Dalam Ketegangan dan Takjub Saya Kejar Motor di Depan

 


Dalam Ketegangan dan Takjub Saya Kejar Motor di Depan


Hari ini, Selasa 16 Desember 2025 saya pacu sepedah motor dengan keyakinan semoga motor bisa melewati jalan amblas menuju sekolah. Info jalan di grup WA dan dari bendahara sekolah yang mampir ke rumah sebelum pergi, mengatakan bahwa jika saya mau ke sekolah harus sebelum pukul 08.00. Saya hanya ringan menjawab dan mengatakan padanya, jika jalan ditutup pekerjaan saya akan balik lagi tak jadi ke sekolah. 


Pukul 08.30 saya berangkat, dengan semangat 45. Saya harus bisa ke sekolah. Sampai di pertigaan ternyata benar. Ada bacaan "Silakan Jalan Alternatif! Ada pekerjaan beko pada jalan amblas'. Bingung  saya, tetapi Alhamdulillah ada Aa yang mau mengambil jalan alternatif pula, yakni arah ke Buninagara. Akhirnya saya berpikir daripada balik lagi ke rumah lebih baik ikut Aa itu. Ia mau ke arah Andes, yang artinya melewati sekolah saya, SMPN 3 Cililin. 


Sepakat saya mengikuti motor Si Aa itu. Pertama pelan dan pasti saya mengikutinya. Jalan yang dilalui lumayan cukup bagus. Lambat laun jalan semakin banyak yang jelek, berkelok, naik atau turun. Namanya di daerah perbukitan, otomatis walau sepintas kita fokus ke jalan yang dilalui, tentu saja pemandangan indah pasti memanjakan pelihatan.


Terus saja saya berpacu dengan sepeda motor, sesekali ban motor tergelincir karena menggilas batu kerikil yang terlepas dari aspal. Atau menggilas jalan dicor yang amblas dan rusak. Sedang saya pun terus mengejar sepeda motor Si Aa yang mungkin Ia sudah terbiasa di jalan berliku seperti ini. Dalam hati karena tegang dan takjub pada keadaan keindahan sekeliling, pastinya saya selalu berdoa, "Ya Alloh! Berilah keselamatan dan kelancaran sampai di sekolah nanti."


Entah berapa puluh menit perjalanan, saya masih belum mengenal jalan, di mana saya. Yang jelas, hamparan persawahan, rumah-rumah yang berjauhan terlewati sungguh memukau. Ingin sekali saya memoto atau mengeluarkan ponsel, jika perlu siaran langsung di FB, tetapi apa hendak dikata. Saya justru takut ketinggalan Si Aa. Sesekali Si Aa juga berhenti dan nengok ke belakang karena saya tertinggal jauh dari sepeda motornya. Setelah nengok Ia pun kembali menggas motornya. Saya pun demikian. Rasa penasaran ingin memoto keadaan, saya simpan dalam-dalam yang penting saya selamat sampai tujuan. 


Sudah agak lama jalan terjal ini saya lalui. Sudah dua atau tiga tikungan menanjak yang betul-betul menikung. Dikira sudah belok, eh masih membelok. Ya, ampun! Beruntung tak ada kendaraan yang berpapasan. Jika ada saat belokan kecil berpapasan dengan mobil, tak kelihatan dari bawah, duh ngeri juga. 


Karena dirasa sudah jauh, sesekali pula saya bertanya kalau-kalau jalan salah arah. Setelah sekian lama, kurang lebih pukul 09.an bersyukur sekali dari kejauhan sudah terlihat anak-anak sekolah dari SMPN 3 Cililin. Ya, benar benar ini masuk jalan ke arah sekolah, walaupun jalan utama yang biasa dilalui ke arah Soreang belum saya temukan. Lebih tenang lagi, setelah berpapasan betul-betul saya mengenal anak-anak itu. Anak-anak yang mungkin kaget,  saya hanya sendiri  jalan dari arah jalan alternatif. 


Beberapa saat kemudian barulah saya benar-benar mengenal jalan yang saya lalui. Saya sampai lupa Si Aa sudah tak kelihatan lagi. "Terimakasih Aa!" Saya melewati rumah Bu Neni, lalu mampir sebentar menemui ibunya Bu Neni. Beliau kaget juga, saya yang baru belajar mengendarai sepeda motor langsung terjun ke jalan alternatif yang sungguh tingkat tantangan jalannya luar biasa. 


Setelah berpamitan pada Ibu Bu Neni, saya lanjutkan perjalanan. Pada akhirnya tepat pukul 10 kurang 15 menit saya sampai di sekolah. Satu, yang menjadi penyemangat walau cape dan menegangkan, adalah sambutan hangat luar biasa dari guru-guru hebat. 


Dalam cape dan kehangatan, saya tandatangi rapor yang sudah diprin guru-guru. Senda gurau dan canda tawa menghiasi ruang guru. Kopi dan bela-bala  hangat menemani saya, rekan guru, dan TU. Yang pada akhirnya saya pun harus kembali pulang tidak lebih dari pukul 12.00 agar jalan setapak sepeda motor bisa dilalui selama pekerjaan beko istirahat jam makan siang. Beruntung saya pulang bersama Pa Fanny. Beliau menyebrangkan satu-satu sepeda motornya, dan motor saya saat melewati jalan terjal setapak di jalan amblas itu. 


Bandung Barat, 21 Desember 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran dari Kedatangan Seekor Kucing Sakit

PEK KOPER, MANEH BALIK TIHEULA NYA!