Ibarat Sebuah Bangunan

 


Menarik sekali, beberapa waktu lalu penulis menyimak ceramah   yang mengilustrasikan agama dengan sebuah bangunan. Kokohnya agama  ibarat sebuah bangunan yang didukung oleh berbagai alat dan sarana berbeda. Dalam beragama dengan jalan, mazhab, dan pemikiran yang berbeda, tetapi kalau sudah dilandasi sahadat yang sama, menandakan bahwa agama kita adalah agama yang kokoh. 

Sebuah bangunan dibentuk dari alat dan bentuk yang berbeda. Alat dan bantuk itu umpamanya saja tiang, bata, semen, pasir, atap,  genting, dan sebagainya. Semua alat dan bentuk dari  sarana bangunan itu jika diterapkan dengan pola yang seimbang akan membentuk bangunan yang kokoh, kuat, dan tahan lama. 

Selanjutnya, menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak. Artinya bahwa pendidikan ini bertujuan 1) membentuk budi pekerti  yang halus pada  peserta didik ; 2) meningkatkan kecerdasan otak peserta didik, dan 3) meningkatkan kesehatan badan pada peserta didik. Tiga point besar tujuan pendidikan tersebut menjadi kompetensi dasar yang harus dicapai dengan apa dan bagaimana pun strategi pencapaiannya. 

Pada kenyataannya, dari tiga kompetensi itu, sebut saja sikap, pengetahuan, dan keterampilan tidaklah sama antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain  peserta didik memiliki kompetensi yang beragam. 

Analogi dari ilustrasi bangunan dan kokohnya agama, menurut hemat penulis tepat pula kita ilustrasikan antara bangunan dan kokohnya pendidikan  dan pembelajaran. Di dalam pembelajaran sehari-hari dipastikan guru selalu berhadapan dengan  beragam kompetensi dari peserta didik yang berbeda. Semakin peserta didik tergali kompetensinya, semakin kokoh dan berhasillah pembelajaran dan lebih jauh pendidikan tersebut. 

Jika kita kupas tentang pembelajaran terdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka, disadari atau tidak, pembelajaran selama ini  belum sepenuhnya melakukan pembelajaran terdiferensiasi, yakni  pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi.

Dengan demikian, pembelajaran terdiferensiasi sungguh- sungguh memerhatikan  kompetensi, minat, gaya belajar, dan profil beragam  dari peserta didik. Pembelajaran tersebut akan berdampak pada kenyamanan, kemerdekaan, dan kemandirian siswa. Nyaman berkreasi, mandiri dalam belajar, merdeka dalam ruang kreativitas. Kemandirian dan kemerdekaan  belajar yang dilandasi budi pekerti serta profil pelajar yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Hal inilah yang akan mengokohkan bangunan yang namanya pembelajaran dalam pendidikan.

Tidak mudah memang untuk melaksanakan pembelajaran terdiferensiasi. Namun, dengan transformasi guru, dengan kemauan guru keluar dari zona nyaman apapun strategi dan pendekatan yang diberlakukan, kesuksesan pembelajaran ini pasti bisa tercapai. Disadari pula, pembelajaran terdiferensiasi adalah sebuah proses. Pembelajaran tidak akan serta merta langsung berhasil, tetapi memerlukan konsistensi, kuntinuitas, dan refleksivitas secara terus menerus. 

Demikian pun kokohnya bangunan kinerja pada satuan pendidikan ditopang dan didukung oleh semua unsur yang beragam yang ada pada sebuah sekolah atau satuan pendidikan itu. Unsur itu termasuk pendidik dan tendik yang beragam potensi dan kemampuannya, juga sikap dan kinerja yang beragam pula (SDM). Keberagaman akan mengokohkan satuan pendidikan mana kala keberagaman itu ada dalam kekompakkan atau sinergitas yang dinamis. Minimal jika ada sedikit kestatisan unsur SDM, di antara unsur SDM saling menguatkan. 

Kokohnya bangunan dalam pendidikan adalah konsistensinya setiap unsur yang digunakan, tidak mudah mengganti satu elemen dengan elemen yang lain. Saling memahami dan kompak bekerja sama dalam kreativitas dan inovasi kinerja adalah langkah bijak untuk selalu bergerak dan menggerakkan hingga kokohnya bangunan yang namanya pendidikan. Bisa! 

 

Ciamis, OTW pulang Perjalanan Pangandaran, 15 Oktober 2023, dengan penyempurnaan tanggal 17 Desember 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS