Sesekali Perlu Pergi Hanya Berdua

Sesekali  Perlu  Pergi Hanya Berdua

Oleh N. Mimin Rukmini

Tak mudah merencanakan kegiatan bepergian untuk tamasya pada musim liburan. Acara padat merayap, selesai satu kegiatan datang kegiatan yang lain. Ibaratnya mati satu tumbuh seribu. Pada akhirnya dengan anak-anak pun seolah sulit menentukan waktu luang yang bersamaan. 

Seperti yang terjadi pada liburan saat ini. Sejak beberaoa hari lalu, saya sudah tak sabar mencari peluang  untuk pergi liburan. Ingin bersantai ria melepas penat sejenak. Namun, pada waktunya ternyata anak saya masih kegiatan membagi rapor. Ya, sudah! Akhirnya kami pergi hanya berdua dengan suami. Enin dan Engki boleh dong sementara  pergi berduaan. Memang demikian, jika anak-anak tak siap, sesekali kita siap pergi berdua. 

Hari Kamis, 27-28 Juni kami putuskan pergi  berlibur ke Pantai Karang Papak Santolo Garut. Mengambil rute jalan Cisewu, masuk dari Pangalengan. Pukul 10.30 kami baru memulai perjalanan. 

Saat perjalanan tak ada kendala ataupun rintangan berarti. Kalaupun ada macet hanya sesekali di tiap titik sekolah SD atau SMP yang sedang melaksanakan perpisahan atau kenaikan kelas karena memang minggu ini adalah minggu terakhir  tahun pelajaran 2023 - 2024. Dengan kata lain, arus kendaraan masih berjalan lancar seperti  biasanya. 

Pemandangan di perjalanan sungguh menakjubkan. Sengaja kami mengambil  jalur selatan melalui rute Pangalengan - Garut. Rute perjalanan yang agak sering kami lalui sebagai jalan alternatif  ketika pulang kampung. Sepanjang  jalur  Pangalengan merupakan area perbukitan hijau dengan perkebunan teh dan hutan pinus sungguh mempesona. Saya dan suami betul-betul menikmati indahnya pemandangan. Suasana alam yang sejuk, mengecas pikiran, Merifrhes angan menjadi segar. Semula mau berhenti di Pantai Rancabuaya,  tetapi karena waktu sudah menjelang pukul 15.00 akhirnya kami meneruskan perjalanan ke Santolo Garut sebagaimana tujuan awal, yakni Pantai Karang Papak. 

Empat puluh lima nenit dari Pantai Rancabuaya, bersyukur sekali kami sampai di pantai Karang papak. Kami mencari villa yang pernah kami singgahi saat kegiatan workshop sekolah. Harga villa yang memang terjangkau untuk urusan keluarga kami. Kebetulan masih tersedia kamar kosong. Kami istirahat melepas penat, selanjutnya kami pun nemesan makan malam, yaitu bakar ikan laut sejenis kakap. Selesai makan tak enak rasanya kalau tidak jalan-jalan. Kami pun berkeliling pantai sejenak pada suasana malam hari. 

Kami menginsp di villa hanya semalam. Pagi menjelang siang tepatnya pukul 11.00 Kami  cek out dari vila. Kami kembali pulang melalui rute perjalanan yang berbeda, yakni ke arah Ciwidey - Bandung. Perjalanan dengan pemandangan  yang tidak kalah menariknya dengan rute saat pergi. Suasana perbukitan perkebunan teh, dan hutan pinus serta persawahan di perkampungan.  Rute jalan aspal yang berkelok di perbukitan, dengan hamparan sawah dan gunung menambah suasana penentram jiwa dan raga. Jalan yang demikian enak bagi yang hanya duduk di samping supir (suami), tapi boleh jadi tantangan berat bagi Pak sopir. Lebih menguras energi juga konsentrasi. 

Beberapa kali saya merasakan suami mengendarai mobilnya ada yang beda. Beda dalam mengerem. Satu atau dua kali sudah saya tanyakan pada suami. Suami hanya menjawab bahwa rem sedikit bermasalah. Selanjutnya kami putuskan untuk mencari bengkel mobil. 

Bersyukur tempat bengkel mobil tidak jauh. Sekitar pukul 16.30 mobil ditangani sang bengkel mobil. Benar saja, rem depan dan belakang semua sudah waktunya diganti. Padahal satu bulan yang lalu, rem ini juga sudah pernah diperbaiki. Karena tingkat kerusakan rem tersebut kata Sang  Bengkel tingkat  tinggi, rem diperbaiki agak lama. Kami berada di bengkel hampir 3 jam. 

Selepas salat Isa, kami meneruskan perjalanan pulang. Sudah mobil mogok, ditambah hujan besar, perjalanan malam hari di perbukitan dan perkebunan bahkan hutan pinus suasana berbanding terbalik dengan keadaan  tadi siang. Suasana perjalanan agak mencekam. Mobil atau motor jarang lewat dan berpapasan. Masih beruntung  cuaca tidak berkabut. 

Suasana paling mencekam ketika melewati hutan pinus  suka disebut tanjakan seribu yang sebentar lagi menuju Situ Patenggang Ciwidey.  Jalan aspal berkelok-kelok yang baru dihotmik baru memakai pemarkah sisi kiri jalan, hampir saja suami tak dapat mengendalikan mobil. Saat tanjakan dengan tikungan tajam seandainya pemarkah jalan tak ada sebelah jalan pun, sulit rasanya mengendalikan mobil. Itu masih beruntung, suasana gelap malam sungguh terbantu dengan pemarkah jalan. 

Usai  tanjakan, dan melewati Situ Patenggang, mulai kami berada di wilayah turunan panjang, yaitu jalan Raya Ciwidey - Soreang. Kembali Pak sopir mengocok rem seperti kemarin. Suami mengendarai mobil betul-betul pelan. Spido meter  terlihat  hanya  sekitar 20 km/per jam. 

Hampir dua belas jam, kami di perjalanan. Alhamdulillah, segala halangan dan rintangan dalam bahagia kami berdua akhirnya kami kembali sampai di rumah dengan selamat. Wisata pantai dan perjalanan melelahkan terbayar sudah dengan sampai dan selamatnya kami di rumah. Tawa dan bahagia kembali berulang dan terus berulang menemani keluarga tercinta. Semoga! 


Bandung Barat, 3 Juli 2024

Catatan perjalanan

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS