, gerakan yang membuat gagasan estetika tergantung
secara logika pada hal-hal artistik.
III. Konsep-konsep
estetika
Mempertimbangkan pernyataan berikut yang dibuat oleh Frank
Sibley dalam sebuah paper yang menanyakan apakah selera dan bau dapat memiliki
kepentingan estetika dan nilai:
Tidak ada gagasan dari
nilai estetika; terdapat kesimpang-siuran, beberapa hal sangat berpegang teguh
pada norma moral, beberapa hal sangat universal, beberapa hal stipulatif,
beberapa hal merupakan prasangka, beberapa diantaranya ada yang dapat
dimengerti, tetapi ada yang kurang simpati. Jadi pertanyaannya, apa yang
menegakkan domain estetika adalah tidak ada jawabannya. Saya tidak mengatakan
bahwa hal itu memiliki batasan yang tidak jelas. Alasan untuk termasuk atau
tidak termasuknya itu karena memiliki dimensi dan motivasi yang berbeda pula.3
Sibley benar
sejauh ini seperti orang-orang yang menggunakan “estetika” sebagai label untuk
beberapa gambaran yang bertentangan, beberapa diantaranya telah didukung oleh
alasan-alasan filosofis yang canggih. Hal tersebut diikuti oleh definisi
teoritikal bahwa “Estetika” harus di stipulatif dalam rasa yang tidak dapat
dicerminkan melalui sebuah keunikan.
Mempertimbangkan
kontras antara dua macam pengalaman membaca. Pertama, saya membaca koran dalam
keadaan khawatir dan ketidaksabaran untuk mengetahui apakah tingkat suku bunga
telah bertambah. Bayangkan kemudian saya membaca puisi karya Charles
Baudelaire.
Saya berfikir
hal ini tak terbantahkan bahwa dua episode berbeda dari bacaan tersebut
mencontohkan kontras antara pengalaman
estetika dan non-estetika( dan juga menggambarkan kontras antara menyelaraskan bacaan dan kualitas artistik dan yang tidak).
Namun dengan pernyataan Sibley dalam fikirannya, kita dapat meletakkan poin
lebih yang memperingatkan, mengatakan bahwa setidaknya satu dari intelegensi
dan konsep motivasi yang bagus terhadap estetika- yang saya fikir memiliki
alasan bagus untuk bersimpati- mengklasifikasi kasus bacaan yang berbeda. Dan
mengapa kita harus bersimpati pada gambaran ini.?
Ide dari sifat
spesifik pengalaman estetika harus dikenali jadi dapat di hargai. Hal tersebut
merupakan konten dari poin utama terhadap definisi balletristic sastra.
Hal pertama
yang datang di fikiran adalah membaca puisi adalah “tidakmenarik” sementara
membaca koran terlalu tendensius untuk menjadi estetika. Namun ide tentang
pengalaman estetika harus tidak menarik sebagai tahapan dari kutukan skeptis
terhadap keseluruhan gambaran. Karna sangat sulit untuk dilihat. Apakah pembaca
puisi pernah benar-benar tidak tertarik? Kepentingan seseorang dalam membaca
puisi karya Baudelaire bisa saja –memiliki berbagai motif, seperti untuk
membuktikan pengetahuan seseorang terhadap sastra atau untuk mencari contoh
penggunaan philosopi essay, yang bertujuan untuk menjadikannya instrumen yang
berguna dalam berbagai cara. Berikut ini merupakan kontras yang sangat tajam
dengan pengalaman estetika dari puisi yang tidak secara keseluruhan persoalan
mendapatkan akses terhadap sesuatu, seperti informasi yang dapat saja diperoleh
dari pengalaman membaca puisi secara independen.
Kesimpulan
pertama yang dapat di gambarkan adalah salah satu dari sifat pengalaman
estetika yakni hal ini berbeda dari
sikap eksklusif atau peran utama, dan setidaknya merupakan bagian dari
permasalahan pengalaman nilai secara intrinsik. Tidak hanya untuk menyadari
akhir dari yang lain, atau nilai, tetapi dalam dirinya atau “untuk kepentingan
dirinya sendiri”. Hal ini dapat diterima sebagai ide dalam estetika, tetapi
sering disalahartikan. Pengalaman estetika tidak membutuhkan keterlibatan
bentuk eksklusif dari nilai intrinsik, karena ini memungkinkan untuk menilai
sesuatu baik secara intrinsik maupun instrumental disaat yang bersamaan.
Apresiasi estetika dapat diikuti oleh pencarian berbagai macam tujuan praktis
dan instrumental. Bukan sebuah pernyataan tentang nilai intrinsik melainkan
harus sepenuhnya menyenangkan.
Untuk
mengatakan bahwa pengalaman estetika adalah pengalaman nilai secara intrinsik
dapat di benarkan, tetapi hampir tidak cukup untuk menggambarkan sebuah konsep.
Manusia dapat melambangkan nilai intrinsik
pada kehadiran mahluk yang mereka tidak pernah diketahui secara
langsung. apa yang dianggap berharga bukanlah kenikmatan yang bisa didapat melalui mengenal makhluk ini, tetapi kenyataan dari keberadaan mereka. Nilai moral dari seseorang terkadang dapat
diterjemahkan, terkadang juga merupakan masalah nilai intrinsik atau akhir
dalam diri mereka, dan harus dikenal dari mamfaat estetika secara lebih umum.
Pendapat tandingan digagas oleh C.I. lewis dan
William K. Frankena mengenai hal-hal yang memiliki nilai, menurut Frankena,
sesuatu yang baik itu dikarenakan oleh pengalaman merenungi bahwa mereka itu
baik atau bermamfaat dalam diri mereka sendiri. Sesuatu yang memiliki nilai ,
terletak pada kapasitasnya atau kecenderungannya untuk melayani secara
instrumental sebagai alat berbentuk nilai intrinsik. Nilai ini tidak ditemukan
didalam teks melainkan sebuah kondisi yang ditemukan oleh pembaca yang telah
menyerap teks tersebut semisal setelah puisi karya Baudelaire.
Kita dapat menemukan kata “kontemplasi-perenungan”
yang sejauh ini dapat menyesatkan karena dapat membawa konotasi pasif,
penekanannya pada kualitas aktif dari perenungan estetika yang telah dikatakan
pada banyak poin yang berbeda dalam sejarah estetika. Poin ini dibuat sangat
jelas dalam buku karya D.W. Prall tahun 1992 berjudul Aesthetic Judgement-penilaian estetika, dimana ia menulis tentang ‘aktivitas
intens terhadap perenungan mendalam’ dan tema tersebut dikembangkan oleh
Francis Sparshott, yang setuju dengan tekanan tradisional dalam tugas kognisi
aktif, persepsi, dan imajinasi dalam pengalaman estetika, saya tidak bermaksud
untuk mengesampingkan berbagaimacam faktor lain, seperti keterlibatan emosional
dan fisik.
Berdasarkan hal ini kita dapat menggambarkan
kondisi yang dibutuhkan: respon estetika yang merangkul fikiran dan emosi
begitu juga persepsi dan sensasi berupa perhatian dan perenungan aktif terhadap
kualitas sesuatu dalam pengalaman nilai secara intrinsik. Kita tidak berada
dalam kasus dimana kita ingin mengatakan bahwa kita memiliki pengalaman
estetika hanya pada karya sastra atau seni secara umum. Yang dikatakan sebagai
properti estetika adalah keanggunan dan kecanggungan, muncul dari level
terendah kulitas persepsi, seperti tekstur fisik serta warna dan pengalaman
kita terdahulu. Pada saat mata pembaca mendapatkan informasi yang diinginkan
ketika membaca koran maka kasus ini disebut non estetika, sementara dalam kasus
pengalaman estetika saat membaca puisi terjadi proses interpretasi, bukan hanya
melihat huruf atau mendengar fenomena.
Apakah ada
pengalaman non-estetika melibatkan nilai intrinsik dan didapat melalui
perhatian dan perenungan?
Perpindahan
karakteristik dari filosofi sastra pada nilai intrinsik untuk menentukan apa
yang dibutuhkan orang, untuk memuja, mencinta, membenci, menyukai atau
sebagai lawan dari apa yang terjadi
dimana nilai intrinsik hadir sebagai alasan baik atau buruk, atau tanpa alasan
sama sekali.
IV. Nilai
estetika dan defenisi sastra.
Pengertian
mengenai pengalaman estetika yang telah diberikan diatas adalah bagaimana
seseorang menggunakan konsep ini dalam menyusun definisi seni dengan perluasan
dari seni rupa sastra? Berbagai pilihan terbuka. Ucapan verbal adalah tindakan ekspresif yang disengaja dan produknya adalah sastra, sarana utama ucapan adalah satu bahasa alami.
Tidak semua ucapan verbal merupakan sastra, tetapi semua karya sastra harus di
ucapkan dalam sebuah medium verbal. Ucapan sastra adalah mereka dimaksudkan terutama oleh penulis yang dapat memberi pengalaman dengan karakter estetika ditandai, dalam arti yang sangat luas membuat sketsa sebagai sarana dalam menulis sebuah karya sastra. Tujuan penulis adalah untuk membuat sebuah perenungan
terhadap karyanya yang dapat bernilai intrinsik.
Hal ini
merupakan definisi dari seni sastra, tetapi harus diingat bahwa niat tersebut
tidak berarti mengecualikan yang lain, yakni tujuan instrumental non-estetika. setiap kali niat utama penulis
tergantung terhadap beberapa pekerjaan untuk
menciptakan sesuatu yang akan bernilai secara intrinsik yang kemudian
direnungkan sebagai sesuatu yang akurat, dapat diandalkan, dan instruktif maka
karya sastra yang dihasilkan adalah ada pada akun belletristic.penulis dapat
berniat untuk mempromosikan sementara juga berniat untuk menulis sesuatu bacaan
yang akan menghasilkan jenis penghargaan kontemplatif yang telah lama dikaitkan dengan pengalaman
estetis. Tantangan lain untuk konsepsi belleristic yang tertulis di sini adalah anggapan bahwa bentuk eksklusif praktis dalam menilai beberapa ucapan yang bisa tepat diakui sebagai apresiasi seni atau estetika.
Simpulan
1. Estetika intrinsik merupakan pengalaman
yang berharga, seniman yang menciptakan karya, dan orang mampu menikmati
karyanya ketika kita melakukan perenungan aktif dan mengeksplorasi prestasi
dari seniman tersebut.
2.
Orientasi
khusus artistik dalam pemenuhan ini adalah untuk terlibat dalam apresiasi yang
mampu memberi kesadaran tentang pengalaman estetika.
3.
Banyak
hal berbeda yang memberikan kesempatan untuk proses kontemplasi yang secara
intrinsik berharga bagi seseorang dalam beberapa konteks, yang berarti bahwa
tujuan artistik seperti yang digambarkan disini adalah sesuatu yang sangat luas
pengalaman estetika
dan definisi belletristic sastra
LITIAN
Oleh : Dra. N. Mimin Rukmini
NIM : 137835123
PASCASARJANA
UNESA ANGKATAN 2013-2014
Komentar
Posting Komentar