Cita, Cinta Pergi ke Baitullah
Cita, Cinta Pergi ke Baitullah
Tahun 2014 lalu suami khususnya, dan kami sekeluarga bermaksud ingin mengganti mobil lama ke mobil yang tahunnya lebih baru. Ya, memang sejak semula kami memiliki mobil tidak dari yang baru, tetapi dari mobil sedan holden 82, itu pun dibeli dari Kakak hanya 15 juta rupiah. Selanjutnya beranjak mobil sedan charade, taruna, terakhir toyota rush bekas tahun 2007, mobil dengan fisik minimal tidak gampang mogok di jalan. Bersyukur hingga tahun sekarang mobil rush itu masih ada dan terawat walau tidak mulus seperti mobil baru.
Kembali ke awal bahwa suami ingin mengganti mobil dengan mobil lebih baru, saya pun mengajukan usul, jika ingin mengganti mobil sekalian pinjam bank untuk daftar naik haji. Alhamdulillah, daftar haji yang menjadi cita-cita sejak awal berumah tangga tercapai sudah walau hanya baru membeli porsi. Saat itu tidak berpikir tahun berapa kami bisa naik haji, yang penting sudah dapat porsi dengan mengaitkan dana berdua (saya dan suami) sebesar 50 juta.
Sesekali porsi haji itu kami cek, bukan nambah menabung kami hanya mengecek tahun berapa kami diberangkatkan. Pernah kami cek secara online di kemenag sebelum Covid, tertera bahwa nomor porsi kami terhitung keberangkatan tahun 2024, dan ternyata alhamdulillah kami diberangkatkan tahun 2025.
Dengan persiapan yang betul-betul belum siap karena memang belum pernah menambah uang dari yang lima puluh juta, dalam tempo yang kurang lebih tiga bulan berusaha mengumpulkan untuk melunasi ONH, akhirnya kami meminjam pada orang tua. Dengan jaminan mau membayar jika tanah hibah atau warisan dari orang tua laku terjual.
Tidak hanya melunasi ONH, tetapi kami pun berusaha untuk membeli oleh-oleh hajian jauh waktu sebelum pemberangkatan. Mengapa? Dimaksudkan agar jika dalam pelaksanaan ibadah haji dilaksanakan, kami fokus dan tenang tidak lagi berpikir tentang oleh-oleh hajian.
Dalam pada itu, saya pun memiliki cita-cita karena ibadah haji itu diwajibkan sekali seumur hidup, anggap saja oleh-oleh ibadah haji pun begitu. Belum tentu bisa ibadah haji atau membeli oleh-oleh lebih dari satu kali. Oleh karena itu, saya ingin membelikan emas pada ibu dan saudara sebagaimana ketika ibu atau adik membelikan emas untuk saya ketika mereka ibadah haji. Namun, saya katakan ini bukan membayar emas dibayar emas, melainkan tanda saling mencinta, mengasihi, dan menyayangi dengan orang tua dan saudara. Bukan hanya itu, cita-cita yang lebih jauh, saya ingin membeli emas di Mekah atau Madinah.
Dapat saya kemukakan ketika kita memiliki cita-cita dan maksud yang teguh, pasti Alloh mengabulkan cita-cita itu. Terus terang saya belum membayangkan punya uang dari mana kalau ingin membelikan emas itu. Apa lagi untuk membeli emas. Alih-alih sampai membeli emas untuk sendiri, melunasi ONH- nya pun meminjam dari ibu.
Namun kita ada yang Maha mengatur Kawan! Bersyukur Ibu, Kaka, dan Adik memberi bekal. Hasil pemberian dari mereka sebesar 22, 5 juta langsung kami belikan emas ditambah uang tabungan kami. Sengaja kami membeli emas sebelum pergi karena di Mekah atau Madinah harga emas lebih mahal. Emas yang dibeli seberat 17 gram. Jika tidak Alloh yang mengatur, sulit sekali kami dapat membeli emas yang harganya sekitar Rp1.350. 000/gram. Selanjutnya karena Yang Maha pengatur pula saya pun saat di Madinah dengan sisa ongkos dan tabungan bisa membeli emas dengan nilai nominal yang lebih dari yang dibeli sebelum pergi.
Saya ungkapkan ini hanya ingin menyampaikan bahwa cita -cita dan cinta yang sungguh diusahakan dan khusu dalam doa akhirnya semua dikabulkan oleh-Nya.
Saat dead line pembayaran ONH semua dapat kami lunasi hingga pelaksanaan ibadah haji (27 Juni sampai dengan 8 Juli 2025 ; kloter 54 Jks tahun 2025) sampai kembali di tanah air seperti sekarang ini, terlaksana dengan baik. Demikian pun memberi oleh-oleh yang dicita-citakan mulai dari memberi orang tua, saudara dekat, terangga, sampai dengan rekan kerja semua tercapai walau alakadarnya. Alhamdulillah, Ya Robb.
Bandung Barat, 22 Agustus 2025
Komentar
Posting Komentar