Pemajangan Hasil Karya Siswa sebagai bentuk Penilaian Otentik


IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK
MELALUI PEMAJANGAN HASIL KERJA SISWA

Abstrak

Penilaian autentik memiliki relevansi terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013 yang mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, mengomunikasikan, dan lain-lain. Penilaian autentik bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian autentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal, pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan, keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

PENDAHULUAN
      Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar  peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan
Standar Penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin  perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Saat ini kita sebagai fasilitator atau pendidik banyak di harap untuk bisa melakukan pola pendidikan dan pengajaran dengan mengedepankan  high order thingkin skill (HOTS), yaitu suatu pola pembelajaran yang mengharuskan fasilitator atau pendidik untuk bisa menciptakan pola interaksi belajar-mengajar yeng menuntut peserta didik melakukan pola berfikir tingkat tinggi. Tidak hanya sekedar pada tahap hafalan atau pemahaman, tapi lebih jauh dari itu yaitu berfikir analisis, sintesis, atau bahkan lebih tinggi dari itu. Namun kenyataan di lapangan, masih banyak pendidik di sekolah/Madrasah yang belum melakukan penilaian sesuai dengan kondisi nyata dan standar penilaian.
Oleh karena itu untuk  memperkuat sistem penilaian dalam pembelajaran  perlu adanya literatur sebagai  pedoman yang senantiasa dapat digunakan oleh setiap orang yang berperan dalam penilaian. Kehadiran artikel  penilaian autentik ini sangat urgen keberadaannya dalam rangka meningkatkan  kompetensi penilaian bagi pendidik dalam pembelajaran di kelas.
Penyusunan perencanaan, pelaksanaan proses, dan penilaian merupakan rangkaian program pendidikan yang utuh, dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk itu, perlu ada model penilaian autentik yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan atau referensi oleh pendidik dan penyelenggaranya di jenjang sekolah/madrasah.
Pemajangan hasil kerja siswa merupakan salah satu  implementasi penilaian autentik. Hasil kerja siswa adalah karya nyata siswa. Penilaian autentik adalah penilaian yang menyeluruh dan dapat diukur karena terbukti dalam kegiatan dan karya nyata siswa.

PENILAIAN PENDIDIKAN
Penilaian pendidikan sebagai mana tercantum dalam Permendikbud nomor 66 tahun 2013 dikemukakan bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
1. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dankeluaran (output) pembelajaran.
2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh pesertadidik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputisejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti
 pada tingkat kompetensi tersebut.
            Berdasarkan penjelasan di atas, maka penilaian pendidikan itu ada yang dilakukan oleh tenaga pendidik dan satuan pendidikan, ada pula penilaian pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan kisi-kisi dari pemerintah. Penilaian pendidikan pada dasarnya mengacu pada penilaian hasil belajar siswa.
Penilaian Hasil Belajar adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan/atau setelah proses belajar suatu kompetensi, satu semester, satu tahun untuk suatu muatan/mata pelajaran, dan untuk penyelesaian pendidikan pada suatu satuan pendidikan;
Penilaian yang semestinya dilakukan pendidik meliputi penilaian autentik, penilaian diri (dengan format dan pantauan pendidik/guru), penilaian ulangan, penilaian ulangan harian, ulangan tengah semester (guru dan satuan pendidikan), ulangan akhir semester (guru dan satuan pendidikan), dan Ujian Tingkat Kompetensi (UTK) yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan kisi-kisi dari pemerintah.
PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian Autentik adalah pendekatan, prosedur, dan instrumen penilaian proses dan capaian pembelajaran peserta didik dalam penerapan sikap spiritual dan sikap sosial, penguasaan pengetahuan, dan penguasaan keterampilan yang diperolehnya dalam bentuk pelaksanaan tugas perilaku nyata atau perilaku dengan tingkat kemiripan dengan dunia nyata, atau kemandirian belajar; Dengan demikian, pada dasarnya penilaian autentik adalah penilaian yang mengacu pada kompetensi peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap social, kompetensi pengetahuan, serta kompetensi keterampilan. Penilaian ini dilaksanakan dengan benar-benar mengacu pada kinerja nyata siswa atau peserta didik, serta  dilakukan secara berkelanjutan.
Nurgiyantoro (2012: 306) mengemukakan bahwa autentik dapat berarti dan sekaligus menjamin: objektif, nyata, konkret, benar-benar hasil tampilan peserta didik, serta akurat dan bermakna. Jadi, penilaian autentik menekankan kemampuan pembelajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai itu.
Model asesmen autentik (authentic assessment) dewasa ini banyak dibicarakan di dunia pendidikan karena model ini direkomendasikan, bahkan harus ditekankan, penggunaannya dalam menilai hasil pembelajaran. (Nurgiantoro, 2012: 305). Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum Tahun 2013 (KTSP) menyarankan penggunaan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) menuntut adanya penekanan penggunaan model penilaian yang sesuai dan sekaligus penekanan penilaian pada kompetensi kinerja peserta didik sesuai dengan mata pelajaran. Peserta didik tidak hanya dituntut memahami aspek pengetahuan, melainkan juga apa yang dapat dilakukan dengan pengetahuannya itu. Salah satu model penilaian yang sesuai dengan konsep tersebut adalah asesmen autentik. Sejalan dengan pelaksanaan kurikulum (KTSP), pendekatan CTL dan model penilaian autentik, yang di dalamnya terdapat model portofolio, tampaknya kini menjadi suatu keharusan.
Penilaian autentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan peserta didik dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Lagi pula amat banyak kinerja peserta didik yang ditampilkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan sejalan dengan berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Jika dilihat dari sudut pandang teori Bloom, penilaian haruslah mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 47). Penilaian autentik dalam implementasi kurikulum tersebut mengacu kepada standar penilaian yang terdiri dari:
1.    Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal
2.    Pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan.
3.    Keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

