YANG TERTIDUR DAN YANG PERGI

 



YANG TERTIDUR DAN YANG PERGI

Bismillah! Mbah, hari ini akan saya ceritakan apa, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana ketika Mbah meninggal dunia dan setelah meninggal dunia. Mbah adalah sebutan kakek dari anak-anak kami. 

Sungguh duka mendalam ketika Mbah meninggal dunia. Siapa pun pasti  merasakan duka tatkala orang tua pergi untuk selama-lamanya. Tak ada lagi sosok tegasnya, tak ada lagi sosok kasih dan sayangnya. Tinggal duka yang menganga. Kenangan sepanjang hidup yang tak kan lekang ditelan zaman. 

Pagi itu, Selasa 1 November 2022. Saya menelpon Mamah untuk menyambangi kabar bagaimana setelah Mbah dibawa ke dr. Pada akhirnya Mamah mengatakan bahwa Mbah semalam tidak bisa tidur. Badannya panas dan enam kali ke kamar mandi. Mbah demam tinggi juga mencret. Dengan hati remuk redam cepat-cepat saya telpon paman, bibi, adik, serta kakak. saya komando untuk datang menjenguk Mbah. 

Tinggal jauh dari orang tua dengan status sebagai ASN tidak serta- merta bisa langsung meluncur menemui mereka. Ya, saat itu pula sesampai di sekolah, saya temui kepala sekolah dan kebetulan pula ada pengawas yang sedang menilai pelaksanaan kegiatan PKKS, saya memohon izin untuk pulang kampung menengok Mbah. 

Saya pulang diantar anak bungsu (Fahmi) sampai daerah Cikalong. Fahmi tak bisa mengantar sampai tujuan karena  ada tugas mandiri kuliahnya yang harus diupload hari itu. Suami yang sama-sama ASN tidak dapat meninggalkan tugas pula karena ada rapat. Akhirnya, saya naik minibus yang jarang sekali ada. Tidak seperti dulu masa kuliah. Naik minibus mengasyikan. Sedikit sopir ugal-ugalan tak masalah karena kejar target kuliah. 

Sebaliknya, nasib sopir angkutan minibus sekarang memprihatinkan. Kalah dengan gojek atau grab tinggal klik aplikasi, gojek atau grab tinggal menunggu. Nasib sopir minibus saat ini maksimal membawa penumpang 5  sampai 7 orang, itu terbilang bagus. Trenyuh hati saya, akhirnya saya rela memberi ongkos 4 kali lipat lebih dari biasanya. 

Di dalam minibus kabar  Mbah menegangkan. Kata Bibi, Mbah sulit dimasuki infus. dr Umum yang sengaja diundang ke rumah agak kewalahan memasukkan infus. Dengan hati semakin gundah saya berdoa sepanjang jalan moga Mbah diberi kekuatan. 

Tiga jam lebih perjalanan, Alhamdulillah sampai juga ke rumah  Mbah. Saya cium tangannya, wajahnya pucat, badan kurus kering, yang tidur di kursi tamu panjang dengan infus tergantung di tiang lewat tangan kanannya. Sambil  bersalamam bukannya  saya mohon maaf pada orang tua, sebaliknya malah dicandai Mbah. Dengan maksud memberi semangat. 

"Mbah semangat! Jangan kama-lama sakitnya!* pintaku pada  Mbah. 

"Mbah sakitnya parah, " gumamku dalam hati. Perutnya terlihat kembang kempis. Suara tenggorokan twrdengar dahak twetahan yangvterus berbunyi. Infusan masih terlihat menetes di seiangnya. Aku mengangap walau terlihat parah, yakin Mbah bakal sembuh lagi. Dengan alasan waktu hangat-hangatnya covid tahun kematim pun Mbah pernah  sakit seperti ini. Dalam sakitnya sering ke air bahkan pernah sampai pingsan. 

Saat itu pun demikian. Mbah sering busng air besar. Sejak saya datang pukul setengah dua siang sampai dengan pukul 17.00 sudah empat kali ke air. Ada bedanya ,  tinjanya dilihat hitam.  Dalam batin saya berkata lain. Berpikir yang Bukan-bukan. Jangan-jangan Mbah sudah waktunya pulang? Ah, saya usir kembali pikiran itu. 

Bukan hanya beda dari buang air besarnya, saat memberi minum Mbah, minum kesatu bisa nenggunakan sedotan. Minum kedua memakai sendok karena  memakai sedotan sudah tidak tersedot lagi. Minum ketiga memakai sendok, tetapi sudah tidak masuk. Saya tanya, "Mbah sesah eueutna?"(Mbah susah minumnya?)

Mbah menjawab, " Enya, garing.' (Ya, kering). Maksud Mbah, kering tenggorokannya. Saya sudah berpikir yang bukan-bukan lagi. Boleh jadi Mbah pulang sebentar lagi. "Berikan keajaiban Ya, Robb!" doaku dalam hati. Doa agar Mbah cepat disembuhkan dari sakitnya. 

Lagi-lagi ada yang beda dari Mbah. Saat dipinta untuk dibawa ke rumah sakit Mbah menolak. Dengan alasan bahwa Mbah sedang diinfus sama sedang diobati dan mengatakan bahwa dokter nanti sore akan memeriksa lagi. Anehnya suara Mbah semakin di dalam, hampir- hampir tidak terdengar. Saya pun tidak bisa berbuat banyak. Hati semakin gundah, takut, khawatir, dan sebagainya. 

Untuk terakhir kalinya pukul 16.45, Mbah minta ke air dan ingin buang air besar. Mbah dipapah menuju tempat menjemur pakaian. Sengaja tidak dipapah ke jamban supaya tidak terlalu jauh. Mbah hanya buang air kecil. Lalu dipapah kembali ke kursi. Mbah terlihat pucat pasi dan terlihat cape sekali. Keringat merembes di dahinya. Mbah pasrah dipakaikan pampers karena tadinya selalu tak mau memakai alat tersebut. Mbah, kami suruh untuk beristirahat tidur karena tenang sudah dipampers artinya tidak perlu repot ke air jika ingin buang air. 

Apa yang terjadi pada pukul 17.30 Mbah dikira tertidur pulas, ternyata Mbah langsung tertidur untuk selama-lamanya. Mbah tertidur dengan tenang. Selamat jalan Mbah! Moga Mbah tertidur pulas di dalam kubur. Innalillahi wainnailaihi roziun. 


Cihampelas, Desember 2022



Komentar

  1. Ich...saat membaca...begitu gamblang pendeskripsiannya...
    ingin menangis...
    Semoga si Mbah mendapat tempat terindah di sisi-Nya...
    Aamiin...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS