REKAN PENUNGGU BARANG
REKAN PENUNGGU BARANG
Ada-ada saja cerita rekan jamaah tatkala di depan ka'bah. Sebut saja Bu Entin. Aku dan suami sengaja towaf di lantai 2 sedangkan Bu Entin tidak towaf hanya menunggu salat berjamaah magrib di lantai bawah. Kata Bu Entin, selama kutowaf di lantai 2, selama itu pula Bu Entin dan kawan-kawan menunggu barang titipan. Barang itu dititipkan sejak dari tadi selama duduk menunggu towafku dan suami. Ia sepertinya dari Pakistan. Sempat Bu Entin memoto Ibu-Ibu itu berdua dengan Bu Ai hingga hapal betul pada Ibu-Ibu itu.
Lama Bu Entin berdiri menunggu orang tak dikenal itu. Kadang berdiri melihat ke sekeliling, kadang pula sambil berjalan sebentar menjauh sedikit dari teman berempat. Bu Entin sungguh terlihat cemas. Sebentar berdiri, sebentar duduk sambil terus bibirnya komat-kamit entah berzikir, entah mengeluarkan isi hati menunggu orang penitip barang. Lama sudah Bu Entin dan kawan berempat menjadi penunggu barang. Sampai pada akhirnya aku dan suami pun selesai towaf turun dari lantai dua. Bu Entin dan kawan-kawan bercerita ihwal penitip barang.
Usai berjamaah salat magrib, dengan rasa menyesal sang penitip barang tak ada, akhirnya barang titipan dititip kembali di penjaga air jam-jam. Kami kembali pulang menuju pintu mesjidil harom. Kadarulloh, ketika terus diceritakan, Teh Ai teman Bu Iis melihat sosok Penitip barang. Kebetulan Penitip barang itu pun mengenal kami. Dengan bahasa saling tidak paham Ia *keukeuh* ingin diantar ngambil barang di tempat salat tadi. Entah berapa lama jika harus kembali ke area ka'bah. Ia terus memohon, kami juha terus berjalan. Ia terus mengikuti kami sambil memelas. Pada akhirnya saya pun bicara dengan telunjuk diacung dan digoyangkam, dan bicara, "Not, Not, jangan ikut! Kami tidak mau menolongmu! Salah kamu sendiri! Kasihan!
Komentar
Posting Komentar