PENERAPAN TEKNIK RANGSANG EMOSI PADA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
PENERAPAN TEKNIK RANGSANG EMOSI PADA
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 CILILIN
Disajikan pada
Kegiatan Peningkatan Karir PTK MGMP Gugus 4 Cililin
Kab. Bandung Barat Melalui DBLDitjen GTK Kemendikbud
Jakarta
Oleh
Dra. N. Mimin Rukmini, M.Pd.
NIP. 196902061998022003
Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia SMPN 1 Cililin
DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
SMP NEGERI I
CILILIN
TAHUN
PELAJARAN 2016 – 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Laporan Pengalaman Terbaik (Best
Practice) Guru ini
Judul : Penerapan Teknik Rangsang Emosi pada Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Cililin
Penulis : Dra. N. Mimin Rukmini, M.Pd.
Jabatan : Guru B. Bahasa Indonesia
SMPN I Cililin Kabupaten Bandung Barat
Propinsi
Jawa Barat
benar-benar merupakan karya asli saya dan tidak merupakan
plagiasi. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil
plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Ditetapkan/dibuat
:
Di Cililin, September 2016 Sie. Kurikulum,
Guru Mata Pelajaran,
Asep Ajat Saepuloh, M.Pd. Dra. N. Mimin Rukmini, M.Pd.
NIP 197103041994121001 NIP
196906021998022003
Mengetahui:
Pengawas Pembina,
Kepala SMPN I
Cililin,
Asep Supriatna, S.Pd. M.Pd. Sobirin Roin
Syamsuriatna., S.Pd.
196904101998021003 NIP
195909141983021003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul ”Penerapan Teknik Rangsang Emosi pada Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Cililin”
Melalui
penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mencoba menjelaskan pengalaman
terbaik yang pernah dilakukan di sekolah. Di dalamnya disajikan
bagaimana langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, sampai pada penilaian pembelajaran menulis
puisi dengan teknik rangsang emosi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung dalam penulisan karya tulis ini. Penulis juga menyadari bahwa didalam penyusunan
karya tulis ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan karya tulis ini.
Bandung Barat, September 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
|
Hal.
|
Halaman
Judul............................................................................................
|
I
|
Lembar
Pengesahan....................................................................................
|
Ii
|
Kata
Pengantar...........................................................................................
|
Iii
|
Daftar
Isi.....................................................................................................
|
Iv
|
Daftar
Gambar............................................................................................
|
V
|
Daftar
Lampiran.........................................................................................
|
vi
|
|
|
BAB I Pendahuluan....................................................................................
A. Latar Belakang Masalah............................................................
B. Masalah......................................................................................
|
1
1
2
|
BAB II Cara
Penyelesaian Masalah...........................................................
A. Strategi Pemecahan
Masalah.....................................................
B. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah..............................
|
4
4
4
|
BAB III Simpulan dan
Rekomendasi.........................................................
A.
Simpulan....................................................................................
B.
Rekomendasi..............................................................................
|
9
9
10
|
BAB IV Pelajaran yang
Diperoleh (Lesson Learned)................................
A. Kendala Pelaksanaan dan Cara Mengatasinya..........................
B. Dampak Terhadap Dunia
Pendidikan........................................
|
11
11
11
|
Daftar
Pustaka............................................................................................
|
13
|
DAFTAR GAMBAR
|
|
Hal.
|
Gambar
2.1
|
Kesungguhan siswa padaa saat menulis puisi.........................
|
6
|
Gambar
2.2
|
Siswa memajang hasil
kerja....................................................
|
6
|
Gambar
2.3
|
Siswa melihat hasil
kerja siswa yang lain................................
|
7
|
Gambar 2.4
|
Siswa membacakan hasil
kerja ................................................
|
7
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR LAMPIRAN
|
|
Hal.
|
Lampiran 1
|
Teks yang Dikemukakan pada
Saat Rangsang Emosi Fokus Keagamaan ....................................
|
11
|
Lampiran 2
|
Lagu “Ibu” mengacu pada
lagu “Umi” (Hadad Alwi/Sulis)
......................................................................................
|
17
|
Lampiran 3
Lampiran 4
|
Nilai Hasil Kerja
(Puisi) ....................................................
Angket Sikap Siswa ………………………………………..
|
18
19
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kemampuan bersastra
siswa terutama keterampilan menulis sastra pada dasarnya masih rendah. Keberanian
dan kreativitas siswa dalam menulis
sastra masih kurang. Hal ini salah satunya disebabkan oleh strategi pembelajaran
yang kurang bervariasi dan menarik bagi siswa. Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia pada umumnya masih mengacu pada “Apa itu Bahasa dan Sastra” bukan
“Bagaimana Berbahasa dan Bersastra” sehingga siswa merasa tidak suka atau jenuh
dengan pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
khususnya menulis sastra.. Padahal seharusnya siswa merasa senang
menulis sastra sehingga muncul keberanian dan kteativitas dalam bersastra agar
memiliki kecerdasan, kekuatan, dan keajaiban dalam menulis sastra. Sebagaimana
dikemukakan Leonhardth (2005: 19) “Rasa senang terhadap sesuatu kegiatan
merupakan prasarat untuk keberhasilan di bidang apapun. Demikian pula halnya
dalam menulis”.. Dengan demikian rasa senang,
melakukan sesuatu (menulis sastra) akan menunjang terhadap keberhasilan kemampuan sastra lainnya.
Kompetensi
menulis sastra yang diharapkan pada
siswa kelas VII yang saat ini masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di antaranya adalah
standar kompetensi mengungkapkan keindahan dan pengalaman
melalui kegiatatan menulis kreatif puisi, dengan kompetensi dasar menulis
kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami.
Rendahnya kemampuan menulis
sastra khususnya menulis kreatif
puisi inilah yang terjadi di kelas VII
SMPN I Cililin sehingga dianggap menjadi masalah yang perlu diselesaikan oleh
penulis.
Untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang bervariasi dan menarik bagi siswa
diperlukan pendekatan dan teknik yang
dapat menunjang keberhasilan pembelajaran secara optimal, salah satu alternatif adalah teknik rangsang
emosi. Teknik rangsang emosi adalah penyampaian pembelajaran dengan berusaha
menimbulkan luapan emosi jiwa pada diri siswa. Depdiknas (2003: 298)
mengemukakan bahwa emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam
waktu singkat atau keadaan dan reaksi psikologi dan fisiologi (seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan). Jenis teknik rangsang emosi di
antaranya adalah rangsang emosi fokus keagamaan, yaitu merangsang getaran jiwa
yang menyebabkan siswa berperilaku sesuai dengan tuntutan keagamaan. Dalam hal
ini siswa diajak selain untuk menulis puisi, juga senantiasa berbakti pada Sang
Maha Pencipta dan pada kedua orang tua mereka khususnya ibu (dalam puisi
tentang Ibu). Dengan kata lain, teknik rangsang emosi fokus keagamaan ini
merupakan proses penyampaian pembelajaran dengan mendekatkan siswa pada
eksistensinya sebagai makhluk yang beragama atau makhluk ciptaan Tuhan/Allah
SWT yang senantiasa segala perbuatan dan tingkah lakunya selalu mengabdi pada
Sang Khaliq.
Berdasarkan
latar belakang itulah, penulis melakukan inovasi pembelajaran melalui ”Penerapan Teknik
Rangsang Emosi pada Pembelajaran
Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Cililin”.
B. Masalah
Hasil refleksi pembelajaran yang
diperoleh selama ini, didapat beberapa hal yang belum sesuai dengan pemenuhan
pembelajaran menulis puisi yang menarik dan bervariasi, yakni rendahnya
kualitas pembelajaran menulis puisi baik pada saat proses, hasil, maupun sikap
terhadap pembelajaran bagi siswa kelas VII SMPN I Cililin. Hal tersebut
disebabkan hal-hal berikut.
1. Siswa
tidak menyukai menulis puisi karena menulis puisi adalah pembelajaran yang
membosankan.
2. Siswa
tidak menyukai kegiatan menulis puisi karena menganggap tidak bisa menulis
puisi.
3.
Siswa menganggap sulit menyalurkan ide
ke dalam bentuk puisi.
BAB
II
CARA
PENYELESAIAN MASALAH
A.
Strategi Pemecahan Masalah
1.
Merencanakan
kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan teknik rangsang emosi fokus
keagamaan.
2.
Melaksanakan
kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan teknik rangsang emosi fokus
keagamaan.
3.
Mengevaluasi
kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan teknik rangsang emosi fokus
keagamaan.
B. Implementasi
Strategi Pemecahan Masalah
1. Dalam
perencanaan penulis melakukan berbagai persiapan, mulai dari menyiapkan skenario
pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran, sampai pada menyiapkan situasi
kelas baik pada kelas yang akan penulis teliti maupun kelas lain yang berdampingan agar
pembelajaran berlangsung dengan baik. Media yang disiapkan berupa lagu Ibu
hasil musikalisasi puisi dari lagu Umi yang dinyanyikan Hadad Alwi. Disiapkan
pula angket mengenai bagaimana selanjutnya sikap siswa terhadap ibunya setelah
mengikuti pembelajaran ini.
2. Melaksanakan
pembelajaran dengan skenario pembelajaran meliputi tiga kegiatan, yakni
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan
pendahuluan atau aktivitas awal dimulai dengan mengondisikan anak, melalui
berdoa dan mengecek kehadiran siswa. Untuk memotivasi siswa. Siswa diajak
bertanya jawab tentang puisi dan orang yang paling dekat dengan siswa, yakni
ibu mereka masing-masing. Sambil bertanya jawab disampaikanlah tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Siswa disuruh menyiapkan kertas dan ballpoint
untuk menulis puisi. Kemudian, siswa menyepakati alur kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan saat itu. Kegiatan pendahuluan dilaksanakan selama
sepuluh menit.
b. Kegiatan
inti dimulai dengan mengajak siswa lari ditempat beberapa lompatan sebagai
pemanasan tubuh. Kegiatan selanjutnya anak disuruh menarik nafas panjang
sebanyak tiga kali (pelaksanaan teknik rangsang emosi fokus keagamaan).
Berikutnya siswa diajak merenungkan
hal-hal yang mengembirakan diakhiri tertawa. Lalu, siswa diajak merenungkan
hal-hal yang menyedihkan atau mengecewakan, siswa disuruh menangis. Kegiatan
selanjutnya dilakukan sebagai berikut. (Naskah teks rangsang emosi terlampir)
c. Di
sela-sela kegiatan rangsang emosi, guru melagukan musikalisasi puisi “Ibu”
sesuai lagu Hadad Alwi. (lirik lagu terlampir)
d. Selesai
pemberian nasihat dan kelihatan siswa pada menagis, penulis menyuruh siswa
menulis puisi “Ibu” pada kertas yang telah mereka siapkan. (Kegiatan rangsang
emosi selama 15 menit).
e. “Selama
siswa menulis puisi, guru tetap menjadi fasilitator karena kadang-kadang ada
saja siswa yang kurang mengerti dengan apa yang harus dikerjakannya. Kegiatan
menulis puisi selama 30 menit.
f. Pada
waktu proses pembelajaran, sebagaimana yang telah penulis lakukan dalam
pembelajaran, siswa terlihat sungguh-sungguh dan mempunyai motivasi yang
tinggi. Biasnya kalau pembelajaran menulis puisi banyak siswa yang bicara “ah”
kalau langsung disuruh menulis puisi, tapi dengan teknik rangsang emosi siswa
tidak merasa dipaksa bahkan mereka asyik mencurahkan isi hatinya walaupun dalam
keadaan nangis (terdapat 32 siswa yang menangis). Hal tersebut dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut.
|
g.
Setelah
selesai menulis, siswa memajang hasil karya, sebagaimana terlihat pada gambar
2.2 berikut.
|
h. Siswa
melihat hasil karya teman yang lain, seperti terlihat pada gambar 2.3 berikut
ini.
|
i.
Siswa yang bersedia,, membacakan puisi hasil
karyanya. Lihat gambar 2.4 berikut!
j.
|
k. Dengan
demikian, dalam proses pembelajaran
siswa terlihat serius, selain itu pembelajaran bersifat menyenangkan dari awal,
proses, sampai akhir pembelajaran.
l.
Kegiatan penutup dilakukan melalui
penyimpulan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam refleksi ternyata siswa
merasa kalau dengan belajar sungguh-sungguh,
menulis puisi ‘Ibu” itu mudah dan menyenangkan. Terakhir, guru memberi
tugas kepada siswa untuk dikerjakan di
rumah.
3. Evaluasi
pembelajaran menulis puisi ini berupa: 1) evaluasi proses pembelajaran,
termasuk kesungguhan dan keseriusan pada saat rangsang emosi, menulis puisi,
memajang hasil karya, berkeliling melihat hasil kerja, sampai pada membacakan
puisi hasil kerja. 2) evaluasi hasil kerja berupa puisi siswa, dan 3) evaluasi
sikap siswa terhadap pembelajaran dan sikap siswa terhadap orang tua khususnya
Ibu, melalui angket (terlampir).
BAB
III
SIMPULAN
DAN REKOMENDASI
A.
Simpulan
1.
Pembelajaran
menulis puisi dengan teknik rangsang emosi fokus keagamaan merupakan salah satu
alternatif pembelajaran menulis puisi yang menarik dan inovatif, hal ini dapat
dibuktikan dengan hal-hal berikut.
a.
Proses
pembelajaran berlangsung secara serius, semua siswa terlibat dan larut dalam
pembelajaran, baik pada saat berlangsungnya rangsang emosi maupun pada saat
menulis puisi. Dari jumlah siswa 44 orang, sebanyak 32 orang siswa menangis.
Siswa yang tidak menangis bukan berarti tidak serius, kesungguhan mereka dalam pembelajaran juga
terlihat. Siswa merasa pembelajaran menulis puisi tidak membosankan lagi.
b.
Hasil
pembelajaran menampakkan hasil yang baik. Hal tersebut terbukti dari puisi
hasil kerja siswa memuaskan dengan nilai
rata-rata kelas 80,41 (terlampir). Hasil kerja nilai puisi meliputi aspek: 1)
ketepatan menggunakan pilihan kata, 2) penggunaan bahasa yang puitis/daya puitis, 3) orisinalitas , dan
4) kerapihan. Yang tidak terdapat dalam aspek penilaian, tetapi juga menjadi
alat ukur penilaian adalah banyak sedikitnya isi puisi yang dikemukakan. Dalam
keadaan emosi, isi puisi yang dihasilkan akan lebih banyak disbanding tidak
dalam keadaan emosi. Penggunaan pilihan kata rata-rata bernilai baik. Banyak
siswa yang menggunakan kata-kata yang puitis. Orisinalitas cukup memuaskan.
Demikian pula dengan kerapihan sangat memuaskan. Kalau hasil kerja siswa
diberitahukan akan dipajang, biasanya siswa akan menulis lebih rapih. Karena
pembelajaran menarik, menulis puisi
dianggap mudah dan dengan teknik rangsang emosi mudah menyalurkan ide ke dalam
bentuk puisi.
c.
Sikap siswa
terhadap pembelajaran sangat baik, demikian pula dengan sikap terhadap ibu
diharapkan akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum mengikuti pembelajaran
menulis puisi. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui angket yang telah diisi
siswa.
d.
Pembelajaran
menulis puisi dengan teknik rangsang emosi tidak konvensional, tetapi inovatif.
Pembelajaran ini membutuhkan persiapan
yang matang dan jiwa yang stabil pada
saat berlangsungnya pembelajaran.
2.
Pembelajaran
menulis puisi dengan teknik rangsang emosi pokus keagamaan selain mengembangkan
kreativitas pembelajaran menulis sastra juga dapat mengembangkan sikap siswa
terhadap pembelajaran dan pribadi siswa.
3.
Tidak semua
guru akan mampu menyampaikan pembelajaran dengan teknik rangsang emosi. Teknik
rangsang emosi dalam pelaksanaannya membutuhkan
jiwa yang stabil.
B.
Rekomendasi
Rekomendasi untuk rekan pendidik, sekolah,
penulis kemukakan sebagai berikut.
1. Seyogyanya
rekan pendidik selalu membuat dan mencari alternatif teknik pembelajaran yang
menarik dan kreatif untuk pembelajaran sastra khususnya dan pembelajaran bahasa
Indonesia pada umumnya.
2. Bagi
rekan pendidik dalam setiap pembelajaran diusahakan agar dalam keadaan jiwa
yang stabil.
3. Sekolah
memberikan keleluasaan dan dukungan terhadap guru atau pendidik yang melakukan
pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
BAB IV
PELAJARAN YANG
DIPEROLEH (LESSON LEARNED)
A. Kendala
Pelaksanaan dan Cara Mengatasinya
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mendapat kendala. Kendala dalam
pelaksanaan pembelajaran teknik rangsang emosi, di antaranya: 1) terjadi
keributan di kelas sebelah, 2) terdapat siswa yang lalu-lalang di depan
kelas, 3) pada awal pembelajaran ada
saja siswa yang tidak serius atau cengengesan pada saat terjadinya rangsang
emosi, dan 4) teknik rangsang emosi bukan siswa yang aktif, tetapi guru.
Kendala dapat diatasi dengan cara: 1) pastikan kelas sebelah sudah ada
guru yang masuk, 2) usahakan kaca kelas menggunakan gorden sehingga bila siswa
lalu-lalang tidak kelihatan dan guru mengusahakan agar kelas dalam keadaan
hening, 3) guru sebisa mungkin membawa
siswa larut dalam pembelajaran, yakni salah satunya dengan olah vocal, olah
tubuh, sampai olah hati pada saat rangsang emosi, dan 4) karena guru aktif,
guru membutuhkan energi banyak dan fisik yang betul-betul baik.
B. Dampak
Terhadap Dunia Pendidikan
Dampak yang ditimbulkan terhadap dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
menulis puisi dengan teknik rangsang emosi meningkatkan proses, hasil, dan
sikap pembelajaran.
2.
Terciptanya
budaya serius atau upaya sungguh-sungguh dalam pembelajaran.
3.
Menciptakan
budaya menghasilkan keterampilan, yakni keterampilan menulis puisi.
4.
Dengan
rangsang emosi atau upaya refleksi diri, menciptakan budaya agar siswa dan guru
selalu sadar akan posisi diri terutama dengan penghambaan diri pada Sang Pencipta.
DAFTAR
PUSTAKA
Leohardt, Mary. 2005.
Bergairah Menulis. Bandung: PT
Mizan Pustaka.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga. Jakarta: Balai Pustaka..
LAMPIRAN
1
TEKS YANG DIKEMUKAKAN PADA SAAT
RANGSANG EMOSI FOKUS KEAGAMAAN
“
Anak-anak yang ibu banggakan!” “Buku catatan dan balpoin yang telah kamu
siapkan silakan simpan di meja kalian masing-masing!”. Pusatkan pikiran kalian
hanya pada ibumu!” Coba tarik nafas panjang sebanyak tiga kali!” “Kita tarik
nafas panjang!” “Ya, sekarang keluarkan pelan-pelan!” “Tarik nafas panjang!”
“Keluarkan!” “Tarik lagi!” “Ya,…. Keluarkan!”
“Anak-anak coba kamu
gambarkan keadaan ibumu yang sekarang sedang menyiapkan segla sesuatu, menunggu
kepulanganmu dari sekolah, dan menunggu ayah atau adikmu”. “Saat ini ibumu
sedang sibuk; ia tidak bisa tidur atau terlena, ia tak sempat istirahat
walaupun ia dalam keadaan sakit.” “Yang ia pikirnya hanya menyiapkan sesuap
nasi/makananmu sepulang sekolah”.
“Anak-anak coba renungkan!”
“Sekarang, umur kalian sudah menginjak 14 tahun, sejak lahir sampai seusia ini,
sejauh mana pengabdianmu pada ibumu?” “Kalau disuruh kamu mengatakan ‘ah’
….malah kamu marah-marah!” “Selalu marah-marah bila keinginanmu tidak
dikabulkan ibumu”. “Kamu marahi ibumu”. “Kamu lalaikan ibumu”. “Kamu tidak
tanggung-jawab pada ibumu”. “kamu malas;
kamu egois; kamu ingin menang
sendiri; kamu sombong; kamu merasa hidup sendiri tanpa ibumu”. “Kamu
keterlaluan!”
“Anak-anak yang ibu cintai!
Orang yang paling dekat denganmu adalah ibumu; dialah yang mendoakan kita siang
maupun malam”. “Mohon maaflah padanya! Mohon didoakanlah padanya!” “Dialah yang
merawat kita dari kecil hingga sekarang; ibumu tidak pernah mengeluh!” “Ketika
kamu kecil bila kamu nangis, ia belai kamu dengan kasih sayang; cepat-cepat ia
susui kamu; ia dekap kamu dengan mesra sehingga kamu merasa aman, nyaman dan
tentram dalam pelukannya.” “Bila kamu sakit; Ibumu cemas; Ia bawa ke dokter
walaupun ia tak punya uang; ia rela berkorban apa saja demi anak tercintanya;
sedangkan saya sekarang, ya Allah! “Saya selalu melalaikan ibuku!”Kalau disuruh
aku gak mau!” “Aku bentak ibuku!” “Aku sia-siakan ibuku” “Sampai-sampai kaos
kaki, sepatu, baju, dan baju dalamku masih saja dicucika ibuku”. “Ya, Allah!
Betapa aku tidak tahu diri!” “Betapa aku
tidak tahu malu”. “Betapa aku tidak mempunyai rasa terimakasih pada ibuku!”.
“Aku sudah besar ya Allah!” “Seharusnya aku sudah mandiri!” “Seharusnya aku thu
diri!” “Seharusnya aku mengabdi; mengabdi pada-Mu ya Allah!” “Mengabdi pada
ayahku, ibuku, ibuku, ibuku, ya, Allah!” Mengapa aku selalu menyakitinya?”
“Mengapa aku selalu melalaikannya?” “Maafkan aku, ibuku!” “Aku yang tidak tahu
malu!” “Aku yang tidak mempunyai rasa terimakasih!”
“Maafkan aku, ya
Allah!; “Maafkanlah……….!”
Maafkan
kedua orang tuaku, kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihaniku sewaktu
kecil (Hadist Bukhari)
“Ya, Allah! Itulah yang
kuucapkan setelah selesai solatku, tapi sikapku pada ibuku lain dengan apa yang
kuucapkan pada-Mu ya, Allah!; “Maafkan aku ya, Allah! Maafkan ibuku, ya Allah! Kasihanilah dia ya, Allah!
Sebagaimana ia mengasihi aku sewaktu kecil!” “Kabulkanlah doaku, ya Allah!”
“Panjangkanlah umurku ya
Allah! Agar aku bisa memperbaiki tingkahku pada ibukur; Agar aku bisa mengabdi
pada-Mu ya Allah! Agar bisa mengadi pada ibuku! Agar aku tidak menjengkelkan
ibuku lagi! Agar aku tidak menyakiti ibuku lagir! Agar aku menjadi orang yang
selalu mengabdi dengan penuh kasih dan sayang-Mu pada ibuku!” “Kabulkanlah
doaku, ya Allah!”
“Nah anak-anak sekarang
coba kamu alihkan emosimu pada kertas yang telah kamu siapkan tadi!” “Kamu
jangan melirik ke kiri atau kanan dulu!” “Walau kamu nangis curahkanlah isi
hatimu pada kertas!” “Buatlah sebuah puisi tentang “Ibu”.
LAMPIRAN
2
Lagu
“Ibu” mengacu pada lagu “Umi” (Hadad Alwi/Sulis)
Ibu
Ibu…ibu… ibu…ibu 2X
Engkaulah cahaya
hidupku
Engkaulah belahan
hidupku
Engkaulah mata hari
pagi
Engkau yang slalu
menyinari
Ibu…ibu… ibu…ibu 2X
Bimbinglah aku anakmu
Nasihatilah sgala
hilapku
Antarkanlah daku ibuku
Kepintu gerbang
menuntut ilmu
Ibu…ibu… ibu…ibu 2X
Maafkanlah daku ibuku
Atas dosa dan
kehilapanku
Jadikan aku anak
berbakti
Agar dapatkan cahya
ilahi
Ibu…ibu… ibu…ibu 2X
Ya, Allah maafkanlah
daku
Ya, Allah maafkan ibuku
Berilah dia kasih
sayangmu
Masukkan dia dalam
syorgamu
By: Mimin
Komentar
Posting Komentar