Yang Kukejar di 22 Desember

 


Malam ini, saya benar-benar tidur dalam pikir yang membaur bagaimana nanti di jalan dalam mengendarai sepeda motor. Jalan raya Bandung Purwakarta sebagai jalur jalan propinsi otomatis lalu lalang kendaraan besar seperti  truk gandengan atau truk pembawa peti kemas pastilah banyak. Sedangkan  saya, baru mau kali  pertama mengendarai sepeda motor. 


Hanya modal nekad ingin menemani Mamah di Purwakarta dan kebetulan waktu dinas sekolah baru saja pembagian lapor, artinya hari memasuki waktu libur, saya putuskan untuk menjenguk Mamah walau hanya satu malam. Kemarin saya menelepon mamah, mengatakan padanya bahwa saya mau pulang naik motor. Mamah dengan berat hati  tak tega membiarkan saya membawa motor. Tetapi karena   mamah rindu saya, akhirnya membolehkan saya pulang naik sepeda motor sendiri. 

Di pagi buta saya pergi diiringi doa suami dan anak-anak agar saya hati-hati berkendaraan. Bermodal STNK tanpa SIM di dompet, saya mengendarai sepeda motor dengan pelan dan pasti, tetapi juga tidak membuat tanggung atau menghalangi kendaraan lain. Jika mau menyalip,  saya fokuskan arah dan sigap tangan serta rem. 


Selama melajukan sepeda motor, pikiran fokus dan terus berdoa agar diberi keselamatan. Apa yang menjadi pengalaman belajar mengendarai sepeda motor selalu saya ingat dan saya perhatikan. Ingat rem kiri dan kanan.


Memerhatikan bagaimana belok kiri atau kanan, mengatur sen kiri atau kanan. Biar memastikan sen kiri atau kanan, sen sentuh bila perlu dua kali. Jangan sampai mau ke arah kanan sen dipijit ke arah kiri atau sebaliinya. Sesekali berdehem atau beristigfar sambil menarik nafas panjang  untuk kembali memfokuskan perhatian. 

Bersyukur jalan yang dilalui masih lengang karena masih pagi sekitar pukul 05.30 kendaraan masih satu, dua, atau tiga saja yang berpapasan. Saya belajar menyalip kendaraan besar atau  truk traileer dengan membayang-bayangi di sudut kanan belakang truk. Jika kendaraan lawan arah sebelah kanan kosong, baru saya nyalip dan sepeda motor dilaju lebih kencang. 

Dalam bayang selama perjalanan selain fokus  pada apa yang saya lihat, juga selalu terbayang Mamah yang kutuju. Entahlah jika sudah ingat Mamah apalagi kalau mendengar sakit, saya tak dapat berpikir jernih lagi. Seperti saat ini, jika dipikir secara jernih, saya tidak memikirkan keselamatan diri. Mengendarai sepeda motor yang baru belajar, langsung tancap jalan propinsi  jalur Bandung - Cikampek. 

Mengendarai sepeda motor sendiri beresiko tinggi, tetapi satu yang kutuju yaitu Mamah.  Walau saat ini tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, saya tidak berpikir ke arah itu untuk mengucapkan ke Mamah selamat Hari Ibu. Namun dalam hati teguh, ingin menemabi Mamah. Mamah yang sendiri tinggal di rumah. Ingin bahagiakan, dan nyamankan Mamah. Alloh  mendengar doa saya, Alhamdulillah sampai juga di rumah Mamah. 

Wajah Mamah terlihat bersinar. Betapa Mamah rindu anak-anak, termasuk cucu-cucu kesayangan. Mamah rindu keramaian dan kehangatan keluarga. Mamah selalu saja curhat tentang apa yang terjadi selama tidak saya temui. Mamah selalu saja menyediakan, membuatkan, atau menyajikan makanan buat anak dan cucunya. "Ah, Mamah! Betapa kasihmu sepanjang zaman. Terimakasih Mamah! "

Temani Mamah walau hanya dua puluh empat jam, insyaAllah sungguh bermakna buat hati dan kesehatannya. Hanya semalam menginap di Mamah. Pagi- pagi sekali saya kembali pulang ke Bandung. Bisa! 


Bandung Barat, 30 Desember 2023

Catatan perjalanan

Komentar

  1. Alhamdulillah selamat
    Bisa mendekap mamah dengan erat
    Jangan sampai terlambat
    Sesal bakal sepanjang hayat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YANG BAPAK TANAMKAN

KOORDINASI MEMBANGUN SINERGITAS YANG TUNTAS