MUDIK IDUL FITRI AJANG PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI

 


Betapa indah tatkala mudik Idul Fitri. Rencana tahunan kebiasaan  keluarga yang tak bisa ditunda. Mencari asa selama setahun dikumpul hingga bisa menghiasi suasana Idul Fitri di kampung halaman bersama keluarga tercinta. Kumpul kerabat, sanak saudara dan handai toulan dalam mahligai keluarga.  


Persiapan mudik menjelang Idul Fitri jauh sebelum puasa dilaksanakan. Apalagi bagi pemudik yang jarak tempuhnya jauh. Hampir semua anggota keluarga masing-masing menyiapkan barang bawaan, bahkan setiap anggota keluarga menyiapkan pula  barang yang akan dibagikan untuk saudara di kampung. 


Kegembiraan terpancar ketika anggota keluarga mentnyiapkan barang bawaan masing-masing tersebut.  Hingga akhirnya menempuh perjalanan setelah memasuki masa libur Idul Fitri. Pemandangan perjalanan yang selalu macet hampir tak dipikirkan lagi. Yang penting bisa pulang kampung untuk menemui sanak saudara. 


Ketika sampai di kampung halaman selama Idul Fitri tiada henti-hentinya kumpul bersama, makan, minum,  bercengkrama, cerita luas tiada tara. Bertatap muka dengan saudara yang jarang bertemu.  Tidak jarang saat seperti ini orang tua mengarahkan anak untuk bersalaman penuh senyum dan santun. Memersilakan anak untuk saling menyapa,  peduli saudara, bersenda gurau,  dan sebagainya. 


Terkadang kita tidak menyadari, saat anak sudah besar dan mandiri tidak diajarkan untuk belajar berkumpul dengan saudara. Mohon maaf! Di era digital ini walau sedang berkumpul, tangan tetap bermain tuts di HP. Siapa yang dihadapi hanya sesekali ditanggapi. Apalagi kebanyakan anak-anak, saat ada saudara  mereka tidak mau kumpul bareng,  sebaliknya senang bermain hp di kamar. Dapatkah mudik lebaran menjadikan anak bahagia kumpul bareng keluarga? Minimal membuat perjanjian saat berkumpul, HP sebentar dilepas dulu. 


Saat makan bersama adakah anak-anak yang mengambil makanan berebut, atau mengambil makanan lebih dari satu? Sadar atau tidak, kita orang tua mengarahkan anak untuk mengambil makanan tidak lebih dari satu. Dengan harapan peduli terhadap saudara atau orang lain. Demikian pun makanan yang diambil tidak boleh  bersisa agar makanan  tidak mubazir. 


Peduli orang tua,  dan saudara menjadi tolak ukur berbakti tidaknya seorang anak terhadap orang tua. Mudik Idul Fitri menjadi ajang silaturahmi, tradisi tiada henti menjadikan  pribadi yang peduli. Zaman era digital pastikan anak-anak dan kita belajar saling peduli, dan  saling mengasihi. Bisa! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran dari Kedatangan Seekor Kucing Sakit

YANG BAPAK TANAMKAN