TEKNIK PENILAIAN AUTENTIK

1.    Penilaian Pengamatan
Pengamatan merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, sehingga penilaian pengamatan (kinerja) adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu dalam penilaian kinerja diperlukan instrumen berupa lembar pengamatan atau lembar observasi. Penilaian pengamatan berguna untuk mengukur keterampilan peserta didik melakukan kinerja tertentu. Contoh kinerja yang dapat diamati antara lain: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat.
Teknik penilaian pengamatan dapat dilakukan sebagai berikut:
1.    Pemeriksaan terhadap dokumen belajar peserta didik, meliputi: prestasi belajar materi sebelumnya,  kesulitan belajar, hasil pekerjaan rumah,  penilaian orang tua/wali terhadap kemajuan belajar peserta didik dan hal-hal terkait lainnya.
2.    Pengamatan terhadap peserta didik pada saat mereka memperhatikan penjelasan Pendidik, membaca, bekerjasama dengan teman lainnya, mengerjakan tugas-tugas, memecahkan masalah, dan kegiatan lainnya.
3.    Melalui teknik penilaian lainnya (diskusi, Tanya jawab, tes, dll), Pendidik mengamati motivasi dan kemajuan belajar peserta didik, serta kendala yang dihadapi peserta didik maupun Pendidik dalam pembelajaran.
2.      Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian yang meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian diri didefinisikan sebagai “monitoring of one’s own levels of knowledge, performance, abilities, thinking, behaviour and/or strategy” (Wilson and Wing Jan 1998;2). Kutipan di atas menunjukkan bahwa penilaian diri adalah kegiatan untuk memonitor tingkat penampilan atau performansi, kemampuan, prilaku dan strategi yang dilakukan oleh seseorang dalam menghadapi suatu tugas yang diberikan atau dilakukan. Selain itu penilaian diri mencakup dapat tiga domain yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap.


PEMAJANGAN HASIL KERJA SISWA
Kelas yang dipenuhi dengan karya/pekerjaan siswa merupakan pemandangan yang menyenangkan karena memberi pesan kepada mereka bahwa pekerjaan dan belajar mereka penting. Selama ini yang menentukan pemajangan karya siswa biasanya guru, bukan siswa. Clayton (2002) mengajukan gagasan tentang pemajangan karya siswa yang melibatkan siswa, jadi merupakan kolaborasi antara siswa dengan guru. Ia beranggapan bahwa melibatkan siswa dalam memajang hasil pekerjaan mereka dapat meningkatkan tanggungjawab siswa dalam perkembangan belajarnya. Mereka bisa dibiarkan bebas memilih pekerjaannya yang akan dipajang guru, bisa juga diserahi tugas mendisain dan memajang pekerjaan di papan (bulletin board), atau mereka bisa juga ditugasi untuk mengelola sendiri seluruh proses mulai dari memilih, membuat tempat pajangan, dan memeliharanya.
Ahmad Fikri dalam artikel …berpendapat bahwa pajangan hasil karya siswa memiliki tujuan, sebagai berikut:
1. Sebagai tempat menempel berbagai jenis hasil pekerjaan atau karya siswa.
2. Sebagai bentuk penghargaan atas upaya yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan.
3. Meningkatkan motivasi siswa, karena betapapun kualitas kerja yang dihasilkan akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat dipajang.
4. Memberikan informasi, baik yang bersifat umum, seperti poster atau slogan, maupun yang terkait dengan pembelajaran, seperti bagan/chart/grafik, langkah kerja/rumus, dsb.
5. Sebagai hiasan yang dapat memperindah suasana kelas.
6. Sebagai bahan evaluasi bagi guru dan siswa serta orang tua melalui tampilan/pajangan yang tertera pada papan display. Misalnya bagi guru,, melalui pajangan siswa dapat secara langsung melihat kualitas kerja siswa dibandingkan dengan kompetensi yang harus diraihnya, sedangkan bagi siswa, ia dapat mengukur posisi hasil pekerjaannya dibanding dengan teman-teman lainnya. Sementara bagi orang tua, dapat secara langsung pula melihat kemajuan putra/i dalam meningkatkan kualitas kerja.
7. Karena seringkali papan display juga dianggap sebagai semi portofolio, maka display juga bertujuan menampilkan hasil kekayaan kelas yang bersangkutan.

Melibatkan siswa dalam mengelola pajangan dapat memberi manfaat, baik manfaat yang berkaitan dengan proses pendidikan, maupun manfaat praktis.
Manfaat Pendidikan:
• Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar mempraktekkan ketrampilan akademik dan social.
• Ketika mereka memilih sendiri karyanya untuk dipajang,mereka belajar untuk melakukan refleksi atas apa yang telah mereka kerjakan.
• Dengan menciptakan pajangan yang lebih mengutamakan USAHA dari pada HASIL SEMPURNA, anak akan lebih memahami bahwa belajar adalah proses pertumbuhan, bukan hanya proses penguasaan.
• Kolaborasi macam ini juga dapat meyakinkan/menguatkan rasa tumbuh kembangnya kompetensi mereka dan memberikan pengalaman kepada mereka untuk mengambil keputusan baik secara individu maupun kelompok.
• Memberi kesempatan kepada mereka untuk belajar dari orang lain, menghargai pekerjaan orang lain, menumbuhkan empati, menghormati, dan menumbuhkan rasa kebersamaan dalam komunitas kelas.
Manfaat Praktis:
• Mengembangkan ketrampilan mengukur, menggunting, menggunakan alat-alat, dan menulis.
• Mengembangkan ketrampilan berorganisasi dan pengambilan keputusan.
Pada dasarnya semua aspek dalam kegiatan tersebut menjadikan anak mengambil tanggungjawab dalam bagian dari kehidupan kelas.
3. Mengajari siswa cara memilih hasil karya untuk pajangan
               Agar anak merasa nyaman memilih karyanya untuk pajangan, guru perlu mengajari mereka bagaimana menilai pekerjaan mereka dan bagaimana memilihnya. Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan.
(1)     Membuat kriteria untuk memilih karya untuk dipajang. Mulailah dengan bertanya: “Mengapa kita memajang pekerjaan di kelas?” Mungkin mereka menjawab:
      -     Supaya kita bisa melihat apa yang telah dikerjakan teman
-          Supaya kita bisa menunjukkan karya yang membuat kita bangga
-          supaya bisa belajar lebih banyak tentang suatu topic
-          Agar ada hal menarik yang dipajang di tembok dsb.
Guru bisa menambahkan bahwa pajangan juga bisa berguna untuk merefleksi pekerjaan kita sendiri, belajar dari pekerjaan teman, dan membuat kelas menjadi indah.
Kriteria untuk memilih karya pajangan:
-          Karya tersebut menunjukkan usaha kita, bukan hanya menunjukkan pekerjaan yang  baik.
-          Karya menunjukkan perkembangan dan perbaikan
-          Kita merasa bangga dengan karya tersebut.
-          Karya tersebut penting buat kita.
(2)                Praktek memilih karya untuk pajangan
            Berilah mereka kesempatan untuk menggunakan kriteria yang berbeda dalam memilih karya untuk pajangan. Misalnya, biarkan mereka memiih karya tulis dari portfolionya sesuai dengan keinginannya.
(3) Minta pendapat teman
             Biarkan mereka meminta pendapat teman sekelas sebelum memajangnya.   Mereka mungkin menunjukkan aspek yang ingin mereka perhatikan.
4.    Mengajari siswa membuat pajangan yang efektif
     Pajangan yang efektif adalah yang membuat setiap karya yang dipajang memancarkan hal yang membuat bangga pemiliknya. Karya tersebut lebih menonjol bila dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya. Cara-cara yang bisa dilakukan guru adalah:
• Ingatkan siswa mengapa kita memajang karya di kelas
• Memeriksa pajangan yang ada. Ajak mereka melihat pajangan tersebut dan   ajakmereka   memeriksa pajangan tersebut tentang efektifitasnya.
• Buatlah daftar kriteria pajangan efektif. Setelah melihat pajangan dan membuat daftar tujuan memajang karya, buatlah petunjuk menciptakan pajangan yang efektif, misalnya,pajangan harus:
(1) sederhana,
(2) menunjukkan apa yang paling penting dari karya tsb,
(3) dekorasi harus cocok dengan karya yang dipajang, dan pajangan lebih menojol   daripada dekorasinya,
(4) pajangan mencantumkan nama pemiliknya, judul karya, atau mungkin ada hal   lain tentang karya tersebut.
       (5) Pajangan rapi
• Letakkan petunjuk tersebut di dekat tempat pajangan
• Ajari mereka cara-cara membingkai dan memajang karyanya
 • Siswa bisa menambahi dengan label lain yang diperlukan misalnya tema, siapa   pembuatnya, foto pembuatnya, dll.
Empat tips tentang Pajangan
(1) Pajangan harus memiliki hubungan yang bermakna dengan kurikulum.
Pajangan merupakan alat yang efektif untuk belajar dan mengajar.
(2) Ciptakan pajangan yang menghargai usaha, bukan hanya pekerjaan yang sempurna. Hindari adanya nilai atau komentar pada karya yang dipajang.
(3) Pastikan ada pajangan yang merefleksikan upaya seluruh siswa dalam kelas tersebut. Hal ini untuk menumbuhkan rasa kepemilikan dan memiliki pengaruh yang kuat pada pembentukan komunitas.
(4) Jaga kemutakhiran pajangan, bermakna, dan tidak berserakan. Pajangan harus diganti sesuai dengan perjalanan relevansinya dengan kurikulum. Bila ruang terbatas, karya dipajang bergiliran dari pada dipaksakan sampai berjubel.
       TES PRAKTIK/ PERBUATAN   

                         Memajang hasil kerja siswa diperoleh dari hasil penilaian yang berbentuk kinerja atau berbentuk hasil penilaian praktik kerja atau perbuatan. Tes praktik/perbuatan adalah teknik  penilaian hasil belajar yang menuntut peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja. Tes praktik/perbuatan dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes petik kerja. Tes identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap melalui alat indera. Tes simulasi digunakan .untuk mengukur kemahiran bersimulasi memperagakan suatu tindakan. Tes petik kerja digunakan untuk mengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya.
Contoh tes praktik/perbuatan dapat berupa kegiatan tes untuk mengukur kemahiran berpidato, menari, menyanyi, melukis, menggambar, berolahraga, bercerita, membaca puisi, menulis dan lain-lain.



KAITAN TES PRAKTIK/PERBUATAN DENGAN PENILAIAN AUTENTIK

            Dalam penialain autentik , penilaian atas proses dan hasil dilakukan secara terpadu, sehingga seluruh tampilan peserta didik dalam rangkaian kegiatan pembelajaran tidak luput dari penilaian (Mahsun, 2014: 150). Dalam konteks ini, penilaian autentik menjadi lebih objektif karena seluruh informasi tentang peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tercapai dengan baik, itu sebabnya pemajangan hasil kerja siswa merupakan salah satu bentuk wujud penilaian autentik. Dengan kata lain  hasil kerja siswa yang dipajang itu mencerminkan wujud tampilan kinerja yang memperlihatkan gambaran proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

APLIKASI PEMBELAJARAN MENULIS PUISI TEKNIK RANGSANG EMOSI DENGAN DIAKHIRI PEMAJANGAN HASIL KERJA SISWA
Program pembelajaran menulis puisi tentang “Ibu” dengan teknik rangsang emosi focus keagamaan, dalam penyajiannya terbagi ke dalam tiga kegiatan, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
                 Kegiatan pendahuluan atau aktivitas awal dimulai dengan mengondisikan anak, melalui berdoa dan mengecek kehadiran siswa. Untuk memotivasi siswa. Siswa diajak bernyanyi dan bertanya jawab tentang puisi dan orang yang paling dekat dengan siswa, yakni ibu mereka masing-masing. Sambil bertanya jawab disampaikanlah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Kemudian, siswa menyepakati alur kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan saat itu. Kegiatan pendahuluan dilaksanakan selama sepuluh menit.
                    Kegiatan inti dimulai dengan mengajak siswa lari ditempat beberapa lompatan sebagai pemanasan tubuh. Kegiatan selanjutnya anak disuruh menarik nafas panjang sebanyak tiga kali (pelaksanaan teknik rangsang emosi focus keagamaan). Berikutnya  siswa diajak merenungkan hal-hal yang mengembirakan diakhiri tertawa. Lalu, siswa diajak merenungkan hal-hal yang menyedihkan atau mengecewakan. Kegiatan selanjutnya dilakukan sebagai berikut.
“ Anak-anak yang ibu banggakan!” “Buku catatan dan balpoin yang telah kamu siapkan silakan simpan di meja kalian masing-masing!”. Pusatkan pikiran kalian hanya pada ibumu!” Coba tarik nafas panjang sebanyak tiga kali!” “Kita tarik nafas panjang!” “Ya, sekarang keluarkan pelan-pelan!” “Tarik nafas panjang!” “Keluarkan!” “Tarik lagi!” “Ya,…. Keluarkan!”
                  “Anak-anak coba kamu gambarkan keadaan ibumu yang sekarang sedang menyiapkan segla sesuatu, menunggu kepulanganmu dari sekolah, dan menunggu ayah atau adikmu”. “Saat ini ibumu sedang sibuk; ia tidak bisa tidur atau terlena, ia tak sempat istirahat walaupun ia dalam keadaan sakit.” “Yang ia pikirnya hanya menyiapkan sesuap nasi/makananmu sepulang sekolah”.
                   “Anak-anak coba renungkan!” “Sekarang, umur kalian sudah menginjak 13 tahun, sejak lahir sampai seusia ini, sejauh mana pengabdianmu pada ibumu?” “Kalau disuruh kamu mengatakan ‘ah’ ….malah kamu marah-marah!” “Selalu marah-marah bila keinginanmu tidak dikabulkan ibumu”. “Kamu marahi ibumu”. “Kamu lalaikan ibumu”. “Kamu tidak tanggung-jawab pada ibumu”. “kamu malas;  kamu egois;  kamu ingin menang sendiri; kamu sombong; kamu merasa hidup sendiri tanpa ibumu”. “Kamu keterlaluan!”
                    “Anak-anak yang ibu cintai! Orang yang paling dekat denganmu adalah ibumu; dialah yang mendoakan kita siang maupun malam”. “Mohon maaflah padanya! Mohon didoakanlah padanya!” “Dialah yang merawat kita dari kecil hingga sekarang; ibumu tidak pernah mengeluh!” “Ketika kamu kecil bila kamu nangis, ia belai kamu dengan kasih sayang; cepat-cepat ia susui kamu; ia dekap kamu dengan mesra sehingga kamu merasa aman, nyaman dan tentram dalam pelukannya.” “Bila kamu sakit; Ibumu cemas; Ia bawa ke dokter walaupun ia tak punya uang; ia rela berkorban apa saja demi anak tercintanya; sedangkan saya sekarang, ya Allah! “Saya selalu melalaikan ibuku!”Kalau disuruh aku gak mau!” “Aku bentak ibuku!” “Aku sia-siakan ibuku” “Sampai-sampai kaos kaki, sepatu, baju, dan baju dalamku masih saja dicucika ibuku”. “Ya, Allah! Betapa aku tidak  tahu diri!” “Betapa aku tidak tahu malu”. “Betapa aku tidak mempunyai rasa terimakasih pada ibuku!”. “Aku sudah besar ya Allah!” “Seharusnya aku sudah mandiri!” “Seharusnya aku thu diri!” “Seharusnya aku mengabdi; mengabdi pada-Mu ya Allah!” “Mengabdi pada ayahku, ibuku, ibuku, ibuku, ya, Allah!” Mengapa aku selalu menyakitinya?” “Mengapa aku selalu melalaikannya?” “Maafkan aku, ibuku!” “Aku yang tidak tahu malu!” “Aku yang tidak mempunyai rasa terimakasih!”
                         “Maafkan aku, ya Allah!; “Maafkanlah……….!”
Maafkan kedua orang tuaku, kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihaniku sewaktu kecil (Hadist Bukhari)
                        “Ya, Allah! Itulah yang kuucapkan setelah selesai solatku, tapi sikapku pada ibuku lain dengan apa yang kuucapkan pada-Mu ya, Allah!; “Maafkan aku ya, Allah! Maafkan  ibuku, ya Allah! Kasihanilah dia ya, Allah! Sebagaimana ia mengasihi aku sewaktu kecil!” “Kabulkanlah doaku, ya Allah!”
                        “Panjangkanlah umurku ya Allah! Agar aku bisa memperbaiki tingkahku pada ibukur; Agar aku bisa mengabdi pada-Mu ya Allah! Agar bisa mengadi pada ibuku! Agar aku tidak menjengkelkan ibuku lagi! Agar aku tidak menyakiti ibuku lagir! Agar aku menjadi orang yang selalu mengabdi dengan penuh kasih dan sayang-Mu pada ibuku!” “Kabulkanlah doaku, ya Allah!”
                        “Nah anak-anak sekarang coba kamu alihkan emosimu pada kertas yang telah kamu siapkan tadi!” “Kamu jangan melirik ke kiri atau kanan dulu!” “Walau kamu nangis curahkanlah isi hatimu pada kertas!” “Buatlah sebuah puisi tentang “Ibu”. Kegiatan rangsang emosi selama 15 menit.
                        “Selama siswa menulis puisi, guru tetap menjadi fasilitator karena kadang-kadang ada saja siswa yang kurang mengerti dengan apa yang harus dikerjakannya. Kegiatan menulis puisi selama 30 menit.
                         Pada waktu proses pembelajaran, sebagaimana yang telah penulis lakukan dalam pembelajaran, siswa terlihat sungguh-sungguh dan mempunyai motivasi yang tinggi. Biasnya kalau pembelajaran menulis puisi banyak siswa yang bicara “ah” kalau langsung disuruh menulis puisi, tapi dengan teknik rangsang emosi siswa tidak merasa dipaksa bahkan mereka asyik mencurahkan isi hatinya walaupun dalam keadaan nangis (terdapat 32 siswa yang menangis).
                 Setelah selesai menulis, siswa memajang hasil karya. Siswa secara berkeliling  membaca puisi yang sudah terpajang. Siswa yang bersedia, membacakan puisi hasil karyanya. Dengan demikian,  dalam proses pembelajaran siswa terlihat serius, selain itu pembelajaran bersifat menyenangkan dari awal, proses, sampai akhir pembelajaran.
                 Kegiatan penutup dilakukan melalui penyimpulan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam refleksi ternyata siswa merasa kalau dengan belajar sungguh-sungguh,  menulis puisi ‘Ibu” itu mudah dan menyenangkan. Terakhir, guru memberi tugas kepada  siswa untuk dikerjakan di rumah.

Simpulan
1.      Penilaian adalah suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari pembelajaran. Semakin baik dan tepat sebuah penilaian, akan semakin baik pula pembelajaran yang dilakukan. Dampak dari penilaian pembelajaran yang baik dan tepat, siswa merasa lebih dihargai dan merasa lebih semangat dalam pembelajaran.
2.      Penilaian autentik merupakan salah satu kegiatan penilaian dalam pembelajaran. Penilaian autentik menuntut atau melibatkan penilaian seluruh potensi siswa, baik potensi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (sikap spiritual dan sikap social), sehingga hal ini sejalan dengan tuntutan kurikulum 2013.
3.      Memajang hasil kerja siswa bukanlah sekedar pekerjaan menempel hasil karya siswa semata, tetapi di sana juga terkandung sebuah nilai penerimaan dan penghargaan yang tinggi atas hasil kerja dari seorang siswa. Di sisi lain memajang hasil kerja siswa  juga menjadi salah satu tolok ukur produktivitas dari seorang guru dan gambaran dari perkembangan kelas. Semoga melalui memajang hasil kerja siswa ini para siswa dapat lebih termotivasi dalam menggeluti proses pembelajaran bersama para guru.
4.      Pemajangan hasil karya atau hasil kerja siswa merupakan bukti implementasi penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang sesungguhnya dan terealisasi dalam karya nyata siswa baik berupa kinerja maupun hasil kerja siswa.
5.      Pemajangan hasil karya siswa memberi dampak yang sangat besar terhadap motivasi dan kinerja siswa secara berkelanjutan.


DAFTAR PUSTAKA
Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mahsun. 2014. Teks Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS