Terjebak Angka 303

 Pentigraf

Acara perpisahan yang purnatugas baru selesai pukul 22.30.   Acara tersebut berlangsung di lantai bawah di ruangan Aula. Usai rapat teman-teman yang lain ada yang keluar cari makan, ada pula yang jalan-jalan di area pantai.  Tinggal kusendiri menuju tangga. Rasa was-was dan takut berada di hotel yang seperti  kurang laku membuat diri semakin menggigil. Bulu kuduk  merinding, entahlah. Kubergegas menuju kamar.  

Dalam kesendirian, sembari meniti tangga langsung menuju kamar 303. Saya ketuk pintu kamar. "A, buka pintunya? Udah bobo?" pintaku pada suami yang telah lebih dulu ke kamar karena rapat tadi tidak melibatkan keluarga. Beberapa kali pintu kuketuk dengan lebih keras. Kubingung! duuh makin sepi dan merinding. Mengapa suami tidak bangun-bangun. Hati makin gundah. 

Pintu kamar hotel ada dua. Pintu depan dan belakang. Kucoba pintu  belakang diketuk beberapa kali, sembari dilihat nomor pintu kamar. Sepintas posisi sama di 303, malah sama persis ketika saat masuk tadi pagi. Kembali ke pintu depan kuketuk lagi. Masih juga sama, tak ada jawaban. "Astaghfirullah!" Ini baru naik satu tangga, artinya kuada di lantai 2? Duh, baru tersadar, nomor kamar bukan 303 melainkan 203. Lantas kuminta maaf pada kamar yang kuketuk. Langsung naik lagi tangga. Eeh, benar! Suamiku agak lama menunggu di 303. Kukatakan padanya, kuterjebak! 


Purwakarta, 15 Desember 2023

Memoar Pangandaran, 10/12/23


Komentar

  1. Faktor U melihat angka. Banyak dialami oleh nini dan aki-aki ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS