Sunyi dalam Petualangan


Sunyi dalam Petualangan

Oleh N. Mimin Rukmini

Petualangan mana yang dikatakan sunyi. Jika sunyi, mengapa dalam berpetualang disebut sunyi. Petualangan di hutankah? Bukan, ini bukan sunyi secara fisik, namun sunyi secara fsikis. Mau tahu? Jika berkenan, silakan baca tulisan berikut. 

Menarik sekali tulisan dari Buku SOS karya Prof. Khoiri. Saya kutip salah satu kalimat "......kesibukan adalah kesibukan, dan menulis adalah menulis, sebuah jalan sunyi di tengah keramaian. (M. Khoiri2020: xiii). Kalimat ini menggambarkan bahwa dalam hidup tidak bisa dipungkiri kita selalu sibuk. Saat sibuk artinya kita hidup. Hidup dalam arti bergerak. 

Bagaimana dengan menulis? Menulis adalah menulis. Sunyi dalam keramaian. Sunyi bukan berarti mati, tetapi sunyi dalam petualangan pikir dan imaji. Petualangan yang bergelut dengan kata dan bahasa sistematis, ditata rapih hingga menjadi sebuah  tulisan. Itulah makna dari menulis. Dengan demikian, sibuk adalah sibuk, menulis adalah menulis, artinya dua hal berbeda patut disatukan hingga  sibuk  dan menulis dalam hidup itu selamanya akan terus hidup dan abadi, tertata dalam sejarah. 

Diungkap pula dalam buku itu kewajiban menulis sama wajibnya dengan membaca. Sepandai dan sesukses apa pun seseorang, ia akan hilang ditelan zaman jika tanpa menuliskan kepandaian dan kesuksesannya.    Telah kita ketahui ilmuwan-ilmuwan besar seperti Ibnu Sina, ilmu kedokterannya  sampai kepada kita karena tulisannya. Bagaimana juga di bidang pendidikan. Ki Hajar Dewantara ilmunya kita implementasikan saat ini karena tulisan. Peradaban maju karena tulisan. 

Berdasarkan paparan di atas, saya merasa betapa pentingnya menulis dan menebar virus menulis. Virus menulis akan terus tumbuh dan berkembang mana kala kita yang lebih dahulu memulai. Di satuan pendidikan kesibukan administrasi dan pembelajaran adalah ladang menulis yang subur. Tinggal  bagaimana cara mengemas ladang itu diubah dalam bentuk tulisan. Dengan modal pernah menulis buku tunggal,  saya mencoba untuk mengajak warga sekolah berlatih nenulis dan membuat buku antologi.  Alhamdulillah, buku pertama "Torehan Asa" hasil menebar virus itu sudah rampung hasil dari 62 penulis. Mulai dari kepala sekolah, guru, komite, stap tata usaha, sampai dengan peserta didik. 

Menulis adalah berbagi. Saatnya mendobrak sibuk dengan selalu menulis. Kata Abah (sebutan Prof Khoiri), jangan jadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak menulis, tetapi jadikan kesibukan  sebagai bahan menulis yang menyenangkan serta nenyenangi kegiatan menulis itu sendiri. Bismillah! Bisa! 


Sumber Bacaan

https://doi.org/10.5281/zenodo.11529916


Otw Lembang. Menuju hotel lokasi Bimtek MOU DAK 2024, 4 Juli 2024

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS