Bincang Karakter Disiplin

 


Jumat, 14 Februari 2025 rasa bahagia saya rasakan sekali gus juga merasa khawatir dengan  karakter serta pola hidup peserta didik. Sementara Pemerintah pun tidak henti-hentinya mengeluarkan regulasi beserta program penguatan pendidikan karakter termasuk kebijakan terbaru dari menteri baru, yakni Tujuh Kebiasaan Anak  Indonesia Hebat. 

Ketika sampai di sekolah seperti biasa saya berkeliling kelas, atau memantau kegiatan sekolah yang sedang berlangsung. Setiap Jumat  ada kegiatan ekstrakurikuler  pramuka, wajib bagi seluruh siswa. Kegiatan dipandu dan dibimbing oleh Kak Deden. Antusiasme murid sungguh luar biasa. Mereka terlihat ceria dan semangat mengikuti kegiatan di antaranya selain kepramukaan juga mereka senang mengikuti senam Anak Sehat Indonesia di tengah lapang.

Usai memvideo kegiatan senam dan berkeliling keadaan sekitar sekolah, saya menyapa lebih jauh bersenda gurau, dan bincang santai dengan beberapa peserta didik. Hal yang diperbincangkan adalah sekitar  disiplin berpakaian ke sekolah dan kebiasaan membantu orang tua. 

Menyoal target kesiswaan semester sekarang adalah  diharapkan semua peserta didik ke sekolah  telah bersepatu. Mengingat selama ini sulit sekali peserta didik kompak memakai sepatu ke sekolah. Mereka sepertinya lebih nyaman memakai sandal daripada sepatu. 

Sementara anjuran mengenakan sepatu selain sudah jelas ada dalam aturan sekolah hampir setiap waktu peserta didik diingatkan. Di sisi lain, setiap diadakan rapat orang tua aturan mengenakan sepatu terus saja dikuatkan. Namun, itulah penanaman karakter khususnya disiplin yang tak bisa terlaksana secara cepat dan sekali jadi, sebaliknya terus berproses. Jika ditelisik lebih lanjut, faktor tidak memakai sepatu bukan hanya tidak disiplin, tetapi karena faktor keterbatasan ekonomi. Salah satunya sebut saja Si Andy yang saya ajak ngobrol tadi, tidak memakai sepatu karena sepatunya sudah sobek belum dibelikan  orang tuanya yang hanya sekadar seorang buruh tani. 

Selanjutnya, masih sekitar bincang santai dengan beberapa peserta didik tadi,  ada juga hal yang membanggakan, yakni bagaimana karakter mereka terhadap membantu orang tua. Peserta didik perempuan masih mau membantu menyiangi padi di sawah. Peserta didik laki- laki ada menyabit rumput,  mengembalakan kambing, atau bekerja sebagai tukang jahit.

Dengan segala keterbatasan dan kelebihan-kelebihan karakter peserta didik sekolah di puncak bukit atau wilayah pinggiran, menjadi kebanggaan sekaligus tantangan tersendiri. Intinya penanaman dan penguatan pendidikan karakter bukan proses sekali jadi, tetapi adalah proses panjang yang membutuhkan konsistensi keberlanjutan dan kebersamaan antarguru, dan peserta didik, serta apresiasi tinggi dari manajer sekolah. Bisa! 

Catatan Harian Kepala Sekolah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran dari Kedatangan Seekor Kucing Sakit

YANG BAPAK TANAMKAN