Sederhana dan Mengutamakan Berbagi

 


Sederhana dan Mengutamakan Berbagi

Oleh N. Mimin Rukmini

Masih teringat ketika satu waktu Bapak diajak makan di restoran. Bapak berkata, "Iraha beungharna atuh Min ari sering makan di restoran wae mah." Makna kalimat itu adalah Bapak mengatakan bahwa katanya kapan jadi orang kaya kalau kita sering makan di restoran. Saya waktu itu hanya tertawa pada Bapak. Mamah, suami, dan anak-anak pun hanya tersenyum. Saya mengatakan pada Bapak bahwa makan di luar atau di restoran  hanya sesekali itu pun kalau sedang berkumpul dengan  Mamah, atau Bapak, dan Anak-anak. 

Era digital yang serba cepat dan sibuk saat ini, fenomena makan dan liburan  keluarga seolah-olah sudah menjadi kebutuhan dasar. Kebutuhan untuk sejenak  bisa bareng kumpul bersama keluarga. Setiap hari anggota keluarga yang sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing. Sejak pagi hari anggota keluarga ada yang sekolah, mengantar anak sekolah, kuliah, atau bekerja. Terkadang di rumah kosong  tak ada penghuni. Atau kalaupun ada hanya orang tua  atau pembantu rumah tangga. 

Sore hari atau setelah magrib pun jarang sekali anggota keluarga ngumpul makan malam, misalnya. Karena boleh jadi yang sekolah atau kuliah sibuk mengerjakan tugas, yang bekerja seharian pun langsung terlelap tidur karena cape dan lelah. Sehingga telah diungkap di atas bahwa era digital  anggota keluarga sudah berkurang untuk saling bercengkrama. 

Era digital berpengaruh besar terhadap hubungan sosial masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, sungguh menjadi kebutuhan umpamanya dalam satu bulan sekali kumpul bareng keluarga. Berkumpul di ruang dan suasana yang berbeda dengan tujuan menghibur dan menyegarkan kembali hubungan sosial dalam keluarga.

Agar berlibur dan wisata keluarga itu lebih efektif, ada beberapa tips yang perlu kita perhatikan, yakni sebagai berikut. 

Pertama, perhatikan keuangan keluarga. Wisata keluarga tujuannya untuk menghibur diri. Menghibur diri agar hidup setelah penat bekerja atau sekolah menjadi segar kembali. Jika pemasukan dan pengeluaran keuangan betul-betul diatur secara bijak, kita tidak akan mengalami kekurangan keuangan keluarga. Artinya ketika wisata keluarga keuangan yang dikeluarkan tidak lebih besar daripada pemasukan, ketenangan jiwa dan keluarga akan terjaga. 

Kedua, mengelola keuangan keluarga dengan gaya hidup yang sederhana. Pengeluaran keuangan tidak lebih besar daripada pemasukan itu artinya kita tidak bergaya hidup mewah, selamanya menyesuaikan dengan keadaan. Misalnya saja saat berlibur itupun sesekali, pergi berlibur ke tepi pantai dengan harga penginapan yang tidak lebih dari 300 ribu per malam. Makan seafood dengan harga ekonomis dan sebagainya. Seperti yang diungkap pada paragraf pertama di atas,  saat Bapak masih ada selalu saja Bapak mengamanatkan untuk hidup dalam kesederhanaan. Hidup yang selalu melihat orang lain  yang ekonominya lebih rendah daripada kita. 

Ketiga tetap nengutamakan berbagi. Berbagi membuat orang yang dibagi merasa senang, yang membagi pun demikian. Berbagi menjamin hubungan sosial keluarga dan  masyarakat yang  lebih baik. Pengikat tali kasih sayang, menjadikan ketenangan dan ketentraman hati. Intinya sekecil apapun berbagi adalah membahagiakan kehidupan. 

Terakhir, selalu bersyukur dan terus belajar. Bersyukur  dengan apa yang kita miliki adalah kebahagiaan dan ketentraman, tetapi terus belajar dan selalu merefleksi diri tentang apa yang telah dan akan kita lakukan. Terus belajar peduli diri sendiri dan orang lain. Peduli diri minimal kendali diri bahwa hidup bukan hanya sekali, tetapi ada kehidupan kekal kelak (akhirat) sebagai wujud perolehan hidup saat ini (di dunia).

Masih banyak orang di sekeliling kita yang perlu dikasihi. Artinya seberapa manfaatnya hidup kita untuk kehidupan orang atau makhluk lain. Sekecil apapun yang kita lakukan demi kebaikan, pastikan bahwa itu bentuk berbagi yang sungguh  bermanfaat. Semoga!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS