Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

Hanya Sepuluh Juta

 HANYA SEPULUH JUTA Pentigraf Oleh N. Mimin Rukmini Kutergesa-gesa Semangat Empat Lima memburu jalan raya lewat gang kecil. Sebagaimana janji semalam, hari ini aku dan suami mau membayar tukang  perbaikan rumah. Gelang dan surat pembelian  emas  kubawa dengan hati-hati. Gelang satu-satunya yang biasa dikenakan sekarang berpindah tempat, disimpan di dompet untuk dijual. Dua rasa berkecamuk antara semangat membayar tukang, dan sedikit kecewa terpaksa harus melepas gelang kenangan. Kenangan perjuangan ekonomi keluarga.  Suami telah menunggu agak lama. Terlukis senyum simpul bahagia melihat sang istri mendekati kursi di samping kemudi suami. Kukatakan padanya bahwa gelang siap dijual. Setelah dijual nanti kami akan  langsung menuju lokasi rumah yang sedang diperbaiki. Perumahan sederhana di puncak bukit, lima kilo meter dari terminal kota wisata. Suami mengiyakan. Aku pun membawa makanan alakadarnya untuk bekal di perjalanan.  Tak lama  di jalan, kami...

Demi Sahabat

 Pentigraf DEMI SAHABAT Oleh N. Mimin Rukmini, editor Hariyanto Menjelang Magrib Angga bergegas pamitan pada Bu Yuyun  ibunya untuk mengantar Dadang teman lama dari kampung sebelah. Padahal Bu Yuyun  mengingatkan bahwa magrib sebentar lagi. Angga tetap saja pergi dengan alasan Dadang telah menunggu di  jalan sebrang Indomaret. Anak kesayangan Bu Yuyun  yang satu ini, baru saja pulang dari Bekasi tempat kerjanya. Angga pulang ke kampung seminggu sekali.  Saat azan Isya, Angga masih saja belum ada kabar. Bapak dan Ibu Angga mondar-mandir tak karuan di ruang tengah terlihat sangat  gelisah. Sesekali mereka duduk dan   mendesah. Bapak Angga wajahnya  memerah, mulai menyalahkan Bu Yuyun yang tidak bisa menahan Angga untuk pergi. Beberapa saat kemudian mereka menerima telepon dari polres bahwa Angga berada di Polres. Kepanikan pun terjadi. Tanpa pikir panjang kedua orangtua itu berangkat ke Polsek Kota. Polisi menjelaskan bahwa Angga dan Dadan...

MEMO TERAKHIR

 MEMO TERAKHIR Pentigraf Oleh N. Mimin Rukmini Suami hanya memberitahukan bahwa Pak Pengantar Koran (Pak Loper) besok hari tidak akan mengirim koran mungkin dua atau tiga hari ke depan. Hal itu suami dapatkan dari catatan Pak Loper yang disimpan bersama dengan koran. Dalam catatan itu tertulis, "Mohon maaf, Pak/Bu! Besok saya berobat dulu. Hatur nuhun! " Hanya itu yang tertulis.    Beberapa hari kumenunggu kabar Pak Loper. Kutanyakan pula pada suami barangkali kalau ke sekolah  Pak Loper masih mengirim koran dagangannya. Masih penasaran pula, kutanyakan  keberadaan Pak Loper pada Bu Elis. Pak Loper pernah bicara, rumahnya dekat dengan Bu Elis di Cipetir. Kutanya pula pada beberapa teman yang lain.  Usaha belum menunjukkan hasil. Bertanya ke perorangan atau ke grup WA belum menemukan jawaban bagaimana dan di mana keberadaan Pak Loper tersebut.  Hari berganti bulan, bulan berganti  tahun, belum ada tanda-tanda di mana Pak Loper berada. Betapa kurind...

SEPERTI PENSIL

  Menarik sekali sambutan pembina upacara hari ini, Senin 5 Februari 2024. Pembina upacara Asep Supriadi  mengambil inspirasi pertama dari uang seratus ribu dan dua ribu rupiah. Siswa peserta upacara disuruh memilih antara nilai dua mata uang tersebut. Jelas sekali, kebanyakan siswa memilih uang seratus  ribu. Siswa pun memberi alasan mengapa mereka memilih uang seratus ribu. Mereka memilih seratus ribu karena uang seratus ribu lebih besar nilainya daripada dua ribu rupiah. Pendek kata walau uang seratus ribu dibuang ke tong sampah bau dan kotor pun, mereka tetap bakal mengambil uang yang seratus ribu.  Makna dari perbandingan nilai uang tersebut adalah bagaimana seseorang dalam hidupnya memiliki manfaat, baik manfaat untuk diri sendiri, maupun manfaat bagi orang lain atau makhluk lain. Manusia memiliki nilai lebih dari makhluk lainnya. Ketika manusia hilang atau meninggal dipastikan mereka dicari dan diburu, karena manusia berharga dan bernilai.  Karena manusia...

Puisi 2.0 "Tahukah Sahabat? "

 TAHUKAH SAHABAT?  Oleh N. Mimin Rukmini tahukah sahabat?  tatkala pagi  gerimis,  hujan  menerjang kumeradang melayang angan di kelok  nanjak bebatuan kerikil tajam kuberserah tengadah pada-Nya Bandung Barat, 7 Februari 2024 P. 2.0 # 83 SUAMIKU suamiku,  mentari  menerang bumi bintang  berkedip  sepanjang air menyejuk alam suamiku,  itulah engkau Bandung Barat, 7 Februari 2024 P. 2.0 #84 ANAK-ANAKKU anak-anakku,  ketika  ajal menjelang kumau kau kisahkan betapa  nadiku mendenyutkan  jantungmu Bandung Barat, 7 Februari 2024 P. 2.0 #85