Ngaliwet di Hari Terakhir MPLS 2024 SMP Negeri 3 Cililin

 


Ngaliwet di Hari Terakhir MPLS 2024 SMP Negeri 3 Cililin

Oleh N. Mimin Rukmini

Hari ini Kamis 18 Juli 2024. Kegiatan di hari terakhir MPLS SMPN 3 Cililin di antaranya ngaliwet. Ngaliwet, yakni makan bersama budaya   Suku Sunda dengan ciri khas ada jengkol, sambal, dan ikan asin, mesti dibudayakan. Dalam kegiatan tersebut terdapat hikmah atau pembelajaran yang luar biasa. 

Budaya Ngaliwet memerlukan pertama, kerja sama antaranggota kelompok. Kerja sama dan diskusi kelompok menjadi faktor utama. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada penilaian, serta  refleksi, intinya dalam penyajian hasil ngaliwet. Apakah nantinya anggota kelompok terbagi semua liwetnya apa tidak. 

Dalam perencanaan semua anggota diharapkan kerja sama dan diskusi iuran membeli bahan, membawa alat, atau media ngaliwet. Berasnya berapa liter, minyak goreng, ikan asin, siapa yang membawa sambel, lalapan, atau jengkol dan sebagainya. Murid-murid biasanya diskusi berapa jumlah iuran yang harus dikeluarkan oleh tiap anggota. Naah, nantinya perwakilan kelompok berbelanja bahan-bahan ngaliwet itu. 

Selanjutnya, alat dan media ngaliwet pun dibawa oleh masing-masing anggota kelompok. Siapa yang membawa kastrol (wadah sejenis panci biasanya khusus digunakan untuk ngaliwet), katel, atau kayu bakar, jika di sekolah sulit kayu bakar. Untuk kayu bakar, di SMP Negeri 3 Cililin yang berada di puncak bukit dan perkebunan, ya mencari kayu bakar untuk sekadar satu kali ngaliwet, tidaklah sulit. 


Pada saat pelaksanaan ngaliwet, semua anggota bekerja sama. Ada yang mencuci beras dan sayuran, membuat dan menyalakan tungku, menggoreng, dan sebagainya. Kerja sama yang bukan sekadar bekerja sama, tetapi lebih kepada suasana kekeluargaan, dan kolaborasi. Demikian pun di akhir setelah ngaliwet, mereka membereskan kembali tempat dan alat yang digunakan. 


Kedua, budaya Ngaliwet mengenbangkan budaya disiplin, kerja keras, kreatif,  bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Dari awal tadi sudah saya ungkapkan, dengan masing-masing memiliki tugas, umpamanya mengumpulkan uang, berbelanja, lantas membawa alat dan barang, artinya mereka sudah memiliki rasa disiplin, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya. Mereka semua bekerja keras untuk sampai pada tahap liwet dapat dimakan. Bahkan karena liwet dinilai pula, pada akhirnya murid selain menyiapkan liwet untuk kelompok mereka, juga menyiapkan dan menyajikan liwet untuk dinilai. 

Ketiga, budaya ngaliwet adalah budaya hidup sederhana. Sederhana alat dan bahannya, juga dalam gaya hidupnya. Biasanya murid, misal di rumah makan memakai sendok dan piring, sedangkan acara ngaliwet makan dengan memakai daun secara bersama-sama. Lauk-pauknya hanya sekadar tempe, tahu, ikan asin, telor, atau daging ayam, tambah lalapan, dan sambal. 

Keempat, budaya ngaliwet menuntut kreativitas, dan saling peduli. Kreatif memanfaatkan bahan, dan alat ngaliwet, juga kreatif dan enak dalam menyajikan walaupun dalam keterbatasan. Mengapa terbatas, ya, namanya juga masak secara instan di sekolah, yang ditunggu saat itu juga harus sudah matang. Masak di tungku lagi, yang harus pintar membakar kayu bakar.  Lalu bagaimana sikap peduli dan menghargai antaranggota pun, jelas terlihat dalam ngaliwet tersebut. 

Terakhir, dengan budaya ngaliwet akan menciptakan keceriaan pada murid. Murid merasa senang melaksanakan kegiatan. Bolehlah kita katakan bahwa ini sebuah proyek, proyek sederhana, tetapi bermakna luar biasa. 

Jika murid sudah merasa senang, merasa dilayani dan dihargai di antara anggota kelompok, serta diapresiasi oleh guru dan sekolah, dipastikan bahwa murid merasa merdeka dan nyaman berada di sekolah. Dengan demikian, diharapkan pula akhlak dan sikap, akan lebih baik dan msndiri, serta pengetahuan, dan keterampilan nya lebih berkembang secara optimal. Artinya, menandakan penguatan P5 akan berhasil pula. Semoga!


Tulisan ini sudah dishare di FB. (Kamis, 18 Juli 2024)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS