tugas review disertasi


DIMENSI FISIK, SOSIAL DAN PSIKIS TOKOH
DALAM TRILOGI DRAMA OPERA KECOA
 (Karya R. Riantiarno)

REVIEW DISERTASI KARYA HETTY PURNAMASARI
(Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Sastra)

1







Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan
Direview Oleh:
N. Mimin Rukmini
NIM. 137835123

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2014
RIVIEW DISERTASI
DIMENSI FISIK, SOSIAL DAN PSIKIS TOKOH DALAM TRILOGI DRAMA OPERA KECOA
KARYA N. RIANTIARNO
DISERTASI ; HETTY PURNAMASARI

ABSTRAK
Purnamasari, Hetty. 2012. Dimensi Fisik, Social, Dan Psikis Watak Tokoh Dalam Trilogy Drama Opera Kecoa Karya N. Riantiarno. Disertasi. Prgram Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor Prof Budi Darma, MA, Ph.D. Ko-Promotor Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, MA.
Kata-kata kunci: Tokoh, karakter, dimensi fisik, dimensi social, dimensi psikis, perilaku.
Latar belakang penelitian ini adalah objek sastra drama kurang kalau dibandingkan genre sastra lain. Tokoh diteliti karena tokoh, karakterisasi dan wataknya merupakan hakikat drama. Trilogy drama OK merupakan representasi masyarakat pada zamannya dengan liku-liku kehidupan masyarakat marginal. Tokoh banci diangkat sebagai symbol perilaku ambigu masyarakat.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana watak tokoh ditinjau dari dimensi fisik, social dan psikis tokoh. Adapun penelitian ini bertujuan memaparkan dan menemukan watak tokoh ditinjau ditinjau dari dimensi fisik, social, psikis dan dapat menemukan pola karakterisasi  dalam OK. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis, metodologis, maupun praktis, terutama untuk pembelajaran bahasa, sastra dan sejarah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatatif, karena untuk memahami pesan tokoh sebagai representasi masyarakat dari suatu objek penelitian dengan memperhatikan konteksnya, yaitu kondisi ekonomi, social  dan budaya serta segala gejolak pada masa trilogy drama OK diciptakan. Sumber data peneitian ini berasal dari tiga naskah drama “Bom Waktu”, “Opera Kecoa” dan “Opera Julini”. Penelitian ini terpokus pada penelitian teks dramatic yang diciptakan pengarang, tidak sampai pada pertunjukan/pementasan. Dengan demikian teknik penelitian yang digunakan adalah teknik pustaka, teknik simak catat untuk pengecekan ulang terhadap sumber data  saat diperlukan dalam analisis data. Untuk pengecekan keterandalan dan kesahihan dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi data OK, trianggulasi peneliti dan trianggulasi teori.
Untuk menganalisis objek penelitian, peneliti memadukan tiga konsep sebagai bagian teori structural yaitu, konsep fisiologis, sosiologis, dan psikologis agar dapat memaparkan dan menemukan watak karakterisasi tokoh. Namun, tidak semua teori digunakan untuk menganalisis setiap tokoh karena masing-masing tokoh mempunyai dominasi pada dimensi tertentu. Untuk
analisis fisiologi digunakan beberapa konsep dari Anthony Synnot, analisis sosiologi tokoh menggunakan teori diamond Willis, dan untuk psikologi beberapa tokoh dianalisis menggunakan teori kebutuhan Maslow.
Dari hasil analisis terhadap trilogy drama OK, terdapat beberapa temuan, yaitu adanya hubungan antara gambaran fisik tokoh, lingkungan social tokoh dan psikis tokoh, ketiganya membentuk sebuah karakter tertentu, ketiga dimensi saling berkaitan, dan saling mempengaruhi.penyebutan nama tokoh dan latar pada OK tidak merupakan keharusan, namun lebih dititik beratkan pada identitas tokoh dan latar. Tidak setiap alur dalam OK terdapat falling action , karena ada cerita yang penyelesaiannya diserahkan pada pembaca. Tokoh utama dalam sebuah teks dramatic dapat ditentukan melalui kualitas dan kuantitas deskripsi fisik, social dan psikis tokoh. Dari pendekatan sebelumnya yang sudah ada yaitu sosiopsikologi, diharapkan hasil penelitian ini dapat menawarkan pendekatan baru fisiososiopsikologi.
Dalam proses penelitian ini tidak berjalan mulus ada beberapa hambatan, terutama pada saat pelaksanaan penelitian. Adapun hambatan tersebut terkait dengan objek penelitian yang berupa teks drama, bukan teks pertunjukan. Peneliti harus menginterpretasi sebuah subsistem yang sebenarnya masih ”dapat” ditafsirkan lebih lanjut dalam sebuah pementasan.
Berkaitan dengan tujuan penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa para tokoh yang terdapat dalam OK saling terkait antara naskah satu dengan lainnya, keterkaitan tersebut berpengaruh pada perubahan perilaku yang disebabkan adanya perubahan keadaan sosial ekonomi, sehingga mempengaruhi psikis masing-masing tokoh dan fisik mereka yang tercermin dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh, serta pakaian yang mereka kenakan.
Sehubungan dengan konteks pembelajaran bahasa dan sastra, penggarapan dimensi fisik, social dan psikis tokoh perlu mempertimbangkan aspek keagamaan  dan ruang lingkup pembelajaran. Bentuk-bentuk teks yang berbeda dengan topic yang berbeda cenderung dapat didekati melalui tiga dimensi tersebut, tetapi dengan konsep dan teori masing-masing dimensi yang berbeda. Dari pemahaman terhadap tokoh, karakterisasi, dan watak tokoh dapat memberikan pemahaman terhadap tokoh dan manusia pada umumnya, dan mengasah rasa empati siswa sehingga dapat menjadi bahan renungan siswa dalam berperilaku dan membuat sebuah keputusan.







             BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Penelitian
Karya sastra merupakan wujud kehidupan yang terus berkembang, karena keadaan masyarakat, imajinasi dan teknik penciptaan pengarang juga berkembang. Oleh sebab itu, karya sastra dipelajari peneliti untuk mengkaji karya itu, sehingga peneliti harus terlibat dalam proses pemaknaan karya sastra. Makna karya sastra merupakan rahasiah pengarangnya yang terekspresi dalam berbagai genre.
Dalam penelitian ini dipilih objek teks dramatic (berikutnya disingkat TD), TD merupakan bentuk pengungkapan sastra di samping jenis prosa (cerkan) dan puisi. Sebagai genre sastra, TD mempunyai kekhususan dibanding puisi maupun prosa. Menurut Hasanudin  kekhususannya TD selain dinikmati naskahnya, bisa diteruskan dalam tontonan penampilan.
Dilihat dari sifat, bentuk, dan teknik teknik penggarapannya, dari penulisan TD sampai dengan proses pementasannya, trilogy drama OK dapat dikategorikan ke dalam jenis drama pentas, bukan sekedar drama baca.
Dalam penciptaan drama,  pengarang berperan sebagai sosok agung di belakang layar.
Pada proses penciptaan, setiap pengarang kreatif ingin mengecilkan jarak antara dirinya dengan pembaca. Freud berpendapat bahwa pengarang sangat serius dalam menumpahkan emosi dalam karyanya, tetapi ia tetap dapat membedakan dengan baik dari kenyataan. Pengarang menghubungkan hal dan keadaan ciptaaanya  dengan apa yang jelas terlihat dan melalui berkhayal.
Peneliti mengambil TD karya NR, karena beberapa kali NR berhasil memenangkan sayembara penulisan lakon dan meraih penghargaan dari pengembangan pusat bahasa dsb.

B.      Ruang Lingkup

Penelitian terhadap trilogy TD OK dari aspek tokoh serta penokohan yang akan dikaji melalui dimensi fisik, social dan psikis. Peneliti tidak meneliti hingga pertunjukan, oleh sebab itu penelitian hanya dipokuskan pada watak tokoh dari deskripsi dimensi fisik, social dan psikis para tokoh yang ada di dalam karya. Dengan demikian, fisik dan kegiatan pisik, latar belakangnya serta interaksinya dengan masyarakat di komunitasnya berkaitan dengan kebutuhan pokok bertingkat, gejolak kejiwaan (tentang kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan kebencian) yang berkaitan dengan tokoh dalam karya , merupakan ruang lingkup penelitian. Adapun masalah social tokoh adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan konformitas, antikonformitas, independensi dan variabilitas. Sehubungan dengan beberapa tokoh terlibat konflik karena masih dalam upaya pencarian kebutuhan hidup, maka peneliti memilih teori kebutuhan bertingkat dari Maslow, Sharnoff dan Kaplan. (hal.11)


C.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka masalah penelitian ini berkaitan dengan fisik tokoh, hubungan social antartokoh, psikologi tokoh, serta benang merah yang menghubungkan antara antara trilogi drama OK. Masala-masalah tersebut, secara khusu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana watak tokoh ditinjau dari dimensi fisik dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno?
2.      Bagaimana watak tokoh ditinjau dari dimensi sosial dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno?
3.      Bagaimana watak tokoh ditinjau dari dimensi psikis dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno?
4.      Bagaimana pola perwatakan yang digunakan pengarang untuk memberikan watak pada para tokohnya dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno?

D.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, secara khusus dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Untuk memaparkan dan menemukan watak tokoh ditinjau dari dimensi fisik dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno
2.      Untuk memaparkan dan menemukan watak tokoh ditinjau dari dimensi sosial dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno
3.      Untuk memaparkan dan menemukan watak tokoh ditinjau dari dimensi psikis dalam trilogy drama OK karya N. Riantiarno
4.      Menemukan pola  perwatakan  yang digunakan pengarang untuk memberikan watak pada para tokohnya.

E.      Definisi istilah
1.      Dimensi adalah sebuah perspektif atau sudut pandang untuk melihat sisi-sisi tertentu terhadap sebuah objek.
2.      Fisik adalah gambaran tubuh ekspresi wajah dan bahasa tubuh tokoh, bahasa tubuh, kontak mata, gender, sentuhan, pakaian dan makanan para tokoh yang dapat dinikmati secara visual. Paparan fisik tokoh yang tidak hanya menyangkut keadaan tubuhnya tetapi gerakan-gerakan yang dapat menggambarkan adanya watak atau perubahan watak tertentu.
3.      Social, segala hasil aktivitas/prilaku manusia baik verbal maupun non fisik, bagaimana ia berinteraksi dg lingkungannya.
4.      Psikis, berkaitan dengan kejiwaan.
5.      Watak adalah penggambaran tingkah laku.
6.      Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa/lakuan.
7.      Trilogy drama “BW”, “ OK”, dan “OJ”

             BAB. II KAJIAN PUSTAKA
A.     Konsep dan Teori yang Digunakan
Aspek penting dalam karya sastra adalah aspek literer(aspek sastra). Aspek ini dapat dikaji lewat strukturnya.struktur merupakan elemen utama dan merupakan satu kesatuan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan structural-fisiososiopsikologis. Di dalam penelitian ini, pendekatan tersebut diterapkan terhadap trilogy drama “BW”, “OK”, “OJ”. Oleh sebab itu teori dan konsep yang berkaitan dengan struktur drama dan fisiososiopsikologi digunakan dalam proses analisis.
Dalam penelitian ini, teori mengenai unsur penting dalam karya sastra digunakan  untuk menganalisis data, karena unsur tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi. Selanjutnya, karena penelitian ini ingin mengungkap karakter tokoh(terutama tokoh utama), yang digambarkan melalui deskripsi fisik, social dan psikologi diperlukan ilmu bantuan tanda dan makna fisiologi (Marcel Danesi), Tubuh Sosial-Simbolisme Diri dan Masyarakat (Anthony Syinnot) Sosiologi (diamond model dari Willis yang berakar dari sosiologi Gramsci), dan psikologi Sharnoff dan Maslow.
Hal yang menonjol dalam perwatakan dengan sudut pandang fisik, social, psikis tokoh secara rinci tidak terlepas dari fungsi-fungsi structural dan ideology tokoh, karena tokoh-tokoh juga berperan sebagai cermin dari kelas social tertentu dan posisi-posisi gender. Berikut diuraikan konsep dan teori, yang digunakan dan pendapat yang mendukung dalam penelitian sesuai dengan fungsinya.

1.      Unsur-Unsur Struktur Dramatik
Unsur-unsur dalam struktur dramatic saling berkaitan satu sama lain. Unsur ini bersifat organic artinya sesuatu yang ada atau harus dilaksanakan. Menurut Aston (1991, : 10) ada 4 unsur penting dalam teks dramatic, yaitu (1) wujud dramatic (dramatic shape),(2)  tokoh (character), (3) dialog dan (4) petunjuk-petunjuk pemanggungan. Adapun konsep dan landasan teori Aston tentang 4 unsur penting dalam struktur dramatic dalam kaitannya dengan perwatakan tokoh, garis besarnya dapat dikemukakan di bawah ini. Tokoh dan penokohan dianalisis lebih luas karena akan diaplikasikan ke dalam trilogy drama tersebut.

a.      Wujud dramatic
. Adegan merupakan unit dasar dari suatu unit yang disebut struktur dramatic. Dengan demikian, urutan peristiwa (adegan) didasarkan pada perubahan sikap tokoh yang disebabkan oleh perubahan emosi, karakter cerita. Perubahan emosi dan karakter tokoh sebagai akibat terjadinya perubahan kejiwaan tokoh sebagai akibat terjadinya perubahan kejiwaan tokoh maupun pengaruh dari luar. Grivel mengemukakan bahwa yang dimaksud alur adalah jalinan peristiwa-peristiwa naratif, yang dilakukan atau menimpa tokoh-tokoh.
Dalam struktur alur dramatic tahap-tahap alur progresif sebagai berikut: (1) pengenalan exposition), (2) perumitan (comlications), (3) klimaks (climax), (4) peleraian (resolution), (5) penyelesaian (conclusion) (Longeworth, 1973: 48; Bogs, 1991: 39)
Trilogy drama “BW”, “OK”,  dan “OJ” sebagai drama radikal, petunjuk-petunjuk pemanggungan tidak semuanya disampaikan secara eksplisit. Fungsinya untuk membentuk suasana teattrikal dalam kedudukannya sebagai naskah lakon yang memiliki ciri-ciri teatrikal dan leterer.
b.      Perwatakan
Tokoh yang telah punya fungsi peran khusus (dalam trilogy drama “BW”, “OK”, dan “OJ”) seperti para pelacur, para banci, dan petugas adalah bahan baku yang potensial dan aktif sebagai penggerak jalan cerita.
Teori perwatakan digunakan sebagai pedoman dalam menjawab bagaimana teknik penokohan dalam naskah dan pementasan. Dengan demikian dapat terungkap siapa yang diceritakan? Siapa yang melakukan suatu peristiwa? Siapa pembuat konflik dan sebagainya.
Seorang tokoh melakukan suatu kegiatan tentunya dilandasi suatu motif tertentu. Motif dapat muncul dari berbagai sumber, antara lain:
1)      Dari dalam dirinya sendiri
2)      Situasi social, keadaan fisik dan social
3)      Interaksi social ransangan yang ditimbulkan karena hubungan sesame manusia.
4)      Watak manusia itu sendiri

Secara tradisional konvensi karakteristik setiap tokoh dalam lakon  dapat dimasukkan ke dalam tiga dimensi tersebut:
a)      Dimensi fisik ialah ciri-ciri badani. Misalnya usia, jenis kelamin, keadan ciri-ciri tubuhnya, ciri-ciri muka atau wajah ciri-ciri badani lainnya dan kegiatan badani lainnya. Melalui dimensi ini diharapkan bisa membantu merumuskan watak tokoh melalui deskripsi fisik yang digambarkan oleh pengarang, sutradara atau pemainnya, dalam naskah atau pementasan.
b)      Dimensi sosiologis, ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat. Misal status social, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, kekerabatan, pandngan hidup masyarakat, agama, kepercayaan, ideology, aktivitas social, organisasi hobi dsb. Kehidupan masyarakat dalam situasi yang tidak mempunyai kepastian hokum dan tempat berlindung bagi orang yang lemah bisa menyebabkan seseorang bertindak yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, karena desakan situasi social tsbt. Kehidupan masyarakat yang kacau, penuh ketakutan, tidak mempunyai kepastian hokum seperti yang digambarkan dlam naskah dan pementasan mempengaruhi perwatakan masing-masing tokoh.
c)      Dimensi psikologis
(1)   Mentalitas, moral atau norma, meliputi:
(a)   Etika (baik dan tidak baik)
(b)   Estetika (indah dan tidak indah)
(c)    Logika (benar dan tidak benar)
(d)   Norma agama
(2)   Trikotomi yang meliputi pikiran, perasaan, dan kehendak.
(3)   Hati nurani, sikap, dan prilaku, tempramen, tingkat kecerdasan atau IQ dsb (Satoto, 1998: 68).
Ada beberapa tokoh yang sikap dan perilakunya bisa diungkap menggunakan pendekatan psikologi, missal Jumini selalu berdialog dan tersenyum dengan bulan dan tidak pernah percaya bahwa kedua anaknya sudah meninggal.
c.       Dialog
Peran dialog dalam teks dramatic untuk membangun tokoh, ruang (latar) dan tindakan yang disusun sebagai suatu system pertukaran bicara antartokoh. Selanjutnya monolog adalah kata hati yang diformulasikan dalam bentuk cakapan, menurut Abdullah kata hati dalam drama ada tiga macam, yakni monolog (cakapan berupa perenungan terhadap peristiwa yang telah terjadi), solilokui (mengungkapkan hal-hal yang sedang dipikirkan oleh tokoh untuk dilaksanakan, dan aside (lontaran pikiran berupa komentar atau kritikan terhadap adegan yang sedang berlangsung.
d.      Petunjuk-petunjuk pemanggungan
2.      Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh
3.      Kontak Mata
4.      Gender
5.      Sentuhan (Kode Aktif)
6.      Pakaian
7.      Makanan
a.      Tokoh dan sosiologinya
b.      Tokoh dan dimensi fisiknya
c.       Tokoh dalam interaksi simbolik
d.      Tokoh sebagai kerangka intertekstual




         BAB III METODE PENELITIAN
A.     Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah TD Trilogi drama OK sebagai representasi pengarang dan masyarakatnya. Drama ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa TD OK sering dipentaskan dan mendapat apresiasi baik dari masyarakat.

B.      Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian adalah naskah trilogy drama OK, karya R. Riantiarno.

C.      Data Penelitian
Wujud data penelitian ini berbentuk teks dramatic baik berupa makna kata, frasa maupun kalimat yang digunakan untuk tujuan komunikasi antartokoh dan petunjuk pemanggungan , yang diasumsikan sama seperti puisi atau novel, berita media masa atau komunikasi dalam internet. Drama dalam penelitian ini merupakan genre dalam sastra  yang menggunakan media bahasa dalam bentuk dialog. Oleh karena itu data lain sangat diperlukan yang berasal dari referensi  yang berkaitan dengan referensi struktur drama, fisiologi, sosiologi, psikologi, dan intertekstual.


D.     Teknik Pengumpulan Data
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu melakukan pembatasan yakni pada fisik, social, psikis tokoh dan teknik penokohan  yang dilakukan pengarang. Pengumpulan data penelitian melalui pembacaan yang intensif dan pencatatan abstraksi-abstraksi yang mengindikasikan dimensi fisik, social, dan psikis tokoh dalam Trilogy Drama OK karya N. Riantiarno. Selain itu dicatat juga abstraksi-abstraksi yang menunjukan karakter tokoh baik yang disampaikan pengarang melalui dialog maupun petunjuk pemanggungan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka/menggunakan sumber-sumber tertulis.
Teknik simak dan catat. Disertakan pula kode sumber datanya untuk pengecekan ulang terhadap sumber data saat diperlukan dalam analisis data.


E.      Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Penelitian ini menggunakan prinsip analisis isi, yaitu metode untuk memahami pesan simbolik dari naskah drama. Analisis isi adalah suatu metode penelitian yang fleksibel dan telah secara luas  digunakan dalam ilmu komunikasi dan linguistic dengan berbagai macam sasaran dan tujuan penelitian.
Melalui pendekatan intertekstual, dilakukan melalui struktur dramatic terutama pada aspek tokoh dan perwatakan pada drama dan novel. Dengan demikian, diharapkan dapat ditemukan konsep dan kaidah perwatakan dari TD.

F.       Pengujian Keabsahan Data dan Diskusi Hasil  Penelitian

Untuk mencapai keterandalan dan kesahihan tersebut peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu teknik validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitataif. Teknik trianggulasi ini ada 4 macam, yaitu trianggulasi data, trianggulasi peneliti, trianggulasi metode, dan trianggulasi teori. Yang digunakan peneliti data, peneliti dan teori

BAB IV DIMENSI FISIK, SOSIAL DAN PSIKIS TOKOH DALAM TRILOGI DRAMA OPERA KECOA KARYA
N. RIANTIARNO
A. Watak tokoh dalam Dimensi Fisik
                    Trilogy drama Ok merupakan kisah masyarakat terpinggirkan, kehidupan para gelandangan dan orang-orang yang hidup kesulitan, kehidupan para pelacur dan wadam yang gelisah karena tekanan para pejabat dan kaki- tangannya.
Dalam upaya mengenali watak tokoh dalam OK akan dianalisis melalui deskripsi fisik, dan kegiatan fisik yang digambarkan oleh pengarang. Secara umum kata fisik merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut cara mengenali watak tokoh dari gambaran fisik dan kegiatan atau gerak fisik tokoh tersebut. Untuk mengenali watak tokoh dari dimensi fisik digunakan teori dan konsep-konsep dari Moris, Mar’at, dan Lieke, Anthony Syiiott dan marcel danesi.
Analisis fisiologis watak tokoh dalam OK dilakukan terhadap tokoh-tokoh protagonist dan beberapa tokoh antagonis, serta tokoh tritagonis. Tokoh protagonist dalam OK adalah tokoh-tokoh yang membuat pembaca berempati kepadanya, Julin , tokoh banci dan kekasihnya Roima, Tarsih sang primadona di lingkungannya, Tuminah dan Tibal. Para tokoh protagonis berasal dari masyarakat bawah, hidupnya mirip kecoa, diburu untuk dibunuh, dan dibinasakan  karena dianggap menjijikaan. Tokoh antagonis Camat, Sekretaris camat, Kumis, Pejabat. Keberadaan tokoh ini diperlukan, karena tanpa kehadiran mereka permasalahan dan konflik tidak akan terjadi. Sedangkan tokoh tritagonis yaitu Guru, Abung, Bilun, Sawil, Penyanyi, Pelacur, menjadi perantara (baik sebagai pemicu konflik maupun sebagai penyelesaian konflik) para tokoh protagonist dan antagonis.
Analisis watak tokoh mempunyai arti penting dalam sebuah kisah, karena pada dasarnya watak manusia adalah sebuah misteri. Namun demikian watak manusia dapat dikenali melalui tanda-tanda yang dapat diamati secara visual, dan lebih cepat dapat diamati disbanding yang lain. Dari hasil pengamatannya Danesi menyampaikan, bahwa mngirimkan lebih dari dua pertiga pesan-pesan mereka melalui tubuhnya. Tanda-tanda tubuh mempunyai fungsi social dan mengatur hubungan diri.
Keadaan dan tanda-tanda tubuh yang berbeda, akan mempengaruhi perilaku seseorang. Sebagaimana seorang yang mengubah jenis kelamin biologisnya melalui  operasi bedah dan pengobatan hormone, maka perilaku gender orang tersebut akan turut berubah. Demikian pula bawaan pakaaian yang dikenakan akan mengubah perilaku orang tersebut. Seseorang yang tadinya menggunakan pakaian sebagai identitas pria, kemudian berpenampilan perempuan akan mengubah perilakunya juga.
1.      Pengenalan Watak Tokoh melalui Gambaran Tubuh
a.      Gambaran tubuh Roima
Tokoh Roima adalah seorang tokoh pria yang kuat dan setia pada kekasihnya. Roima disukai Julini karena fisiknya yang kuat.
Julini: Tak ada lelaki lain yang mampu mengalahkan cangkulannya, dia kasar tapi lembut. Dia memaksa tapi memberi. Dia mengaplok, tapi memeluk. Dia tajam seperti silet. Ibarat air, dia air terjun Niagara, ibarat kayu dari jati nomor satu. Ibarat buah dia terong. Pendeknya Roima itu segala-galanya. Aiiih, jadi kangen, jadi geregetan, jadi terkenang-kenang. Julini harus segera pulang. Ya? (NR, 2004:24)
Keperkasaan fisik seorang Roima, telah membuat Julini jatuh cinta dan sangat mengagumi pria tersebut. Perasaan cinta Julini yang demikian besar pada Roima membuatnya rela merubah penampilan agar tampak lebih menarik di mata Roima. Dari keperkasaan fisik Roima pula, sehingga pada akhirnya roima memutuskan untuk menjadi kepala bandit.
Kekuatan fisik Roima, dalam tataran semiotic merupakan sebuah tanda adanya sebuah kekuatan fisik dalam makna luas, yang masih mendominasi masyarakat. Penguasa menggunakan kekuatan fisik untuk menaklukan masyarakat bawah sebagai objek penderita. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih bersikap mendua seperti halnya tokoh Julini sebagai tokoh banci yang memberikan simbol sikap mendua.
b.      Gambaran tubuh Tarsih
Tarsih memiliki wajah tidak sadar yaitu cantik dan pintar.
Camat : (berbisik)
Saya minta yang itu... cantik amat dia…
Kumis: (gelisah)
Dia memang kembangnya di tempat ini Pak (NR, 2004: 76)
                     Tarsih menyadari, kecantikan yang dimilikinya dapat menalukkan hati beberapa pria.   Dengan mampu menalukkan hati camat, dia berani mengkritik camat, berani menyuarakan nasibnya pada camat, dan mengadukan Kumis pada camat.
2.      Pengenalan Watak Tokoh melalui ekspresi wajah dan Bahasa Tubuh.
Jumini
Rasa sayang Jumini pada suami dan anaknya, menyebabkan dia marah ketika ada orang yang mengatakan suami dan anaknya sudah meninggal.
Jumini ; (marah)
Banyak yang mati, tapi aku tidak melihat gambar Sueb dan Tole mati. Di mana mereka sekarang? Di lampung menanam cengkeh dan bersawah. Kalau sudah cukup modal mereka pasti datang menjemputku. (NR, 2004:39).
Jumini dianggap gila, karena sering tersenyum, kadang marah, dan sebagainya.
Bahasa tubuh yang diekspresikan melalui sebuah tindakan dapat pula menunjukkan sebuah tingkat social masyarakat, seperti kegiatan yang dilakukan jumini dan Turkana dalam kutipan berikut.
(Jumini sedang menjahit, Turkana memilih karton-karton bekas. Nampaknya mereka sudah berbicara lama)(2004:39).
Apa yang dilakukan Jumini dan Turkana, bukan sebuah kegiatan yang biasa dilakukan orang-orang yang mampu secara ekonomi. Kegiatan mereka adalah sebuah usaha yang biasa dilakukan oleh para masyarakat bawah sebagai seorang pemulung.
Roima
Bahasa tubuh Roima juga mereflesikan wataknya yang kasar dan pemarah, kemarahan yang dilatarbelakangi rasa cemburu dan sayang pada Julini. Rasa sayang, marah, jengkel roima pada Julini sering diungkapkan dalam bahasa tubuhnya yaitu melalui bentuk teriakan dan marah-marah.
Roima: (berteriak)
Julini minggat lagi, Julini minggat lagi, Julini minggat lagi tolooong. Julini minggat lagi, tolooong (menangis, kesal, dan marah, tidak karuan) (NR, 2004:11)
Kemarahan Roima yang  diekspresikan lewat tindakan dan teriakan, menunjukkan Roima sebagai sebagai seorang pribadi yang ekspresif dan tidak menahan apa yang dirasakan.

3.      Pengenalan karakter tokoh melalui gender
Penentuan seorang laki-laki atau perempuan bukan sekedar karena keduanya berbeda secara biologis, melainkan juga kelamin yang berlawanan. Sebuah teori gender bersifat biologis, bahwa 98% kromosom perempuan dan laki-laki identic. Laki-laki dan perempuan sesungguhnya berasal hanya dari satu kromosom dan sama sekali bukan kelamin berlawanan.
Serangkaian oposisi biner, laki-laki lebih kuat, perempuan lebih lemah; laki-laki pemberani; perempuan berhati-hati; laki-laki mencapai keinginan mereka di luar rumah, perempuan memelihara apa yang diperoleh di dalam rumah; satu seks diadaptasi bagi aktivitas-aktivitas di luar ruangan, perempuan bagi kehidupan di dalam ruangan.
Dalam pembahasan gender difokuskan pada tokoh-tokoh yang bertentangan tetapi sering berinteraksi, sehingga diharapkan dapat ditemukan gambaran watak mereka.
a.      Karakter Julini dari Sudut Pandang Gender
Bagi Julini, menjadi seorang laki-laki atau perempuan bukanlah suatu keadaan yang stabil sifatnya, melainkan sebuah proses yang berjalan terus-menerus; semacam jalan yang ditempuh oleh orang yang bersangkutan, sebuah pilihan yang bermula dari penggolongan-penggolongan masyarakat berkaitan dengan orang tersebut. Julini sangat mengagumi Roima, keduanya mempunyai kelamin laki-laki. Kelamin yang berlainan dengan gender  yang merupakan elaborasi social dari sifat biologis. Sikap Julini tersebut berada pada batas abnormal. Julini merasa dirinya sebagai seorang perempuan, seperti dalam kutipan berikut.
Julini: Jangan bilang begitu. Julini bukan cobek, bukan cebong yang suka pakenang-pakenong. Julini Cuma seorang wanetong yang kesepian . oh Tuhan …….kasihanilah Julini yang sebatang kerong (NR, 2004:29).
b.      Karakter Roima Dari Sudut Pandang Gender
Roima seorang lelaki normal. Dia seorang bandit masih punya keinginan untuk jatuh cinta. Roima mencintai Julini pria wadam. Roima masih punya perasaan cinta pada perempuan, julini tidak, dia hanya mencitai pria saja. Pada saat perkawinan ada perasaan tertekan Roima….
Roima: Aku baru menyadari, biar bagaimanapun kamu tetap seorang lelaki. Biar kamu operasi ganti kelamin, kamu masih tetap seorang lelaki. Apa rahimmu bisa diganti jadi Rahim perempuan? Dan kita tidak akan pernah bisa punya anak……
4.      Pengenalan Karakter Tokoh Melalui Kontak Mata
Pola kontak mata bisa bersifat tak sadar maupun sadar. Misalnya dalam budaya kita, memandang ditafsirkan sebagai indikasi ketakjuban seksual, perasaan terpukau, terpana atau kagum; menatap lurus-lurus mengindikasikan keingintahuan seksual, keberanian, kelancangan atau kebodohan; memincingkan mata sebagai indikasi menatap dengan pandangan sempit, penuh selidik dan berkesan sukar melihat; jelalatan sebagai indikasi menatap dengan penuh cinta dan biasanya tidak sopan.
a.      Mata Kumis Suka Melihat Perempuan
…….
Setelah Tuminah pergi, Kumis mengamati Tuminah……….
Kumis: Luar biasa……….goyangannya……..jeritannya……..syahwatnya (NR, 2004:2003).
5.      Pengenalan Karakter Tokoh Melalui Sentuhan
Dalam beberapa budaya bentuk dasar pemberian salam mencakup jabat tangan, yang diatur oleh kode taktil (sentuhan), artinya kode yang  mengatur pola sentuhan dalam situasi antarpribadi. Studi tentang sentuhan itu disebut Haptik. Sentuhan bisa melalui tangan, tubuh dan hubungan lawan jenis.
a.      Sentuhan Roima memberikan kedamaian
Sebagai sosok perempuan yang cantik dan pandai memberi sentuhan tubuh pada pria pelanggannya…
b.      Tuminah banyak langganan pejabat karena dari sentuhan
Pejabat: Besuk kamu pake gaya apa?
Tuminah: Gaya bebas, Mas…
6.      Pengenalan Watak Tokoh Melalui Pakaian
Pakaian dapat didefinisikan sebagai tanda yang memperluas makna dasar tubuh dalam konteks budaya. Pakaian dan tubuh yang ditutupi, disusupi oleh signifikasi moral, social dan estetis. Pada tataran biologis, pakaian mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu meningkatkan kemampuan kita dalam bertahan hidup.
a.      Pakaian Sebagai Representasi Karakter Julini
Julini seorang pria, dia lebih merasa nyaman mengenakan pakaian perempuan daripada pakaian pria. Untuk menutup kekurangannya, dia menggunakan benda-benda yang bisa membuat dia tidak berbeda dengan perempuan, ….
Julini: (keluar dari gubuk yang sama)
Peduli amat. Beha saya, sanggul saya, pantat saya …(NR, 2004)
7.      Pengenalan Watak Melalui Makanan Tokoh
Beberapa makna simbolis dalam makanan berasal dari kisah asal-usul manusia, buah apel dianggap sebagai sebuah emas/ istimewa. Simbolisme juga, alasan mengapa orang-orang dari budaya tertentu tidak makan daging hewan-hewan tertentu.
Tabel 4.1 Karakter Tokoh Dari Deskripsi Fisik

Gambaran tubuh
ekspresi wajah dan bahasa tubuh
Kontak mata
Sentuhan
Pakaian
Makanan
Julini

-          Gelisah
-          mempunyai rasa cinta yang tulus
-          suka menggoda pria
-          periang
-          sabar
-          mempunyai rasa kebersamaan
menyenangkan, periang
suka menggoda pria
-          hedonis
-          fashion able
-          budaya betawi,

Roima
-          kuat
-          perkasa
-          athletis
-          lelaki normal
-          kasar
-          ekspresif
-          pencemburu
-          suka marah
-          suka jengkel
-          tertekan
-          pemurung


orang Betawi

Tarsih
cantik
-          pintar
-          pemberani
-          pemaaf




Dari deskripsi table, diketahui bahwa di dalam TD trilogy OK, karakter tokoh dari dimensi fisik paling banyak dideskripsikan melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh, yang disampaikan melalui dialog maupun petunjuk pemanggungan.
B.      Karakter Tokoh Dalam Dimensi Sosial
Nilai estetis suatu drama dapat mengekpresikan dimensi social suatu masyarakat. TD menyodorkan kompleksitas dunia nilai, norma hidup, etika, pandangan dunia, tradisi dan variasi-variasi  tingkah laku manusia.
a.      Tokoh dalam conformity
Prilaku manusia merupakan bentuk perwujudan dari apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Dalam trilogy drama OK konformitas,  para tokoh berusaha terus menerus untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok. Dari apa yang digambarkan dalam trilogy drama OK, keadaan lingkungan tertentu (tokoh) akan membentuk sebuah kesepakatan (norma masyarakat) tertentu bersifat khusus.
1)      Norma masyarakat di kawasan kumuh.
Komunitas yang terbentuk karena persoalan yang sama yaitu kemiskinan, anggota masyarakat yang terdiri dari pekerja seks komersial, (pelacur/cabo), bramacorah (bandit/preman), pemulung, gelandangan, banci ( wadam) dan orang gila. Mereka tinggal di gubuk-gubuk di daerah kumuh. Mereka adalah kaum urban miskin yang hidupnya ditengah kota.
Masyarakat kawasan kumuh terbiasa menggunakan kata-kata kasar dalam komunikasi mereka, seakan-akan ada kesepakatan bahwa kata-kata tersebut menjadi kata-kata persahabatan mereka. Di sisi lain kata-kata kasar itu mereka gunakan menunjukkan ekspresi jujur dan eksistensi mereka.
Selain norma yang berkaitan dengan bahasa ketaatan kepada pemimpin,  mereka pegang teguh. Misalnya ketaatan pada Julini. Semangat persatuan, kebersamaan dan perjuangan yang ditumbuhkan julini seakan menjadi pemacu mereka untuk hidup yang lebih baik.
2)      Perubahan prilaku tokoh
Dalam “BW” Tarsih dan Kasijah belum digambarkan secara detail. Tokoh ini digambarkan sebagai pelacur di perkampungan kumuh. Mereka bernasib buruk. Disbanding kasijah, Tarsih lebih optimis bisa merubah nasibnya. Dalam “OK” tokoh tarsih digambarkan secara detail. Tarsih digambarkan menjadi germo dan memilki rumah sendiri yang telah bersertifikat, ia istri simpanan camat. Kasijah jadi orang gila karena penyakit spilis.

Table 4.2 perubahan perilaku tokoh perempuan dalam Diamond Willis
PRESENTASI TOKOH
PEMUNCULAN TOKOH
PERILKU AWAL
SEBAB
PERUBAHAN PERILAKU
Jumini
‘BW”
Normal karena hidup hidup dengan suami dan anak-anaknya
indendensi
depresi dan tertekan
Tarsih
“BW” dan “OK”
tokoh perempuan cantik yang sederhana, mempunyai rasa empati dan solidaritas yang tinggi
antikonformitas
egois dan tidak peduli dengan teman lama, selalu curiga dengan orang lain, mempunyai sifat kepemimpinan yang menonjol. Menjadi Germo
Kasijah
“BW” dan “OK”
tokoh pelacur yang cantik, primadona di wilayah pelacuran
variabilitas
selalu pesimis, Gila dan akhirnya meninggal dunia

Table 4.3 Perubahan Perilaku Tokoh Pria Dalam Diamond Willis
REPRESENTASI TOKOH
PEMUNCULAN TOKOH
PERILAKU AWAL
SEBAB
PERUBAHAN PERILAKU
Roima
“BW”, “OK” dan “OJ”
tidak bekerja, hidupnya banyak tergantung pada Julini, sangat menyayangi Julini
konformitas
  
independensi
menjadi kepala bandit yang bijak dan cerdas.
mencintai Tuminah, tetap menyayani Julini, meski julini sudah meninggal.
Tibal
“BW” dan “OK”
Pria yang lugu, hanya bisa bertani dan sangat menyayangi adiknya, Tuminah.
berteman baik dengan Roima
independensi


antikonformitas




independensi
Tibal membunuh Kumis, dan dipenjara.
Tibal menjadi kepala bandit bersama dengan Roima. Dia menjadi orang yang berperilku kasar dan pemarah, ambisius.

Table 4.4 Perubahan Perilaku Tokoh Penguasa Dalam Diamond Willis
REPRESENTASI TOKOH
PEMUNCULAN TOKOH
PERILAKU AWAL
SEBAB
PERUBAHAN PERILAKU
Camat
“BW”
Berempati pada rakyat





Menyukai Tarsih
independensi






Konformitas
tidak peduli dengan kepentingan rakyat ikut mendukung proses penggusuran
Melepaskan Tarsih, bersikap lemah pada istrinya sehingga kepemimpinan dijalankan oleh istrinya.

b.      Tokoh dalam independenci (Independensi/ketidaktergantungan)
Dalam OK, perilaku para tokoh lebih banyak tidak tergantung pada norma-norma yang berlaku. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa para individu tokoh sama sekali mengabaikan standar social di lingkungannya, tetapi beberapa tokoh tidak membiarkan responnya dipengaruhi oleh standar social tersebut. Hal ini tergambar dalam perilaku wadam, pelacur, bandit, pejabat.
c.       Tokoh dalam Antikonformitas
Perilaku tokoh dalam antikonformitas tidak jauh beda dengan perilaku tokoh dalam independensi. Perilaku antikonformitas murni adalah perilaku yang merupakan respon (balasan, tanggapan) terhadap norma tersebut. Contoh, dalam tugasnya Kumis sudah berusaha untuk mengikuti perintah atasan, tetapi ketika dia dipecat dari aparat keamanan, dia justru memilih menjadi kepala bandit atau pengacau keamanan.
d.      Tokoh dalam variabilitas
Seorang tokoh dikatakan sebagai tokoh dalam variabilitas murni apabila perilaku tokoh  dipersepsikan individu. Contoh perubahan perilaku Tibal. Dari kampong lugu, jadi kejam. Setelah dipenjara, ia kembali ingin bertani tetapi kembali kejam pada perempuan dan anak-anak.


C.      Karakter Tokoh Dalam Dimensi Psikis
Dalam OK, keberadaan para tokoh dari kelas bawah yang mempunyai mimpi-mimpi ingin hidup lebih baik, dengan segala usahanya. Beberapa tokoh dalam TD OK, mencerminkan teori kebutuhan bertingkat, sehingga teori ini tepat digunakan untuk menganalisis psikologi beberapa tokohnya.
Penderitaan yang dihadapi tokoh banci Julini, Roima dan teman-temannya di kawasan kumuh merupakan beban berat, karena tidak mempunyai keahlian. Mereka tidak cukup berpendidikan’ akhirnya jadi pelacur, bandit, dsb.
Pencapaian kebutuhan bertingkat
1)      Pencapaian kebutuhan fisiologis
2)      Pencapaian kebutuhan rasa aman
3)      Pencapaian kebutuhan rasa memiliki dan cinta
4)      Pencapaian kebutuhan rasa penghargaan
5)      Pencapaian kebutuhan akan aktualisasi diri


BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN
A.     Beberapa Temuan
Temuan penelitian pada bab ini berisi pola-pola dan teknik pemberian watak pada tokoh dalam trilogy OK sebagai hasil analisis ketiga tahapan prosedur analisis dimensi fisik, social, dan psikis. Pembahasan dalam trilogy OK, tidak bisa dilepaskan dalam kaitannya antara drama yang satu dengan drama yang lain.
1.      Perwatakan dalam dimensi fisik
Temuan proses perwatakan dalam dimensi fisik trilogy drama OK menggambarkan bahwa ada beberapa tokoh yang dapat diidentifikasi wataknya melalui beberapa aspek yang tercakup dalam dimensi fisik. Aspek tersebut meliputi gambaran tubuh, ekspresi dan bahasa tubuh, kontak mata, gender, sebtuhan, makanan dan pakaian yang melekat pada tokoh dalam trilogy drama OK.
2.      Perwatakan dalam dimensi social
Dalam dimensi social terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi perubahan perolaku tokoh. Factor-faktor yang mempengaruhi adalah adanya konformitas, antikonformitas, indevendensi dan variabilitas. (lihat bab 4/Diamond Willis)
3.      Perwatakan dalam dimensi psikis
Watak tokoh dalam dimensi psikis dapat dipahami dari beberapa unsur yang menyertai kejiwaan tokoh. Beberapa tokoh dalam OK, berupaya untuk hidup lebih baik dengan cara-cara yang beragam. Oleh sebab itu Teori Kebutuhan Bertingkat Maslow digunakan untuk menganalisisnya. Selain itu ada beberapa gejala kejiawaan yang tidak terkait dengan upaya menuju kehidupan yang lebih baik, tetapi gejala yang bersifat fenomena, karena perilaku tokoh sendiri atau karena perilaku tokoh lain.
B.      Hambatan-hambatan Penelitian
1.      Hambatan teoritik
Dituntut untuk lebih menganalisis pertunjukkan
2.      Hambatan metodik
Dengan metode penelitian kualitatif, instrument yang digunakan untuk mengukur atau menguji hasil analisis data terletak pada diri peneliti, bukan pada instrument seperti yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif.
3.      Hambatan dalam pelaksanaan
Penelitian terhadap naskah-naskah NR dimulai sejak tahun 2008. Untuk mendapatkan naskah-naskah lain dari perpustakaan teater koma juga tidak mudah. Selain naskah, hambatan dalam pelaksanaan juga karena kesibukan informan sebagai seorang sutradara teater koma dan beberapa kegiatan lain serta jarak yang jauh.

BAB VI  SIMPULAN
A.      Simpulan
1.      Watak tokoh dari dimensi fisik.
Dari perwatakan tersebut dapat ditemukan watak tokoh-tokoh yang sering muncul dan berpengaruh langsung pada watak tokoh lain.
a.       Roima  digambarkan sebagai tokoh yang tubuhnya kuat, perkasa, pemarah, suka berperilaku kasar, pencemburu dan menyayangi kekasihnya Julini.  Roima secara fisik dan penampilan merupakan laki-laki normal, sehingga dia tertekan ketika melangsungkan pernikahan sejenis dengan Julini. Dari pakaian yang dikenakan Roima pada saat pernikahan dengan Julini dapat diketahui Roima mengikuti adat Betawi.
b.      Tarsih sosok cantik dan pemberani untuk membela haknya. Tarsih juga tokoh yang pintar dan dapat memotivasi teman-temannya, sehingga dia dipercaya sebagai pemimpin para pelacur. Tarsih orang yang pemaaf apabila ada temannya melakukan kesalahan yang tidak fatal. Di sisi lain, tarsih adalah orang yang materialistis sehingga dia panic ketika harta bendanya dilalap api pada saat penggusuran dan dia menerobos api, sehingga dia mati terpanggang dengan harta bendanya.
c.       Kumis, tokoh yang secara fisik digambarkan kuat, berotot dan berkumis tebal sehinggawajahnya tampak galak. Dari perilakunya Kumis adalah orang kasar, pengecut dan mudah tersinggung. Kumis suka melihat perempuan-perempuan dan menjadikannya sebagai objek fantasi. Untuk melampiaskan nafsunya, Kumis sering pergi ke tempat pelacuran dan minta gratis.
d.      Jumini, merupakan tokoh perempuan yang hanya dimunculkan di dalam “BW”, namun keberadaan tokoh ini dapat memberikan dukungan akan gambaran kondisi kawasan kumuh secara keseluruhan. Jumini seorang istri yang sangat menyayangi suami dan anaknya dia mengalami depresi, sensitive, tidak realistic.
2.      Watak tokoh dari dimensi social
a.       Jumini dalam “BW” ada awalnya normal karena hidup dengan suami dan anak-anaknya. Setelah keadaan sosialnya berubah, ditinggal ke Lampung oleh suami dan anaknya, mereka meninggal dalam perjalanan. Hidup di tengah tekanan dan himpitan ekonomi di ibu kota. Sehingga dia mengalami depresi dan tertekan.
b.      Tarsih dalam “BW” dan “OK” digambarkan sebagai tokoh perempuan cantik yang sederhana, mempunyai rasa empati dan solidaritas yang tinggi. Setelah adanya perubahan social, kondisi ekonomi lebih baik karena telah menjadi istri simpanan camat. Tarsih berubah menjadi egois dan tidak peduli dengan teman lama, selalu curiga dengan orang lain, mempunyai sifat kepemimpinan yang menonjol sampai akhirnya menjadi germo.

3.      Watak tokoh dalam dimensi psikis
Tokoh-tokoh utama dalam OK, melakukan sebuah tindakan tertentu disebabkan adanya motivasi tertentu, yaitu adanya keinginan untuk tetap bertahan hidup dan tetap eksis dalam berkompetisi dalam kehidupannya. Julini, Roima, tarsih, Tibal dan Tuminah proses kebutuhan hidup mereka melalui tingkatan-tingkatan yaitu kebutuhan fisiologisnya, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki dan cinta, kebutuhan rasa penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri. Reaksi tokoh Tuminah terhadap kecemasan, yaitu berusaha mengatasi melalui mencari bentuk perlindungan  dan keamanan kepada orang lain dengan cara menyesuaikan diri terhadap orang lain (moving toward people).

B.      Implikasi Pemahaman Perwatakan dalam Konteks Pembelajaran Bahasa Dan Sastra

Saat ini guru sedang giat-giatnya mencari model-model pengembangan pembelajaran khususnya drama. Diantara model itu diantanya model dramatisasi. Namun masih banyak guru menghindari atau tidak senang dengan model ini. Hal ini disebabkan karena guru tidak memahami bagaimana materi drama harus disampaikan, meskipun sebenarnya konsep tokoh, watak dan perwatakan sudah dioperasionalkan dalam pembelajaran.
Proses memahami tokoh, perwatakan dan watak tokoh dalam pembelajaran bahasa dan sastra berdasarkan dimensi fisik, social, dan psikis tokoh. Memahami teks melalui analisis tokoh tersebut, sebenarnya sama dengan proses membaca pada umumnya dalam kegiatan membaca pada umumnya dalam kegiatan membaca teks sastra atau teks sejarah. Guru mengajak siswa unruk memahami gambaran tokoh, perwatakan (karakterisasi) dan watak tokoh.

. KOMENTAR:
Berdasarkan hasil review disertasi di atas,  dengan segala kerendahan hati, dapat saya simpulkan bahwa disertasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan, selain itu juga memiliki manfaat yang tidak sedikit bagi periview, berikut uraiannya:

A.       KELEBIHAN
1.      Sistematika penulisan disertasi ini sangat konsisten. Hal tersebut terlihat dari keterkaitan rumusan masalah, tujuan penelitian, sampai pada kesimpulan.
2.      Dalam memaparkan disertasinya penulis menggunakan bahasa yang singkat, efektif,  dan lugas, sehingga pereview dengan mudah memahami isi disertasi tersebut. Namun, dalam menggambarkan tokoh-tokoh dalam trilogy drama OK sangat detail sehingga gambaran watak tokoh dilihat dari dimensi fisik, social, dan psikis diuaraikan secara detail sehingga periview dengan mudah memahami gamabaran watak tokoh tersebut.
3.      Disertasi ini menghasilkan konsep/teori baru terkait kajian dimensi fisik, social, dan psikis tokoh dalam drama.
4.      Dapat dijadikan rujukan atau pembanding bagi peneliti lanjutan.

B.        KEKURANGAN
1.      Peneliti agak kurang cermat dari segi penulisan, karena masih terdapat sebagian kecil kata yang kekurangan atau kesalahan huruf.
Contoh:
Kata tifak seharusnya tidak hal. 231
Kata dai seharusnya dari
Kata teman-temanta seharusnya teman-temannya hal 270
Kata cantil seharusnya cantik
Kata setelal seharusnya setelah
Kata menjad seharusnya menjadi
Nama Tibak seharusnya Tibal    hal 261

C.        MANFAAT
1.      Disertasi ini bisa menjadi inspirasi penelitian
2.      Disertasi ini dapat dijadikan acuan pembelajaran bahasa Indonesia umumnya dan khususnya drama.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS