DIMENSI FISIK, SOSIAL
DAN PSIKIS TOKOH
DALAM TRILOGI DRAMA
OPERA KECOA
(Karya R.
Riantiarno)
REVIEW
DISERTASI KARYA HETTY PURNAMASARI
(Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Sastra)
|
Dosen
Pengampu:
Prof. Dr.
Setya Yuwana Sudikan
Direview Oleh:
N.
Mimin Rukmini
NIM.
137835123
UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2014
RIVIEW DISERTASI
DIMENSI FISIK, SOSIAL DAN PSIKIS TOKOH
DALAM TRILOGI DRAMA OPERA KECOA
KARYA N. RIANTIARNO
DISERTASI ; HETTY PURNAMASARI
ABSTRAK
Purnamasari, Hetty. 2012. Dimensi Fisik, Social, Dan Psikis
Watak Tokoh Dalam Trilogy Drama Opera Kecoa Karya N. Riantiarno. Disertasi.
Prgram Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya. Promotor Prof Budi Darma, MA, Ph.D. Ko-Promotor Prof. Dr. Setya
Yuwana Sudikan, MA.
Kata-kata kunci: Tokoh, karakter, dimensi fisik, dimensi
social, dimensi psikis, perilaku.
Latar belakang penelitian ini adalah objek sastra drama
kurang kalau dibandingkan genre sastra lain. Tokoh diteliti karena tokoh,
karakterisasi dan wataknya merupakan hakikat drama. Trilogy drama OK merupakan
representasi masyarakat pada zamannya dengan liku-liku kehidupan masyarakat
marginal. Tokoh banci diangkat sebagai symbol perilaku ambigu masyarakat.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana watak tokoh
ditinjau dari dimensi fisik, social dan psikis tokoh. Adapun penelitian ini
bertujuan memaparkan dan menemukan watak tokoh ditinjau ditinjau dari dimensi
fisik, social, psikis dan dapat menemukan pola karakterisasi dalam OK. Sehingga penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat baik secara teoritis, metodologis, maupun praktis, terutama
untuk pembelajaran bahasa, sastra dan sejarah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatatif, karena
untuk memahami pesan tokoh sebagai representasi masyarakat dari suatu objek
penelitian dengan memperhatikan konteksnya, yaitu kondisi ekonomi, social dan budaya serta segala gejolak pada masa
trilogy drama OK diciptakan. Sumber data peneitian ini berasal dari tiga naskah
drama “Bom Waktu”, “Opera Kecoa” dan “Opera Julini”. Penelitian ini terpokus
pada penelitian teks dramatic yang diciptakan pengarang, tidak sampai pada
pertunjukan/pementasan. Dengan demikian teknik penelitian yang digunakan adalah
teknik pustaka, teknik simak catat untuk pengecekan ulang terhadap sumber
data saat diperlukan dalam analisis
data. Untuk pengecekan keterandalan dan kesahihan dilakukan dalam penelitian
ini dilakukan dengan teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi data OK,
trianggulasi peneliti dan trianggulasi teori.
Untuk menganalisis objek penelitian, peneliti memadukan tiga
konsep sebagai bagian teori structural yaitu, konsep fisiologis, sosiologis,
dan psikologis agar dapat memaparkan dan menemukan watak karakterisasi tokoh.
Namun, tidak semua teori digunakan untuk menganalisis setiap tokoh karena
masing-masing tokoh mempunyai dominasi pada dimensi tertentu. Untuk
analisis fisiologi digunakan beberapa konsep dari Anthony
Synnot, analisis sosiologi tokoh menggunakan teori diamond Willis, dan untuk
psikologi beberapa tokoh dianalisis menggunakan teori kebutuhan Maslow.
Dari hasil analisis terhadap trilogy drama OK, terdapat
beberapa temuan, yaitu adanya hubungan antara gambaran fisik tokoh, lingkungan
social tokoh dan psikis tokoh, ketiganya membentuk sebuah karakter tertentu,
ketiga dimensi saling berkaitan, dan saling mempengaruhi.penyebutan nama tokoh
dan latar pada OK tidak merupakan keharusan, namun lebih dititik beratkan pada
identitas tokoh dan latar. Tidak setiap alur dalam OK terdapat falling action , karena ada cerita yang
penyelesaiannya diserahkan pada pembaca. Tokoh utama dalam sebuah teks dramatic
dapat ditentukan melalui kualitas dan kuantitas deskripsi fisik, social dan
psikis tokoh. Dari pendekatan sebelumnya yang sudah ada yaitu sosiopsikologi, diharapkan
hasil penelitian ini dapat menawarkan pendekatan baru fisiososiopsikologi.
Dalam proses penelitian ini tidak berjalan mulus ada beberapa
hambatan, terutama pada saat pelaksanaan penelitian. Adapun hambatan tersebut
terkait dengan objek penelitian yang berupa teks drama, bukan teks pertunjukan.
Peneliti harus menginterpretasi sebuah subsistem yang sebenarnya masih ”dapat”
ditafsirkan lebih lanjut dalam sebuah pementasan.
Berkaitan dengan tujuan penelitian, hasil penelitian
menunjukkan bahwa para tokoh yang terdapat dalam OK saling terkait antara
naskah satu dengan lainnya, keterkaitan tersebut berpengaruh pada perubahan
perilaku yang disebabkan adanya perubahan keadaan sosial ekonomi, sehingga
mempengaruhi psikis masing-masing tokoh dan fisik mereka yang tercermin dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh, serta pakaian yang mereka kenakan.
Sehubungan dengan konteks pembelajaran bahasa dan sastra,
penggarapan dimensi fisik, social dan psikis tokoh perlu mempertimbangkan aspek
keagamaan dan ruang lingkup
pembelajaran. Bentuk-bentuk teks yang berbeda dengan topic yang berbeda
cenderung dapat didekati melalui tiga dimensi tersebut, tetapi dengan konsep
dan teori masing-masing dimensi yang berbeda. Dari pemahaman terhadap tokoh,
karakterisasi, dan watak tokoh dapat memberikan pemahaman terhadap tokoh dan
manusia pada umumnya, dan mengasah rasa empati siswa sehingga dapat menjadi
bahan renungan siswa dalam berperilaku dan membuat sebuah keputusan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Karya sastra merupakan wujud
kehidupan yang terus berkembang, karena keadaan masyarakat, imajinasi dan
teknik penciptaan pengarang juga berkembang. Oleh sebab itu, karya sastra
dipelajari peneliti untuk mengkaji karya itu, sehingga peneliti harus terlibat
dalam proses pemaknaan karya sastra. Makna karya sastra merupakan rahasiah
pengarangnya yang terekspresi dalam berbagai genre.
Dalam penelitian ini dipilih objek
teks dramatic (berikutnya disingkat TD), TD merupakan bentuk pengungkapan
sastra di samping jenis prosa (cerkan) dan puisi. Sebagai genre sastra, TD
mempunyai kekhususan dibanding puisi maupun prosa. Menurut Hasanudin kekhususannya TD selain dinikmati naskahnya,
bisa diteruskan dalam tontonan penampilan.
Dilihat dari sifat, bentuk, dan
teknik teknik penggarapannya, dari penulisan TD sampai dengan proses
pementasannya, trilogy drama OK dapat dikategorikan ke dalam jenis drama
pentas, bukan sekedar drama baca.
Dalam penciptaan drama, pengarang berperan sebagai sosok agung di
belakang layar.
Pada proses penciptaan, setiap
pengarang kreatif ingin mengecilkan jarak antara dirinya dengan pembaca. Freud
berpendapat bahwa pengarang sangat serius dalam menumpahkan emosi dalam
karyanya, tetapi ia tetap dapat membedakan dengan baik dari kenyataan. Pengarang
menghubungkan hal dan keadaan ciptaaanya
dengan apa yang jelas terlihat dan melalui berkhayal.
Peneliti mengambil TD karya NR,
karena beberapa kali NR berhasil memenangkan sayembara penulisan lakon dan meraih
penghargaan dari pengembangan pusat bahasa dsb.
B. Ruang Lingkup
Penelitian terhadap trilogy TD OK
dari aspek tokoh serta penokohan yang akan dikaji melalui dimensi fisik, social
dan psikis. Peneliti tidak meneliti hingga pertunjukan, oleh sebab itu
penelitian hanya dipokuskan pada watak tokoh dari deskripsi dimensi fisik,
social dan psikis para tokoh yang ada di dalam karya. Dengan demikian, fisik
dan kegiatan pisik, latar belakangnya serta interaksinya dengan masyarakat di
komunitasnya berkaitan dengan kebutuhan pokok bertingkat, gejolak kejiwaan (tentang
kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan kebencian) yang berkaitan dengan tokoh
dalam karya , merupakan ruang lingkup penelitian. Adapun masalah social tokoh
adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan konformitas, antikonformitas,
independensi dan variabilitas. Sehubungan dengan beberapa tokoh terlibat
konflik karena masih dalam upaya pencarian kebutuhan hidup, maka peneliti
memilih teori kebutuhan bertingkat dari Maslow, Sharnoff dan Kaplan. (hal.11)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan
maka masalah penelitian ini berkaitan dengan fisik tokoh, hubungan social
antartokoh, psikologi tokoh, serta benang merah yang menghubungkan antara
antara trilogi drama OK. Masala-masalah tersebut, secara khusu dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana watak tokoh ditinjau dari
dimensi fisik dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno?
2. Bagaimana watak tokoh ditinjau dari
dimensi sosial dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno?
3. Bagaimana watak tokoh ditinjau dari
dimensi psikis dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno?
4. Bagaimana pola perwatakan yang
digunakan pengarang untuk memberikan watak pada para tokohnya dalam trilogy
drama OK karya N. Riantiarno?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, secara
khusus dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk memaparkan dan menemukan watak
tokoh ditinjau dari dimensi fisik dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno
2. Untuk memaparkan dan menemukan watak
tokoh ditinjau dari dimensi sosial dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno
3. Untuk memaparkan dan menemukan watak
tokoh ditinjau dari dimensi psikis dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno
4. Menemukan pola perwatakan
yang digunakan pengarang untuk memberikan watak pada para tokohnya.
E. Definisi istilah
1. Dimensi adalah sebuah perspektif atau
sudut pandang untuk melihat sisi-sisi tertentu terhadap sebuah objek.
2. Fisik adalah gambaran tubuh ekspresi
wajah dan bahasa tubuh tokoh, bahasa tubuh, kontak mata, gender, sentuhan,
pakaian dan makanan para tokoh yang dapat dinikmati secara visual. Paparan
fisik tokoh yang tidak hanya menyangkut keadaan tubuhnya tetapi gerakan-gerakan
yang dapat menggambarkan adanya watak atau perubahan watak tertentu.
3. Social, segala hasil
aktivitas/prilaku manusia baik verbal maupun non fisik, bagaimana ia
berinteraksi dg lingkungannya.
4. Psikis, berkaitan dengan kejiwaan.
5. Watak adalah penggambaran tingkah
laku.
6. Tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa/lakuan.
7. Trilogy drama “BW”, “ OK”, dan “OJ”
BAB. II KAJIAN PUSTAKA
A.
Konsep dan Teori yang Digunakan
Aspek
penting dalam karya sastra adalah aspek literer(aspek sastra). Aspek ini dapat
dikaji lewat strukturnya.struktur merupakan elemen utama dan merupakan satu
kesatuan.
Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan structural-fisiososiopsikologis.
Di dalam penelitian ini, pendekatan tersebut diterapkan terhadap trilogy drama
“BW”, “OK”, “OJ”. Oleh sebab itu teori dan konsep yang berkaitan dengan
struktur drama dan fisiososiopsikologi digunakan dalam proses analisis.
Dalam
penelitian ini, teori mengenai unsur penting dalam karya sastra digunakan untuk menganalisis data, karena unsur
tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi. Selanjutnya, karena penelitian ini
ingin mengungkap karakter tokoh(terutama tokoh utama), yang digambarkan melalui
deskripsi fisik, social dan psikologi diperlukan ilmu bantuan tanda dan makna
fisiologi (Marcel Danesi), Tubuh Sosial-Simbolisme Diri dan Masyarakat (Anthony
Syinnot) Sosiologi (diamond model dari Willis yang berakar dari sosiologi
Gramsci), dan psikologi Sharnoff dan Maslow.
Hal
yang menonjol dalam perwatakan dengan sudut pandang fisik, social, psikis tokoh
secara rinci tidak terlepas dari fungsi-fungsi structural dan ideology tokoh,
karena tokoh-tokoh juga berperan sebagai cermin dari kelas social tertentu dan
posisi-posisi gender. Berikut diuraikan konsep dan teori, yang digunakan dan
pendapat yang mendukung dalam penelitian sesuai dengan fungsinya.
1.
Unsur-Unsur Struktur Dramatik
Unsur-unsur
dalam struktur dramatic saling berkaitan satu sama lain. Unsur ini bersifat
organic artinya sesuatu yang ada atau harus dilaksanakan. Menurut Aston (1991,
: 10) ada 4 unsur penting dalam teks dramatic, yaitu (1) wujud dramatic
(dramatic shape),(2) tokoh (character),
(3) dialog dan (4) petunjuk-petunjuk pemanggungan. Adapun konsep dan landasan
teori Aston tentang 4 unsur penting dalam struktur dramatic dalam kaitannya
dengan perwatakan tokoh, garis besarnya dapat dikemukakan di bawah ini. Tokoh
dan penokohan dianalisis lebih luas karena akan diaplikasikan ke dalam trilogy
drama tersebut.
a.
Wujud dramatic
.
Adegan merupakan unit dasar dari suatu unit yang disebut struktur dramatic.
Dengan demikian, urutan peristiwa (adegan) didasarkan pada perubahan sikap
tokoh yang disebabkan oleh perubahan emosi, karakter cerita. Perubahan emosi
dan karakter tokoh sebagai akibat terjadinya perubahan kejiwaan tokoh sebagai
akibat terjadinya perubahan kejiwaan tokoh maupun pengaruh dari luar. Grivel
mengemukakan bahwa yang dimaksud alur adalah jalinan peristiwa-peristiwa
naratif, yang dilakukan atau menimpa tokoh-tokoh.
Dalam
struktur alur dramatic tahap-tahap alur progresif sebagai berikut: (1)
pengenalan exposition), (2) perumitan (comlications), (3) klimaks (climax), (4)
peleraian (resolution), (5) penyelesaian (conclusion) (Longeworth, 1973: 48;
Bogs, 1991: 39)
Trilogy
drama “BW”, “OK”, dan “OJ” sebagai drama
radikal, petunjuk-petunjuk pemanggungan tidak semuanya disampaikan secara
eksplisit. Fungsinya untuk membentuk suasana teattrikal dalam kedudukannya
sebagai naskah lakon yang memiliki ciri-ciri teatrikal dan leterer.
b.
Perwatakan
Tokoh
yang telah punya fungsi peran khusus (dalam trilogy drama “BW”, “OK”, dan “OJ”)
seperti para pelacur, para banci, dan petugas adalah bahan baku yang potensial
dan aktif sebagai penggerak jalan cerita.
Teori
perwatakan digunakan sebagai pedoman dalam menjawab bagaimana teknik penokohan
dalam naskah dan pementasan. Dengan demikian dapat terungkap siapa yang
diceritakan? Siapa yang melakukan suatu peristiwa? Siapa pembuat konflik dan
sebagainya.
Seorang
tokoh melakukan suatu kegiatan tentunya dilandasi suatu motif tertentu. Motif
dapat muncul dari berbagai sumber, antara lain:
1) Dari dalam dirinya sendiri
2) Situasi social, keadaan fisik dan
social
3) Interaksi social ransangan yang
ditimbulkan karena hubungan sesame manusia.
4) Watak manusia itu sendiri
Secara
tradisional konvensi karakteristik setiap tokoh dalam lakon dapat dimasukkan ke dalam tiga dimensi
tersebut:
a) Dimensi fisik ialah ciri-ciri badani.
Misalnya usia, jenis kelamin, keadan ciri-ciri tubuhnya, ciri-ciri muka atau
wajah ciri-ciri badani lainnya dan kegiatan badani lainnya. Melalui dimensi ini
diharapkan bisa membantu merumuskan watak tokoh melalui deskripsi fisik yang
digambarkan oleh pengarang, sutradara atau pemainnya, dalam naskah atau
pementasan.
b) Dimensi sosiologis, ialah ciri-ciri
kehidupan masyarakat. Misal status social, pekerjaan, jabatan, peranan dalam
masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, kekerabatan, pandngan hidup
masyarakat, agama, kepercayaan, ideology, aktivitas social, organisasi hobi
dsb. Kehidupan masyarakat dalam situasi yang tidak mempunyai kepastian hokum
dan tempat berlindung bagi orang yang lemah bisa menyebabkan seseorang bertindak
yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, karena desakan situasi social tsbt.
Kehidupan masyarakat yang kacau, penuh ketakutan, tidak mempunyai kepastian
hokum seperti yang digambarkan dlam naskah dan pementasan mempengaruhi
perwatakan masing-masing tokoh.
c) Dimensi psikologis
(1) Mentalitas, moral atau norma,
meliputi:
(a) Etika (baik dan tidak baik)
(b) Estetika (indah dan tidak indah)
(c) Logika (benar dan tidak benar)
(d) Norma agama
(2) Trikotomi yang meliputi pikiran,
perasaan, dan kehendak.
(3) Hati nurani, sikap, dan prilaku,
tempramen, tingkat kecerdasan atau IQ dsb (Satoto, 1998: 68).
Ada beberapa tokoh yang sikap dan
perilakunya bisa diungkap menggunakan pendekatan psikologi, missal Jumini
selalu berdialog dan tersenyum dengan bulan dan tidak pernah percaya bahwa
kedua anaknya sudah meninggal.
c.
Dialog
Peran
dialog dalam teks dramatic untuk membangun tokoh, ruang (latar) dan tindakan
yang disusun sebagai suatu system pertukaran bicara antartokoh. Selanjutnya
monolog adalah kata hati yang diformulasikan dalam bentuk cakapan, menurut
Abdullah kata hati dalam drama ada tiga macam, yakni monolog (cakapan berupa
perenungan terhadap peristiwa yang telah terjadi), solilokui (mengungkapkan
hal-hal yang sedang dipikirkan oleh tokoh untuk dilaksanakan, dan aside
(lontaran pikiran berupa komentar atau kritikan terhadap adegan yang sedang
berlangsung.
d. Petunjuk-petunjuk pemanggungan
2. Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh
3. Kontak Mata
4. Gender
5. Sentuhan (Kode Aktif)
6. Pakaian
7. Makanan
a. Tokoh dan sosiologinya
b. Tokoh dan dimensi fisiknya
c. Tokoh dalam interaksi simbolik
d. Tokoh sebagai kerangka intertekstual
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Objek Penelitian
Objek
penelitian ini adalah TD Trilogi drama OK sebagai representasi pengarang dan
masyarakatnya. Drama ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa TD OK sering
dipentaskan dan mendapat apresiasi baik dari masyarakat.
B.
Sumber Data Penelitian
Sumber
data penelitian adalah naskah trilogy drama OK, karya R. Riantiarno.
C.
Data Penelitian
Wujud
data penelitian ini berbentuk teks dramatic baik berupa makna kata, frasa
maupun kalimat yang digunakan untuk tujuan komunikasi antartokoh dan petunjuk
pemanggungan , yang diasumsikan sama seperti puisi atau novel, berita media
masa atau komunikasi dalam internet. Drama dalam penelitian ini merupakan genre
dalam sastra yang menggunakan media
bahasa dalam bentuk dialog. Oleh karena itu data lain sangat diperlukan yang
berasal dari referensi yang berkaitan
dengan referensi struktur drama, fisiologi, sosiologi, psikologi, dan
intertekstual.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Sebelum
melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu melakukan pembatasan yakni
pada fisik, social, psikis tokoh dan teknik penokohan yang dilakukan pengarang. Pengumpulan data
penelitian melalui pembacaan yang intensif dan pencatatan abstraksi-abstraksi
yang mengindikasikan dimensi fisik, social, dan psikis tokoh dalam Trilogy Drama
OK karya N. Riantiarno. Selain itu dicatat juga abstraksi-abstraksi yang
menunjukan karakter tokoh baik yang disampaikan pengarang melalui dialog maupun
petunjuk pemanggungan.
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka/menggunakan
sumber-sumber tertulis.
Teknik
simak dan catat. Disertakan pula kode sumber datanya untuk pengecekan ulang
terhadap sumber data saat diperlukan dalam analisis data.
E.
Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Penelitian
ini menggunakan prinsip analisis isi, yaitu metode untuk memahami pesan
simbolik dari naskah drama. Analisis isi adalah suatu metode penelitian yang
fleksibel dan telah secara luas
digunakan dalam ilmu komunikasi dan linguistic dengan berbagai macam sasaran
dan tujuan penelitian.
Melalui
pendekatan intertekstual, dilakukan melalui struktur dramatic terutama pada
aspek tokoh dan perwatakan pada drama dan novel. Dengan demikian, diharapkan
dapat ditemukan konsep dan kaidah perwatakan dari TD.
F.
Pengujian Keabsahan Data dan Diskusi
Hasil Penelitian
Untuk
mencapai keterandalan dan kesahihan tersebut peneliti menggunakan teknik
trianggulasi, yaitu teknik validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian
kualitataif. Teknik trianggulasi ini ada 4 macam, yaitu trianggulasi data,
trianggulasi peneliti, trianggulasi metode, dan trianggulasi teori. Yang
digunakan peneliti data, peneliti dan teori
BAB IV DIMENSI FISIK,
SOSIAL DAN PSIKIS TOKOH DALAM TRILOGI DRAMA OPERA KECOA KARYA
N. RIANTIARNO
A. Watak tokoh dalam
Dimensi Fisik
Trilogy
drama Ok merupakan kisah masyarakat terpinggirkan, kehidupan para gelandangan
dan orang-orang yang hidup kesulitan, kehidupan para pelacur dan wadam yang
gelisah karena tekanan para pejabat dan kaki- tangannya.
Dalam upaya mengenali watak tokoh dalam OK akan dianalisis
melalui deskripsi fisik, dan kegiatan fisik yang digambarkan oleh pengarang.
Secara umum kata fisik merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut
cara mengenali watak tokoh dari gambaran fisik dan kegiatan atau gerak fisik
tokoh tersebut. Untuk mengenali watak tokoh dari dimensi fisik digunakan teori
dan konsep-konsep dari Moris, Mar’at, dan Lieke, Anthony Syiiott dan marcel
danesi.
Analisis fisiologis watak tokoh dalam OK dilakukan terhadap
tokoh-tokoh protagonist dan beberapa tokoh antagonis, serta tokoh tritagonis.
Tokoh protagonist dalam OK adalah tokoh-tokoh yang membuat pembaca berempati
kepadanya, Julin , tokoh banci dan kekasihnya Roima, Tarsih sang primadona di
lingkungannya, Tuminah dan Tibal. Para tokoh protagonis berasal dari masyarakat
bawah, hidupnya mirip kecoa, diburu untuk dibunuh, dan dibinasakan karena dianggap menjijikaan. Tokoh antagonis
Camat, Sekretaris camat, Kumis, Pejabat. Keberadaan tokoh ini diperlukan,
karena tanpa kehadiran mereka permasalahan dan konflik tidak akan terjadi.
Sedangkan tokoh tritagonis yaitu Guru, Abung, Bilun, Sawil, Penyanyi, Pelacur,
menjadi perantara (baik sebagai pemicu konflik maupun sebagai penyelesaian
konflik) para tokoh protagonist dan antagonis.
Analisis watak tokoh mempunyai arti
penting dalam sebuah kisah, karena pada dasarnya watak manusia adalah sebuah
misteri. Namun demikian watak manusia dapat dikenali melalui tanda-tanda yang
dapat diamati secara visual, dan lebih cepat dapat diamati disbanding yang lain.
Dari hasil pengamatannya Danesi menyampaikan, bahwa mngirimkan lebih dari dua
pertiga pesan-pesan mereka melalui tubuhnya. Tanda-tanda tubuh mempunyai fungsi
social dan mengatur hubungan diri.
Keadaan dan tanda-tanda tubuh yang
berbeda, akan mempengaruhi perilaku seseorang. Sebagaimana seorang yang
mengubah jenis kelamin biologisnya melalui
operasi bedah dan pengobatan hormone, maka perilaku gender orang
tersebut akan turut berubah. Demikian pula bawaan pakaaian yang dikenakan akan
mengubah perilaku orang tersebut. Seseorang yang tadinya menggunakan pakaian
sebagai identitas pria, kemudian berpenampilan perempuan akan mengubah
perilakunya juga.
1.
Pengenalan Watak Tokoh melalui
Gambaran Tubuh
a.
Gambaran
tubuh Roima
Tokoh Roima adalah seorang tokoh pria yang kuat dan setia
pada kekasihnya. Roima disukai Julini karena fisiknya yang kuat.
Julini: Tak ada lelaki lain yang mampu
mengalahkan cangkulannya, dia kasar tapi lembut. Dia memaksa tapi memberi. Dia
mengaplok, tapi memeluk. Dia tajam seperti silet. Ibarat air, dia air terjun
Niagara, ibarat kayu dari jati nomor satu. Ibarat buah dia terong. Pendeknya
Roima itu segala-galanya. Aiiih, jadi kangen, jadi geregetan, jadi
terkenang-kenang. Julini harus segera pulang. Ya? (NR, 2004:24)
Keperkasaan fisik seorang Roima, telah membuat Julini
jatuh cinta dan sangat mengagumi pria tersebut. Perasaan cinta Julini yang
demikian besar pada Roima membuatnya rela merubah penampilan agar tampak lebih
menarik di mata Roima. Dari keperkasaan fisik Roima pula, sehingga pada akhirnya
roima memutuskan untuk menjadi kepala bandit.
Kekuatan fisik Roima, dalam tataran semiotic merupakan
sebuah tanda adanya sebuah kekuatan fisik dalam makna luas, yang masih
mendominasi masyarakat. Penguasa menggunakan kekuatan fisik untuk menaklukan masyarakat
bawah sebagai objek penderita. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih bersikap
mendua seperti halnya tokoh Julini sebagai tokoh banci yang memberikan simbol
sikap mendua.
b.
Gambaran
tubuh Tarsih
Tarsih memiliki wajah tidak sadar yaitu cantik dan pintar.
Camat : (berbisik)
Saya minta yang itu... cantik amat dia…
Kumis: (gelisah)
Dia memang kembangnya di tempat ini Pak (NR, 2004: 76)
Tarsih menyadari,
kecantikan yang dimilikinya dapat menalukkan hati beberapa pria. Dengan
mampu menalukkan hati camat, dia berani mengkritik camat, berani menyuarakan
nasibnya pada camat, dan mengadukan Kumis pada camat.
2.
Pengenalan Watak Tokoh melalui
ekspresi wajah dan Bahasa Tubuh.
Jumini
Rasa sayang Jumini pada suami dan
anaknya, menyebabkan dia marah ketika ada orang yang mengatakan suami dan
anaknya sudah meninggal.
Jumini ; (marah)
Banyak yang mati, tapi aku tidak
melihat gambar Sueb dan Tole mati. Di mana mereka sekarang? Di lampung menanam
cengkeh dan bersawah. Kalau sudah cukup modal mereka pasti datang menjemputku.
(NR, 2004:39).
Jumini dianggap gila, karena sering
tersenyum, kadang marah, dan sebagainya.
Bahasa tubuh yang diekspresikan
melalui sebuah tindakan dapat pula menunjukkan sebuah tingkat social
masyarakat, seperti kegiatan yang dilakukan jumini dan Turkana dalam kutipan
berikut.
(Jumini sedang menjahit, Turkana
memilih karton-karton bekas. Nampaknya mereka sudah berbicara lama)(2004:39).
Apa yang dilakukan Jumini dan
Turkana, bukan sebuah kegiatan yang biasa dilakukan orang-orang yang mampu
secara ekonomi. Kegiatan mereka adalah sebuah usaha yang biasa dilakukan oleh
para masyarakat bawah sebagai seorang pemulung.
Roima
Bahasa tubuh Roima juga mereflesikan
wataknya yang kasar dan pemarah, kemarahan yang dilatarbelakangi rasa cemburu
dan sayang pada Julini. Rasa sayang, marah, jengkel roima pada Julini sering
diungkapkan dalam bahasa tubuhnya yaitu melalui bentuk teriakan dan
marah-marah.
Roima: (berteriak)
Julini minggat lagi, Julini minggat
lagi, Julini minggat lagi tolooong. Julini minggat lagi, tolooong (menangis,
kesal, dan marah, tidak karuan) (NR, 2004:11)
Kemarahan Roima yang diekspresikan lewat tindakan dan teriakan,
menunjukkan Roima sebagai sebagai seorang pribadi yang ekspresif dan tidak
menahan apa yang dirasakan.
3.
Pengenalan karakter tokoh melalui
gender
Penentuan seorang laki-laki atau
perempuan bukan sekedar karena keduanya berbeda secara biologis, melainkan juga
kelamin yang berlawanan. Sebuah teori gender bersifat biologis, bahwa 98%
kromosom perempuan dan laki-laki identic. Laki-laki dan perempuan sesungguhnya
berasal hanya dari satu kromosom dan sama sekali bukan kelamin berlawanan.
Serangkaian oposisi biner, laki-laki
lebih kuat, perempuan lebih lemah; laki-laki pemberani; perempuan berhati-hati;
laki-laki mencapai keinginan mereka di luar rumah, perempuan memelihara apa
yang diperoleh di dalam rumah; satu seks diadaptasi bagi aktivitas-aktivitas di
luar ruangan, perempuan bagi kehidupan di dalam ruangan.
Dalam pembahasan gender difokuskan
pada tokoh-tokoh yang bertentangan tetapi sering berinteraksi, sehingga
diharapkan dapat ditemukan gambaran watak mereka.
a.
Karakter
Julini dari Sudut Pandang Gender
Bagi Julini, menjadi seorang laki-laki atau perempuan
bukanlah suatu keadaan yang stabil sifatnya, melainkan sebuah proses yang
berjalan terus-menerus; semacam jalan yang ditempuh oleh orang yang
bersangkutan, sebuah pilihan yang bermula dari penggolongan-penggolongan
masyarakat berkaitan dengan orang tersebut. Julini sangat mengagumi Roima,
keduanya mempunyai kelamin laki-laki. Kelamin yang berlainan dengan gender yang merupakan elaborasi social dari sifat
biologis. Sikap Julini tersebut berada pada batas abnormal. Julini merasa
dirinya sebagai seorang perempuan, seperti dalam kutipan berikut.
Julini: Jangan bilang begitu. Julini bukan cobek, bukan cebong
yang suka pakenang-pakenong. Julini Cuma seorang wanetong yang kesepian . oh
Tuhan …….kasihanilah Julini yang sebatang kerong (NR, 2004:29).
b.
Karakter
Roima Dari Sudut Pandang Gender
Roima seorang lelaki normal. Dia seorang bandit masih punya
keinginan untuk jatuh cinta. Roima mencintai Julini pria wadam. Roima masih
punya perasaan cinta pada perempuan, julini tidak, dia hanya mencitai pria
saja. Pada saat perkawinan ada perasaan tertekan Roima….
Roima: Aku baru menyadari, biar bagaimanapun kamu tetap seorang
lelaki. Biar kamu operasi ganti kelamin, kamu masih tetap seorang lelaki. Apa
rahimmu bisa diganti jadi Rahim perempuan? Dan kita tidak akan pernah bisa
punya anak……
4.
Pengenalan Karakter Tokoh Melalui
Kontak Mata
Pola kontak mata bisa bersifat tak
sadar maupun sadar. Misalnya dalam budaya kita, memandang ditafsirkan sebagai
indikasi ketakjuban seksual, perasaan terpukau, terpana atau kagum; menatap
lurus-lurus mengindikasikan keingintahuan seksual, keberanian, kelancangan atau
kebodohan; memincingkan mata sebagai indikasi menatap dengan pandangan sempit,
penuh selidik dan berkesan sukar melihat; jelalatan sebagai indikasi menatap
dengan penuh cinta dan biasanya tidak sopan.
a.
Mata
Kumis Suka Melihat Perempuan
…….
Setelah Tuminah pergi, Kumis mengamati Tuminah……….
Kumis: Luar biasa……….goyangannya……..jeritannya……..syahwatnya
(NR, 2004:2003).
5.
Pengenalan Karakter Tokoh Melalui
Sentuhan
Dalam beberapa budaya bentuk dasar
pemberian salam mencakup jabat tangan, yang diatur oleh kode taktil (sentuhan),
artinya kode yang mengatur pola sentuhan
dalam situasi antarpribadi. Studi tentang sentuhan itu disebut Haptik. Sentuhan
bisa melalui tangan, tubuh dan hubungan lawan jenis.
a.
Sentuhan
Roima memberikan kedamaian
Sebagai sosok perempuan yang cantik dan pandai memberi
sentuhan tubuh pada pria pelanggannya…
b.
Tuminah
banyak langganan pejabat karena dari sentuhan
Pejabat: Besuk kamu pake gaya apa?
Tuminah: Gaya bebas, Mas…
6.
Pengenalan Watak Tokoh Melalui
Pakaian
Pakaian dapat didefinisikan sebagai
tanda yang memperluas makna dasar tubuh dalam konteks budaya. Pakaian dan tubuh
yang ditutupi, disusupi oleh signifikasi moral, social dan estetis. Pada tataran
biologis, pakaian mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu meningkatkan
kemampuan kita dalam bertahan hidup.
a.
Pakaian
Sebagai Representasi Karakter Julini
Julini seorang pria, dia lebih merasa nyaman mengenakan
pakaian perempuan daripada pakaian pria. Untuk menutup kekurangannya, dia
menggunakan benda-benda yang bisa membuat dia tidak berbeda dengan perempuan,
….
Julini: (keluar dari gubuk yang sama)
Peduli amat. Beha saya, sanggul saya, pantat saya …(NR, 2004)
7.
Pengenalan Watak Melalui Makanan
Tokoh
Beberapa makna simbolis dalam makanan
berasal dari kisah asal-usul manusia, buah apel dianggap sebagai sebuah emas/
istimewa. Simbolisme juga, alasan mengapa orang-orang dari budaya tertentu
tidak makan daging hewan-hewan tertentu.
Tabel 4.1 Karakter Tokoh Dari Deskripsi Fisik
|
Gambaran tubuh
|
ekspresi wajah dan bahasa tubuh
|
Kontak mata
|
Sentuhan
|
Pakaian
|
Makanan
|
Julini
|
|
-
Gelisah
-
mempunyai rasa
cinta yang tulus
-
suka menggoda
pria
-
periang
-
sabar
-
mempunyai rasa
kebersamaan
|
menyenangkan, periang
|
suka menggoda pria
|
-
hedonis
-
fashion able
-
budaya betawi,
|
|
Roima
|
-
kuat
-
perkasa
-
athletis
-
lelaki normal
|
-
kasar
-
ekspresif
-
pencemburu
-
suka marah
-
suka jengkel
-
tertekan
-
pemurung
|
|
|
orang Betawi
|
|
Tarsih
|
cantik
|
-
pintar
-
pemberani
-
pemaaf
|
|
|
|
|
Dari deskripsi table, diketahui bahwa
di dalam TD trilogy OK, karakter tokoh dari dimensi fisik paling banyak
dideskripsikan melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh, yang disampaikan
melalui dialog maupun petunjuk pemanggungan.
B.
Karakter Tokoh Dalam Dimensi Sosial
Nilai estetis suatu drama dapat mengekpresikan
dimensi social suatu masyarakat. TD menyodorkan kompleksitas dunia nilai, norma
hidup, etika, pandangan dunia, tradisi dan variasi-variasi tingkah laku manusia.
a. Tokoh dalam conformity
Prilaku manusia merupakan bentuk
perwujudan dari apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Dalam trilogy drama OK
konformitas, para tokoh berusaha terus
menerus untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok.
Dari apa yang digambarkan dalam trilogy drama OK, keadaan lingkungan tertentu
(tokoh) akan membentuk sebuah kesepakatan (norma masyarakat) tertentu bersifat
khusus.
1) Norma masyarakat di kawasan kumuh.
Komunitas yang terbentuk karena
persoalan yang sama yaitu kemiskinan, anggota masyarakat yang terdiri dari
pekerja seks komersial, (pelacur/cabo), bramacorah (bandit/preman), pemulung,
gelandangan, banci ( wadam) dan orang gila. Mereka tinggal di gubuk-gubuk di
daerah kumuh. Mereka adalah kaum urban miskin yang hidupnya ditengah kota.
Masyarakat kawasan kumuh terbiasa
menggunakan kata-kata kasar dalam komunikasi mereka, seakan-akan ada
kesepakatan bahwa kata-kata tersebut menjadi kata-kata persahabatan mereka. Di
sisi lain kata-kata kasar itu mereka gunakan menunjukkan ekspresi jujur dan
eksistensi mereka.
Selain norma yang berkaitan dengan
bahasa ketaatan kepada pemimpin, mereka
pegang teguh. Misalnya ketaatan pada Julini. Semangat persatuan, kebersamaan
dan perjuangan yang ditumbuhkan julini seakan menjadi pemacu mereka untuk hidup
yang lebih baik.
2) Perubahan prilaku tokoh
Dalam “BW” Tarsih dan Kasijah belum
digambarkan secara detail. Tokoh ini digambarkan sebagai pelacur di
perkampungan kumuh. Mereka bernasib buruk. Disbanding kasijah, Tarsih lebih
optimis bisa merubah nasibnya. Dalam “OK” tokoh tarsih digambarkan secara
detail. Tarsih digambarkan menjadi germo dan memilki rumah sendiri yang telah
bersertifikat, ia istri simpanan camat. Kasijah jadi orang gila karena penyakit
spilis.
Table 4.2 perubahan perilaku tokoh
perempuan dalam Diamond Willis
PRESENTASI TOKOH
|
PEMUNCULAN TOKOH
|
PERILKU AWAL
|
SEBAB
|
PERUBAHAN PERILAKU
|
Jumini
|
‘BW”
|
Normal karena hidup hidup dengan suami dan
anak-anaknya
|
indendensi
|
depresi dan tertekan
|
Tarsih
|
“BW” dan “OK”
|
tokoh perempuan cantik yang sederhana, mempunyai
rasa empati dan solidaritas yang tinggi
|
antikonformitas
|
egois dan tidak peduli dengan teman lama, selalu
curiga dengan orang lain, mempunyai sifat kepemimpinan yang menonjol. Menjadi
Germo
|
Kasijah
|
“BW” dan “OK”
|
tokoh pelacur yang cantik, primadona di wilayah
pelacuran
|
variabilitas
|
selalu pesimis, Gila dan akhirnya meninggal dunia
|
Table 4.3 Perubahan Perilaku Tokoh Pria Dalam Diamond Willis
REPRESENTASI
TOKOH
|
PEMUNCULAN
TOKOH
|
PERILAKU
AWAL
|
SEBAB
|
PERUBAHAN
PERILAKU
|
Roima
|
“BW”,
“OK” dan “OJ”
|
tidak
bekerja, hidupnya banyak tergantung pada Julini, sangat menyayangi Julini
|
konformitas
independensi
|
menjadi
kepala bandit yang bijak dan cerdas.
mencintai
Tuminah, tetap menyayani Julini, meski julini sudah meninggal.
|
Tibal
|
“BW”
dan “OK”
|
Pria
yang lugu, hanya bisa bertani dan sangat menyayangi adiknya, Tuminah.
berteman
baik dengan Roima
|
independensi
antikonformitas
independensi
|
Tibal
membunuh Kumis, dan dipenjara.
Tibal
menjadi kepala bandit bersama dengan Roima. Dia menjadi orang yang berperilku
kasar dan pemarah, ambisius.
|
Table 4.4 Perubahan Perilaku Tokoh Penguasa Dalam Diamond Willis
REPRESENTASI
TOKOH
|
PEMUNCULAN
TOKOH
|
PERILAKU
AWAL
|
SEBAB
|
PERUBAHAN
PERILAKU
|
Camat
|
“BW”
|
Berempati
pada rakyat
Menyukai
Tarsih
|
independensi
Konformitas
|
tidak
peduli dengan kepentingan rakyat ikut mendukung proses penggusuran
Melepaskan
Tarsih, bersikap lemah pada istrinya sehingga kepemimpinan dijalankan oleh
istrinya.
|
b.
Tokoh dalam independenci (Independensi/ketidaktergantungan)
Dalam OK, perilaku para tokoh lebih
banyak tidak tergantung pada norma-norma yang berlaku. Tetapi hal ini tidak
berarti bahwa para individu tokoh sama sekali mengabaikan standar social di
lingkungannya, tetapi beberapa tokoh tidak membiarkan responnya dipengaruhi
oleh standar social tersebut. Hal ini tergambar dalam perilaku wadam, pelacur,
bandit, pejabat.
c.
Tokoh dalam Antikonformitas
Perilaku tokoh dalam antikonformitas
tidak jauh beda dengan perilaku tokoh dalam independensi. Perilaku
antikonformitas murni adalah perilaku yang merupakan respon (balasan,
tanggapan) terhadap norma tersebut. Contoh, dalam tugasnya Kumis sudah berusaha
untuk mengikuti perintah atasan, tetapi ketika dia dipecat dari aparat
keamanan, dia justru memilih menjadi kepala bandit atau pengacau keamanan.
d.
Tokoh dalam variabilitas
Seorang tokoh dikatakan sebagai tokoh
dalam variabilitas murni apabila perilaku tokoh dipersepsikan individu. Contoh perubahan
perilaku Tibal. Dari kampong lugu, jadi kejam. Setelah dipenjara, ia kembali
ingin bertani tetapi kembali kejam pada perempuan dan anak-anak.
C. Karakter Tokoh Dalam Dimensi Psikis
Dalam OK, keberadaan para tokoh dari kelas bawah yang
mempunyai mimpi-mimpi ingin hidup lebih baik, dengan segala usahanya. Beberapa
tokoh dalam TD OK, mencerminkan teori kebutuhan bertingkat, sehingga teori ini
tepat digunakan untuk menganalisis psikologi beberapa tokohnya.
Penderitaan yang dihadapi tokoh banci Julini, Roima dan
teman-temannya di kawasan kumuh merupakan beban berat, karena tidak mempunyai
keahlian. Mereka tidak cukup berpendidikan’ akhirnya jadi pelacur, bandit, dsb.
Pencapaian kebutuhan bertingkat
1)
Pencapaian
kebutuhan fisiologis
2)
Pencapaian
kebutuhan rasa aman
3)
Pencapaian
kebutuhan rasa memiliki dan cinta
4)
Pencapaian
kebutuhan rasa penghargaan
5)
Pencapaian
kebutuhan akan aktualisasi diri
BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN
A. Beberapa Temuan
Temuan penelitian pada bab ini berisi
pola-pola dan teknik pemberian watak pada tokoh dalam trilogy OK sebagai hasil
analisis ketiga tahapan prosedur analisis dimensi fisik, social, dan psikis.
Pembahasan dalam trilogy OK, tidak bisa dilepaskan dalam kaitannya antara drama
yang satu dengan drama yang lain.
1. Perwatakan dalam dimensi fisik
Temuan proses perwatakan dalam dimensi fisik trilogy drama OK
menggambarkan bahwa ada beberapa tokoh yang dapat diidentifikasi wataknya
melalui beberapa aspek yang tercakup dalam dimensi fisik. Aspek tersebut
meliputi gambaran tubuh, ekspresi dan bahasa tubuh, kontak mata, gender,
sebtuhan, makanan dan pakaian yang melekat pada tokoh dalam trilogy drama OK.
2. Perwatakan dalam dimensi social
Dalam dimensi social terdapat beberapa unsur yang
mempengaruhi perubahan perolaku tokoh. Factor-faktor yang mempengaruhi adalah
adanya konformitas, antikonformitas, indevendensi dan variabilitas. (lihat bab
4/Diamond Willis)
3. Perwatakan dalam dimensi psikis
Watak tokoh dalam dimensi psikis dapat dipahami dari beberapa
unsur yang menyertai kejiwaan tokoh. Beberapa tokoh dalam OK, berupaya untuk
hidup lebih baik dengan cara-cara yang beragam. Oleh sebab itu Teori Kebutuhan
Bertingkat Maslow digunakan untuk menganalisisnya. Selain itu ada beberapa
gejala kejiawaan yang tidak terkait dengan upaya menuju kehidupan yang lebih
baik, tetapi gejala yang bersifat fenomena, karena perilaku tokoh sendiri atau
karena perilaku tokoh lain.
B.
Hambatan-hambatan
Penelitian
1.
Hambatan
teoritik
Dituntut untuk lebih menganalisis pertunjukkan
2.
Hambatan
metodik
Dengan metode penelitian kualitatif, instrument yang
digunakan untuk mengukur atau menguji hasil analisis data terletak pada diri
peneliti, bukan pada instrument seperti yang biasa digunakan dalam penelitian
kuantitatif.
3.
Hambatan
dalam pelaksanaan
Penelitian terhadap naskah-naskah NR dimulai sejak tahun
2008. Untuk mendapatkan naskah-naskah lain dari perpustakaan teater koma juga
tidak mudah. Selain naskah, hambatan dalam pelaksanaan juga karena kesibukan
informan sebagai seorang sutradara teater koma dan beberapa kegiatan lain serta
jarak yang jauh.
BAB VI SIMPULAN
A.
Simpulan
1.
Watak
tokoh dari dimensi fisik.
Dari perwatakan tersebut dapat
ditemukan watak tokoh-tokoh yang sering muncul dan berpengaruh langsung pada
watak tokoh lain.
a. Roima
digambarkan sebagai tokoh yang tubuhnya kuat, perkasa, pemarah, suka
berperilaku kasar, pencemburu dan menyayangi kekasihnya Julini. Roima secara fisik dan penampilan merupakan
laki-laki normal, sehingga dia tertekan ketika melangsungkan pernikahan sejenis
dengan Julini. Dari pakaian yang dikenakan Roima pada saat pernikahan dengan
Julini dapat diketahui Roima mengikuti adat Betawi.
b. Tarsih sosok cantik dan pemberani
untuk membela haknya. Tarsih juga tokoh yang pintar dan dapat memotivasi
teman-temannya, sehingga dia dipercaya sebagai pemimpin para pelacur. Tarsih
orang yang pemaaf apabila ada temannya melakukan kesalahan yang tidak fatal. Di
sisi lain, tarsih adalah orang yang materialistis sehingga dia panic ketika
harta bendanya dilalap api pada saat penggusuran dan dia menerobos api,
sehingga dia mati terpanggang dengan harta bendanya.
c. Kumis, tokoh yang secara fisik
digambarkan kuat, berotot dan berkumis tebal sehinggawajahnya tampak galak.
Dari perilakunya Kumis adalah orang kasar, pengecut dan mudah tersinggung.
Kumis suka melihat perempuan-perempuan dan menjadikannya sebagai objek fantasi.
Untuk melampiaskan nafsunya, Kumis sering pergi ke tempat pelacuran dan minta
gratis.
d. Jumini, merupakan tokoh perempuan
yang hanya dimunculkan di dalam “BW”, namun keberadaan tokoh ini dapat
memberikan dukungan akan gambaran kondisi kawasan kumuh secara keseluruhan.
Jumini seorang istri yang sangat menyayangi suami dan anaknya dia mengalami
depresi, sensitive, tidak realistic.
2.
Watak
tokoh dari dimensi social
a. Jumini dalam “BW” ada awalnya normal karena
hidup dengan suami dan anak-anaknya. Setelah keadaan sosialnya berubah,
ditinggal ke Lampung oleh suami dan anaknya, mereka meninggal dalam perjalanan.
Hidup di tengah tekanan dan himpitan ekonomi di ibu kota. Sehingga dia
mengalami depresi dan tertekan.
b. Tarsih dalam “BW” dan “OK”
digambarkan sebagai tokoh perempuan cantik yang sederhana, mempunyai rasa
empati dan solidaritas yang tinggi. Setelah adanya perubahan social, kondisi
ekonomi lebih baik karena telah menjadi istri simpanan camat. Tarsih berubah
menjadi egois dan tidak peduli dengan teman lama, selalu curiga dengan orang
lain, mempunyai sifat kepemimpinan yang menonjol sampai akhirnya menjadi germo.
3.
Watak
tokoh dalam dimensi psikis
Tokoh-tokoh utama dalam OK, melakukan
sebuah tindakan tertentu disebabkan adanya motivasi tertentu, yaitu adanya
keinginan untuk tetap bertahan hidup dan tetap eksis dalam berkompetisi dalam
kehidupannya. Julini, Roima, tarsih, Tibal dan Tuminah proses kebutuhan hidup
mereka melalui tingkatan-tingkatan yaitu kebutuhan fisiologisnya, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan rasa memiliki dan cinta, kebutuhan rasa penghargaan,
kebutuhan aktualisasi diri. Reaksi tokoh Tuminah terhadap kecemasan, yaitu
berusaha mengatasi melalui mencari bentuk perlindungan dan keamanan kepada orang lain dengan cara
menyesuaikan diri terhadap orang lain (moving toward people).
B. Implikasi Pemahaman Perwatakan dalam Konteks Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Saat ini guru sedang giat-giatnya
mencari model-model pengembangan pembelajaran khususnya drama. Diantara model
itu diantanya model dramatisasi. Namun masih banyak guru menghindari atau tidak
senang dengan model ini. Hal ini disebabkan karena guru tidak memahami
bagaimana materi drama harus disampaikan, meskipun sebenarnya konsep tokoh,
watak dan perwatakan sudah dioperasionalkan dalam pembelajaran.
Proses memahami tokoh, perwatakan dan
watak tokoh dalam pembelajaran bahasa dan sastra berdasarkan dimensi fisik,
social, dan psikis tokoh. Memahami teks melalui analisis tokoh tersebut,
sebenarnya sama dengan proses membaca pada umumnya dalam kegiatan membaca pada
umumnya dalam kegiatan membaca teks sastra atau teks sejarah. Guru mengajak
siswa unruk memahami gambaran tokoh, perwatakan (karakterisasi) dan watak
tokoh.
. KOMENTAR:
Berdasarkan hasil
review disertasi di atas, dengan segala
kerendahan hati, dapat saya simpulkan bahwa disertasi ini memiliki kelebihan
dan kekurangan, selain itu juga memiliki manfaat yang tidak sedikit bagi
periview, berikut uraiannya:
A.
KELEBIHAN
1. Sistematika penulisan disertasi ini sangat
konsisten. Hal tersebut terlihat dari keterkaitan rumusan masalah, tujuan
penelitian, sampai pada kesimpulan.
2. Dalam memaparkan disertasinya penulis
menggunakan bahasa yang singkat, efektif, dan lugas, sehingga pereview dengan mudah
memahami isi disertasi tersebut. Namun, dalam menggambarkan tokoh-tokoh dalam
trilogy drama OK sangat detail sehingga gambaran watak tokoh dilihat dari
dimensi fisik, social, dan psikis diuaraikan secara detail sehingga periview
dengan mudah memahami gamabaran watak tokoh tersebut.
3. Disertasi ini menghasilkan konsep/teori baru
terkait kajian dimensi fisik, social, dan psikis tokoh dalam drama.
4. Dapat dijadikan rujukan atau pembanding bagi
peneliti lanjutan.
B.
KEKURANGAN
1. Peneliti agak kurang cermat dari segi
penulisan, karena masih terdapat sebagian kecil kata yang kekurangan atau
kesalahan huruf.
Contoh:
Kata tifak seharusnya tidak
hal. 231
Kata dai seharusnya dari
Kata teman-temanta seharusnya teman-temannya
hal 270
Kata cantil seharusnya cantik
Kata setelal seharusnya setelah
Kata menjad seharusnya menjadi
Nama Tibak seharusnya Tibal hal 261
C.
MANFAAT
1. Disertasi ini bisa menjadi inspirasi
penelitian
2. Disertasi ini dapat dijadikan acuan
pembelajaran bahasa Indonesia umumnya dan khususnya drama.
Komentar
Posting Komentar