TAWAF.WADA
TAWAF.WADA
Pagi ini, Kamis 26 Juni 2025 adalah hari terakhir rangkaian ibadah haji di Mekkah, yakni towaf wada. Rencana semalam untuk towaf wada usai sudah, setelah Pak Karom menguatkan atau mengarahkan kembali saat kultum ba'da Isya, bagaimana pelaksanaan towaf wada.
Pak Karom mengungkapkan bahwa towaf wada adalah rangkaian wajib ibadah haji sebagai towaf perpisahan. Dikemukakan pula dalam Wikipedia, tawaf wada adalah tawaf perpisahan yang dilakukan oleh jemaah haji sebelum meninggalkan kota Makkah. Hukumnya wajib bagi jemaah haji, kecuali bagi wanita haid atau nifas. Tawaf wada dilakukan sebagai tanda perpisahan dengan Baitullah dan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Ka'bah.
Saya, suami, dan enam jamaah lain pagi ini mau bersama-sama melakukan towaf wada. Sebelum pergi, kami menunggu jatah sarapan pagi. Dengan harapan, jika sarapan terlebih dahulu, kegiatan towaf yang membutuhkan banyak energi bisa ibadah towaf dengan nyaman.
Turun dari bus, selanjutnya seperti biasa memburu gate Babussalam. Suami sengaja mengenakan kain ihrom supaya bisa melakukan towaf wada di lantai dasar dekat langsung dengan Ka'bah. Setelah usai ibadah haji dan sudah banyak yang datang umroh ke Masjidil harom, laki-laki tidak diperkenankan
di lantai dasar tersebut kecuali memakai kain ihrom.
Ada diskusi kecil saat berjamaah subuh bahwa, bagi jamaah haji jika bertowaf tidak perlu menggunakan kain ihrom lagi. Kita ingat, setelah rangkaian ibadah haji, dan ditutup kegiatan tahalul, maka kain ihrom pun dilepas lalu kembali mengenakan pakaian biasa. Menurut Pak Karom pun demikian, dari beberapa riwayat, Rosul tidak mengenakan kain ihrom saat towaf sunat ataupun towaf wada.
Kami mulai towaf. Star dari lampu hijau sebagai garis permulaan towaf. Saya dan suami berdoa dengan mengucapkan "Bismillahi Wallohuakbar". Saya selalu ingat arahan Pak Karom, bahwa dalam towaf tidak ada doa khusus selain bacaan setiap memulai putaran towaf sampai putaran ketujuh dan bacaan robbana attinapidunya hasanah wafil akhiroti hasana wakinna adabannar pada setiap putaran antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad atau menjelang batas lampu hijau.
Towaf wada berbeda dengan towaf-towaf sebelumnya. Saat towaf qudum atau towaf sunat seolah kita merasa biasa menghadapi tantangan panas, berdesakan, atau kecapaian tanpa rasa yang lebih, kecuali rasa syukur dan saat bisa menempelkan tangan pada ka'bah. Naah, saat towaf wada ini segala rasa berkecamuk, rasa syukur karena usai rangkaian ibadah haji, bangga, haru, tetapi juga sedih berlebih karena mau meninggalkan Mekah.
Rasa berkecamuk itu muncul ketika kita menganggap mungkin ibadah haji ini terakhir yang saya dan suami alami. Walaupun demikian, tetap tertanam dalam diri dengan berpikir bahwa mungkin ini ibadah haji terakhir seolah tak ada lagi waktu berarti, kecuali hidup kita berusaha untuk lebih baik dari hidup sebelumnya.
Usai sudah pelaksanaan tawaf wada. Saat doa terakhir di penghujung tujuh kali berkeliling kita tentu berdoa apa pun keinginan dan tujuan kita, yang paling utama tentunya mohon ampun atas dosa yang telah dilakukan. Semoga towaf wada menjadi tonggak untuk mengabdi pada-Nya lebih baik lagi. Kami kembali naik bus dan pulang ke hotel untuk selanjutnya dua hari ke depan akan melanjutkan rangkaian ibadah haji ke Madinah.
Komentar
Posting Komentar