Cerita dari Medsos

 


Ada-ada saja ulah siswa kaitan dengan media sosial (medsos). Ada yang dirundung dengan gambar tidak senonoh, ada pula  yang mengupload gambar ketika berenang di sungai. Siswa tidak berpikir jauh ke depan bagaimana dampak ketika mengupload atau berbuat sesuatu atau menampilkan konten negatif di medsos. Boleh jadi mereka hanya iseng atau ingin eksis, tetapi dengan cara yang salah. 

Di sisi lain banyak pula siswa kreatif yang mengupload video atau gambar konten luar biasa yang berhubungan dengan tugas proyek mata pelajaran. Guru mata pelajaran di luar dugaan merasa bahagia karena proyek tugas mapel jauh lebih baik dari harapan dan tujuan pembelajaran. Siswa kreatif dan inovatif menampilkan video menarik. Guru terkadang belum sampai pada tahap seperti siswa membuat konten video yang menarik dan inovatif. 

Jika ada siswa berprestasi demikian, guru memberitahukan keberhasilan pembelajaran pada grup sekolah. Bu Hani dan Pa Asep, misalnya. Mereka membagi video salah seorang siswa yang berbicara tentang hukum adat di masyarakat. Penampilan siswa dalam video tersebut sungguh memukau. Guru lain dan saya pun ikut bangga dan bahagia dengan keberhasilan dan prestasi tersebut. Sebaliknya, jika ada permasalahan yang mengancam siswa dan nama baik sekolah  di media sosial baik secara langsung ataupun tidak langsung kami langsung tangani dengan bijak dan penuh kehati-hatian. 

Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Ada siswa yang dirundung dengan gambar dirinya yang tidak senonoh, dengan kata lain gambar hasil editan diupload di Face book (FB) oleh teman,  mantan pacarnya. Setelah mendapat telepon dari wali kelas, kami langsung tangani. Walaupun sedang hari libur, waktu itu hari Sabtu, saya undang beberapa guru, wali kelas, PKS dan Pembina OSIS hadir lewat vicall. Bersyukur, signal sedang bagus, permasalahan dapat dimusyawarahkan secara jelas dan mufakat. 

Siswi kelas sembilan  yang dirundung tersebut tidak mau bersekolah lagi, berdasarkan laporan dari orang tuanya. Secara pelan, namun pasti dan hati-hati, wali kelas langsung menghubungi siswa dan orang tuanya dengan cara datang langsung ke rumah mereka. Semula siswi itu keluar menemui wali kelas pun tidak mau, tetapi dengan kesabaran wali kelas dan orang tuanya, siswi itu pun sembari menangis mau menemui dan berbicara dengan wali kelas. Maka, pada akhirnya siswi itu pun, walau sempat beberapa hari tidak masuk sekolah dengan pendekatan terus menerus, ia pun kembali ke sekolah. 

Sementara yang terjadi pada siswa kelas tujuh, tiga bersaudara dan sudah menjadi kebiasaan  di kampung, berenang di sungai. Tradisi anak-anak ngojay di walungan (berenang di sungai) adalah hal yang tidak aneh. Mereka sejak SD jika bermain boleh jadi berenang di sungai. Siswa kelas tujuh masih masa transisi dari SD. Belum punya rasa malu bagaimana sudah di SMP masih ngojay di walungan.  

Masalahnya, dari tiga siswa tersebut seorang di antara mereka memvideo dua siswa lain yang sedang ngojay. Video siswa yang satu berenang hanya mengenakan celana dalam, dan yang satu lagi divideo mengenakan kaos dan celana dalam. Yang lebih parah, kedua video itu jadi status siswa yang memvideo. Penangan siswa yang seperti  ini memang tidak sesulit yang di FB tadi, tetapi sebagai pembelajaran sikap bermedia sosial tetap perlu pembinaan dan arahan yang tepat kepada siswa. Baik pada siswa yang bersangkutan, maupun siswa lainnya. 

Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ketika HP menjadi media di era digital, pendidikan dan pembinaan literasi digital adalah sebuah keniscayaan. Kemampuan memahami, memilah, menggunakan, dan memanfaatkan sarana digital seperti media sosial (WA, IG, Tiktok, FB, dan sebagainya), sampai pada mengevaluasi, serta membuat konten digital adalah perlu dibina dan diajarkan secara terus menerus.  

Siswa dituntut untuk mampu memilah dan menggunakan mana konten yang layak dan tidak layak serta berterima secara legal. Dengan kata lain, santun bermedia sosial adalah merupakan bagian dari literasi digital.  Tidak hanya siswa yang diarahkan, orang tua pun sejatinya diarahkan agar bisa mengimbangi bagaimana anak-anak mereka dalam bermedia sosial.  

Saya dan guru, jika ada pertemuan atau rapat orang tua, atau di grup WA wali kelas atau guru mata pelajaran, selalu mengingatkan bagaimana menggunakan HP, medsos, ataupun media digital lain secara santun.  Yang paling  utama, guru dan kita sebagai tenaga pendidik harus menjadi contoh dan teladan yang baik dalam bermedia sosial.  Bisa! 


Bandung Barat, 18 Desember 2023

Catatan harian kepala sekolah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS