MENANAMKAN KECINTAAN ANAK PADA KEBERSIHAN LINGKUNGAN



Sesekali menanamkan pembiasaan pada anak harus dipaksakan. Lupa-lupa ingat, pengalaman masa kecil waktu itu kurang lebih kelas tiga SD, Bapak saya menyuruh menyiangi rumput di halaman rumah. Menyiangi rumput dengan istilah Bapak sambil bermain sambil bekerja. Rupanya saya kecapean, saya tidak mau lagi meneruskan pekerjaan tersebut. Entah bagaimana, Bapak sudah memegang sapu lidi untuk memukul saya. Pastinya saya ketakutan.  Beruntung sekali jarak saya dan Bapak agak jauh, akhirnya saya bisa berlari menjauhi Bapak. Masih ingat, waktu itu saya lari ke rumah tetangga agak jauh dari rumah dan diam di rumah tetangga sampai sore hari. 

Ilustrasi di atas hanya sebuah pengalaman nyata yang tak bisa dilupakan sepanjang zaman. Justru inilah boleh jadi  yang menjadi karakter ketika saat ini, saya menyenangi pekerjaan menyiangi rumput atau menanam tanaman apabila pikiran dan hati ada dalam keadaan jenuh dan penat. Paksaan dari orang tua untuk selalu bekerja keras berurat berakar dan menjadi karakter hingga umur telah menginjak setengah abad lebih. 

Perlu kita sadari bukan berarti mendidik anak harus keras seperti pengalaman yang sudah saya ceritakan di atas, melainkan bagaimana cara mendidik anak agar anak mencintai kebersihan lingkungan. Tentu dapat diterima bahwa menanamkan pembiasaan hingga menjadi karakter adalah sebuah kegiatan yang perlu terus menerus dilakukan dan ditanamkan. 

Hal itu sejalan dengan pengertian karakter yang dikemukakan Supriyadi dan Fisa, (20018: 41), karakter sering diartikan perilaku yang dilakukan terus-menerus secara konsisten. Konsistensi tersebut disertai dengan pembiasaan, penanaman, pengembangan, dan pengontrolan secara terus menerus. Misalnya saja, kebersihan kelas dilakukan melalui lomba kebersihan kelas secara rutin dan terprogram. Setelah itu kelas diapresiasi sehingga muncul kebiasaan, dan lambat laun menjadi karakter. Semoga.

Tulisan yang tersimpan dan disempurnakan Bandung Barat, 22 Desember 2023

Komentar

  1. Saya pun masih ingat, saat masih ngantuk harus pegang kemaren tuk membersihkan debu yang ada di meja dan jendela. Begitulah cara mendidik orang tua kita zaman dulu.

    BalasHapus
  2. Bagusnya kegiatan bersih-bersih di sekolha.
    Saat saya mengirim foto kerja bakti/piket kelas, beberapa ortu komentar berharap agar di rumah anak-anak juga rajin menyapu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren! Moga dengan memberi apresiasi dan koordinasi, karakter tumbuh dan hebat! Trims, Teh!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS